4. PERTEMUAN PERTAMA YANG KEDUA

60 9 9
                                    

__________*

Kringg, kringg..

Istirahat. Aku harus segera meninggalkan kelas sebelum si curut Alfa kesini. Tapi, mau kemana aku? Kantin? Jelas bukan. Toilet? Nggak masuk akal. Ah, perpustakaan! Lagipula aku harus mencari bahan presentasi besok.

Kuambil notebook-ku, bolpoin, dan laptop. Aku segera bergegas ke perpustakaan. Aku sibuk mencari catatan tentang materi presentasi yang akan kubuat. Aku tak menyadari saat tubuhku tepat didepan seseorang. Oh, Alfa. Hah?! Alfa??. Shit, ngapain dia nguntitin aku?

"Mau lari dari gue ya yang?" seringai Alfa sok manis. Ewhh.

"Enggak, gue punya tugas belom gue kerjain buat mapel abis istirahat" alasanku.

"Masa sih? Tadi gue tanya Kania katanya mapel abis istirahat kosong tuh. Udah diumumin tadi katanya. Lo udah tau kan?"
.
.

Skakmat

.
.

Ah, si Kania pake bilang segala.

"Ya tapi kan gue anak rajin. Jadi harus tetep ngerjain tugas lah" jawabku gugup sambil berlalu. Kurasakan, Alfa tak mengikutiku. Leganya tuhan.

Ah, perpustakan rame banget? Nggak biasanya serame ini. Biasanya juga cuma 5 orang maksimal yang kesini. Ini kenapa jadi kayak arena konser The Beatles gini sih?

"Bu, ada apaan sih? Rame banget" tanyaku ke Bu sari masih melihat kerumunan itu.

"ada Faris! Buruan sini!!" jawab siswi lain. Aku pun mendekat. Siap cowok itu sampai digandrungi seperti ini? Kupikir hanya Alfa yang most wanted
Disekolah.

"Mauraaaaa" suara toa Kania menghentikan langkahku mendekat. Suaranya itu kayak guruh yang ga kira kira, toa banget. Aku pun kembali mendekat tak memperdulikan Kania

"Faris Putra Wijaya?" ujarku sedikit keras hingga kerumunan itu terdiam. Aku hanya mematung dihadapan cowok most wanted yang satu ini.

"Maura? Mau apa lo kesini?" jawabnya sedikit terkejut lalu acuh dan berjalan keluar. Sudah kuduga Faris akan seperti ini padaku.

"Maura? Lo juga udah kenal Faris? Omg" kali ini Kania kembali bersuara setelah ikut terdiam bersamaku cukup lama.

"Dia Faris. Faris temen kecil gue yang gue ceritain kemaren. Ternyata itu dia" jawabku tersenyum kecut menahan tangis.

Setelah perpustakaan sepi menyisakan aku dan Kania, tangisku pun meledak. Aku bingung harus bagaimana menghadapi Faris.

***


"Maura!"

Duh, si Alfa. Ngapain coba dia liat aku keluar jam segini. Jam pulang kan masih 15 menit lagi.

"Apa?" tanyaku jutek

"Yee, lo tadi kenapa nggak keluar keluar sih dari perpus. Lo tau ga? Gue tuh nungguin lo didepan perpus sampek-sampek gue dimarahin Bu Dewi. Lo tuh lama banget. Ngapain emang? Pingsan?" cerocos Alfa panjang lebar kali tinggi.

Oh, dia nungguin aku. Aku tadi emang nangis diperpus sampek pelajaran ke  empat selesai. Untung nggak ada gurunya-jamkos- maksud gue.

"Gue lagi nyari buku refrensi. Lo apaan juga pake nunggu gue segala, alay!"

"Kok lo gue perhatiin makin sensi mulu sih? Kita pacaran kan?"

"Pacar gigi lu tonggos! Udah ah, gue mau pulang" aku pun bergegas keluar gerbang.

"Ra, lo tuh emang nggak peka apa bego sih?"

"Apa lagi?" aku pun berbalik.

"Gue nunggu lo di gerbang, nangkring diatas motor, bawa helm 2, mau ngapain coba? Yakali gue mau jadi banci thailand?!"

"Ya kalo lo udah gila"

"Udah ah, buruan naik. Gue anter pulang"

"Gak. Gue nggak mau!"

"Naik. Naik nggak lo. Atu gue telanjangin lo disini. Mau yang?"

"ihh, jijik gue. Stop panggil gue sayang. Satu lagi, jangan mesum depan gue. Atau gue panggilin tukang sunat biar itu lo abis entar" ancamku tak kalah serius. Becanda sih fa, hihi.

"Ngomong aja lo Ra, pokoknya gue anter pulang. Kalo lo gamau, tiap hari gue intilin ke kelas lo. Mau?"

"Oke, iya iya."

Motor Alfa pun menembus kota Jakarta  siang  ini. Serius, baru sekali ini gue dianter pulang sama cowo kecuali ayah atau abang.

"Itu rumah lo Ra?"

"Heeh"

"Thanks Fa"

"Oke. Eh Ra, besok pagi gue jemput ya?" aku yang mau masuk gerbang pun kaget dan berbalik.

"Apa? Enggak enggak enggak. Gila aja lo. Mau ngomong apa gue sama ayah bunda. Enggak!"

"Yau dah Ra, pokoknya gue jemput jam setengah 7. Jangan ngaret ya! Love you, bye!"  tanpa bisa kubalas, Alfa telah melesatkan motornya keluar dari lingkungan rumahku.

Cowok itu selalu jelek, egois, jahat.
Persis kaya Alfa.

"Siapa Ra?" deg. Bunda.

"Temen bun, Maura nebeng."

"Lain kali ajak main kerumah lah, ajakin masuk. Nggak enak kan udah ngerepotin."

"Ah, cowo rese begitu mana kerepotan sih?" gerutuku.

"Cowok Ra? Wah, baru kali ini lo kamu dianter cowok. Cowok kamu ya?"

"Eh, enak aja bunda nih. Bukan, cuma temen Maura."

"Temen apa temen?" goda bunda

"Aishh, bunda nggak asik. Udah ah, Maura ke kamar dulu. Bye bunda!"

Akupun mengganti seragam sekolahku dengan kaos oblong dan jeans selutut. Niatnya, aku mau keluar bentar beli es krim didepan kompleks. Siang panas gini enaknya emang minum es krim.

Ah, jadi inget tadi. Faris. Aku ketemu dia, dia yang dulu sahabatan banget sama aku, sekarang kayak orang nggak kenal yang saling benci. Tapi enggak, aku nggak benci kamu. Kamu tuh terlalu baik buat  aku benci. Aku sayang kamu.

Tring!

Line masuk. Tumben, siapa jam segini line aku?

From : Alfa arzakiee

Maura, gue alfa. Udah gue add line lo. Selamat contact-an sama gue ya? Selamat siang:)

Asli ini Alfa? Sumpah demi apa? Dia alay banget gokil! Aku ngakak.

Mana namanya 'arzakiee' lagi. Wkwkwk. Ngapain juga nih anak setan line aku? Dapet id aku dari mana coba? Nggak rela aku contact-an sama dia.

Tanpa membalas pesan Alfa, aku bergegas mencepol rambutku dan segera keluar membeli es krim. Tumben sekali bunda nggak punya persediaan es krim. Aku kan suka banget sama es krim.
.
.
.
#tbc

_____*

Ketika semuanya berubah, percayalah bahwa sahabat akan pergi namun tak akan meninggalkan. 

Agustus

_____*

.

M A U R A L F ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang