#3 New Home

90.9K 5.9K 93
                                    

Happy reading and enjoy!

***

"Kak Akmal."

"Hmm?" Akmal menoleh, menatap wajah cantik istrinya dengan tatapan datar.

"Nanti malam—"

"Oh, itu, tenang aja. Aku udah pernah tidur di sofa kok. Tidur gelaran tikar di lantai juga pernah." Ia menjawab asal tanpa tahu apa yang akan diutarakan istrinya.

"Bukan begitu maksudnya. Eummm kakak gak usah tidur di bawah atau sofa nanti kedinginan. Biar Al aja yang— "

"Oh, oke, berarti nanti malam kita tidur berdua, ya." Akmal tersenyum senang dan berjalan keluar dari ruang rawat abinya ketika hpnya berdering oleh panggilan masuk.

Ugh, kak Akmal tuh, ya, belom juga ngomong udah menyimpulkan sendiri, Aliya jadi gemas sendiri dengan kakak kelasnya yang satu itu.

Ya sudahlah, Al, bicarainnya nanti malam aja, ia membatin.

Sore ini Aliya yang bertugas menjaga abinya selepas akad nikah tadi. Umi sudah pulang ke rumah dan akan kembali lagi nanti malam, sedangkan Mas Reza sendiri harus balik ke Tasik, tempat ia dan keluarga kecilnya tinggal bertepatan dengan masa cutinya yang sudah habis.

Haris dan Mila, mertuanya itu secara bersamaan masuk ke dalam ruangan. "Aliya sayang, kami sudah memindahkan barang-barangmu ke rumah baru kamu dan Akmal. Jadi tidak usah repot lagi, ya."

Aliya membungkuk, mengucapkan terima kasih. "Maaf Pak Haris, Bu Mila, sudah merepotkan."

"Panggil kami papa-mama saja, Aliya. Sekarang, kan, kamu sudah jadi menantu kami, itu sama dengan kamu anak kami juga." Mila menyunggingkan senyumnya.

"Baik, pa, ma." Ia berkata kikuk, tidak terbiasa.

"Ya sudah, mama cuman mau kasih tau itu aja. Kami pamit, ya. Kami selalu berdo'a untuk kesembuhan abimu."

"Iya, makasih, ma, pa."

"Eh, ma, pa." Akmal yang baru masuk segera mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

Bandel-bandel sama orang tua hormat juga ternyata, ia tersenyum sendiri, seakan hal tersebut merupakan hal yang langka sekali untuk dilihat.

"Aliya kalau mau tau apa-apa tentang anak mama ini jangan sungkan-sungkan telepon, ya, tadi sudah di kasih nomornya mama ke umi kamu," pesannya setengah berbisik membuat Akmal jadi curiga.

"Maaa, gak usah rahasiaan gitu. Mas juga bakal kasih makan si Aliya kali, tenang aja."

"Mama bukan bicarain kamu, kok, ya kan, sayang?"

Aliya hanya tersenyum menanggapi.

"Ya sudah, baik-baik, ya. Urus dia dengan benar Akmal. Aliya itu sudah jadi tanggung jawab kamu sepenuhnya, bukan umi abinya lagi."

"Iya mama bawel, cepetan pulang, gih."

"Ih, kamu ngusir mama ceritanya?" Mamanya berlagak sok anak kecil.

Haris segera saja merangkul pundak istrinya itu sambil berkata, "udah, ah, sayang, kamu tuh suka banget godain anakmu. Yang ngerangkul aja jarang banget digodain."

Sontak saja Aliya tertawa lepas mendengarnya yang langsung mendapat tatapan dari Akmal, seperti mendapat hiburan baru.

Tuh, kan, Mal, liat si Aliya. Ketawa gak ketawa, cantiknya gak bakal ilang. Apalagi kalo manyun, bukannya ilang pasti malah nambah.

Eeeh, si hati tau aja apa yang ada di pikiran Akmal. Benar juga. Karena ia sama sekali tidak dekat dengan gadis itu, ia jadi tergoda untuk membuatnya manyun. Seperti kata si hati, pasti cantiknya nambah.

With You [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang