#2 The wedding

108K 6.5K 130
                                    

Hi, im back! Happy reading and enjoy!

***

Pernikahan memang ada dalam kamus hidupnya. Sesuatu yang sakral itu baginya hanya satu kali seumur hidup dengan pria yang mencintai dan dicintainya. Dan ia tidak pernah memiliki pernikahan impian atau semacamnya. Cukup seperti di beberapa novel islami yang sering ia baca, yaitu saat ia dan calon imamnya nanti berkenalan lewat murobbi atau murobbiyah masing-masing, lalu ta'aruf selama kurang lebih 2 bulan atau paling lama dalam islam 6 bulan, proses khitbah, dan menikah. Sederhana. Dan ia hanya ingin calon imamnya adalah sholeh, syukur alhamdulillah kalau hafidz qur'an, yang penting calon imamnya itu bisa membimbingnya menuju jalan yang lurus dan membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.

Oh, ya, satu lagi. Calon imamnya itu kelak bisa menerima dirinya apa adanya dan juga tidak mempermasalahkan keluarganya yang hidup pas-pasan.

Namun, itu hanyalah angan-angan semata, yang meluap tepat ketika ijab qabul diucapkan.

"Saya terima nikah dan kawinnya Aliya Nuranindya binti Halim Arrasyid dengan mas kawin yang disebutkan tunai."

"Sah?"

"Sah."

"Alhamdulillah."

Ya Allah, dari sedemikian banyak pria, kenapa harus dia yang Engkau kirimkan untukku?

***

Akmal POV

Tepat setelah ijab qabul itulah, Aliya datang dengan gamis dan hijab peach dan tiara kecil berwarna putih di atasnya. Sederhana.

Gadis itu, ehm, maksudku istriku cantik tentu saja.

Aduh, kenapa jadi aku-kamu gini, sih?

Yaiyalah masa udah nikah ngomong sama istri sendiri pake gue-elo sih, Mal?

Oke, si hati ada benarnya juga. Gue, eh maksudnya aku akan mulai membiasakan lidah ini berucap aku-kamu. Duh, kok jadi alay gini sih? Oke, skip.

Setelah kalimat hamdalah tadi serta do'a yang diucap sang penghulu, ia datang dan duduk manis disebelahku. Segera saja aku menyematkan cincin itu pada jari manisnya yang terhias oleh hena, pun sebaliknya. Dengan tangan gemetar gadis yang sekarang sah menjadi istriku itu mencium punggung tanganku.

Kenapa jadi deg-degan gini, sih?

Aku mendekat perlahan, mencium keningnya selama beberapa detik. Dan setelah itu matanya membulat, kaget.

Aku hanya tersenyum tipis, penuh kemenangan. Jadi, adik kelas sekaligus adik tingkatku ini, yang dulu dengan polos dan watadosnya menulis 'surat kagum' yang sama sekali bukan surat kagum, yang ternyata smpnya pernah mondok di pesantren, yang ceria dan cuek dengan hijab panjang sejengkal dari pundaknya yang sempat menjadi pusat perhatian di sma, yang sama sekali belum pernah buat surat kagum, pacaran, apalagi pegang-pegang tangan yang bukan mahromnya, yang membuatku mulai membulatkan tekad detik ini juga akan menjadi suami yang baik, dan masih banyak 'yang-yang' lainnya tentang gadis itu, kini secara sah dalam agama dan pemerintah menjadi istri dari putra satu-satunya keluarga Ardicandra.

***

Aliya POV

Ya Allah, apa itu tadi?

Iya, tadi kak Akmal ngapain?

Ya cium kening kamulah, Al, kok kaget gitu, sih?

Eh, suara darimana lagi? Ya, wajarlah aku kaget. Kenapa? Ini yang pertama kalinya seorang Aliya Nuranindya dicium sama cowok!

With You [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang