#12 Resepsi (2)

65.3K 4.3K 55
                                    

Hai! Selamat membaca! Enjoy ya!

Happy weekend!

*** 

Ica sama sekali tidak berontak dengan pelukan Vino. Hanya saja, ia bingung. Sekaligus malu. Malu untuk bertatap wajah kembali dengan pria yang mendekapnya erat.

Keadaan menjadi canggung saat Vino menarik gadis itu untuk duduk pada salah satu kursi tamu.

"Kenapa kamu bisa ada di sini, Rei? Kamu masih mengharapkan pria itu?"

Ia yang sedari tadi menunduk mengangkat kepalanya, "siapa?"

"Kamu pura-pura gak tahu?" Vino menatap tidak percaya. Kentara sekali dari nada bicaranya yang sinis seolah gadis itu telah berbohong di hadapannya.

Ica benar-benar kesal saat Vino bertanya seperti itu. Buat apa dia berbohong kalau ia memang benar-benar tidak tahu. Toh, Ican bilang ini adalah pernikahan sahabat SMAnya, mana mungkin ia kenal, kan?

"Apa maksudmu, A? Kamu menuduh aku berbohong? Aku benar-benar tidak tahu. Ican yang membawaku kemari dan mengatakan bahwa ini pernikahan sahabat SMAnya." Ucapnya kesal.

Persetan dengan kata 'kangen' yang dilontarkan Vino untuknya. Bahkan pria itu sekarang menatapnya dengan sengit.

"Ini pernikahan Akmal, Reisya. Sekarang kamu tahu, kan. Untuk itulah aku bertanya apa kamu masih berharap pada pria itu?"

Glek.

Apa katanya?

Pernikahan Akmal?

"Bohong. Kamu bohong, A! Aku gak perca-"

"Vino? Ica?"

God! Itu suara Akmal! "A-Ak-Akmal?"

"Hai Ca. Lama kita gak bertemu, ya."

***

Al sedari tadi tidak berhenti memancarkan wajah bahagianya saat tamu-tamu mulai berdatangan menyalami dan memberi selamat pada mereka. Mereka tampak serasi.

Al yang memakai gaun muslimah berwarna pink silver rancangan Ghea dan hijabnya mengulur tetap menutupi dada dan Akmal memakai baju pengantin berwarna silver.

"Gaun ini cocok sekali sama kamu, sayang. Cantik. Amat sangat." Bisik Akmal entah sudah yang keberapa kalinya sejak mereka bertemu di atas pelaminan. Dan berkali pula wajah Al memerah hanya karena bisikan Akmal tersebut.

"Al tahu, kak, dari tadi kamu bilang itu terus-menerus."

"Habisnya aku enggak dapet balesan dari kamu, sih, yang."

Balasan?

Ya Allah, suaminya ini kekanakan sekali!

"Kak Akmal juga tampan. Amat sangat." Balasnya.

"Ciumnya mana?"

Al memandang gemas, "kan sudah aku balas, tuh. Tadi kak Akmal mujinya juga gak pake cium-"

Cup.

Ciuman kilat tersebut mendarat tepat di bibir Al

"Nah, sekarang cium aku biar impas."

"Ih, Al malu, ah. Kenapa di bibir, sih?"

Akmal hanya nyengir. Ia yakin Al pasti tahu bahwa ia meminta Al untuk menciumnya di tempat yang sama.

Wajah Al mendekat dan Akmal sudah menutup matanya, namun yang ia dapat malah jitakan keras pada kepalanya yang tidak tertutup peci karena tadi ia melepasnya.

With You [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang