Cerita ini telah diterbitkan.
Afwan hanya beberapa part yang tersisa. Untuk versi lengkapnya, beli bukunya sekarang, yuk 😊***
Hai, aku adalah pemula di sini! Tapi aku harap kalian enjoy dengan ceritanya, ya!!
***
Aliya menatap dandanannya pagi ini yang nyaris menyaingi badut jalanan. Tas dari karung beras dengan tali rafia untuk slempangannya, bando mickey mouse di atas kepala, topeng mata seperti di pesta topeng kerajaan, serta jilbab yang dikenakannya pun sudah memiliki banyak warna dari setiap macam-macam pilox. Tentu saja ini semua adalah kerjaan dari kakak OSIS sekolahnya untuk berdandan seperti ini di MOS terakhir mereka. Oh, tentu saja mereka juga harus memberikan 'surat kagum' mereka kepada kakak OSIS. Kegiatan itu merupakan hal yang paling ia tidak sukai.
Kenapa?
Ia hanya mengenal kakak OSIS pembimbing di gugusnya saja, dan itu cewek. Sialnya, bahwa mereka harus membuatnya untuk lawan jenis, sama dengan ia harus membuat untuk kakel cowok!!
Oh, tunggu. Ia ingat satu kakel OSIS cowok di sekolahnya. Amel, sahabatnya yang juga masuk di SMA yang sama dengannya, dan kebetulan memiliki kakak cowok yang sayangnya sekarang baru duduk di kelas 2 SMA pernah cerita tentang kakak OSIS yang tidak seperti anak OSIS. Setiap MOS ia tidak pernah memakai jaket OSIS sekolah mereka, bahkan katanya sering keluar masuk ruang BK!
Ok, Aliya, coba diingat-ingat siapa namanya...
Namanya...
Oh! Ia ingat sekarang.
Akmal Faiz Ardicandra.
Baiklah, sebelum berangkat tangannya dengan cepat menulis 'surat kagum' untuk si kak Akmal Faiz Ardicandra itu, dan ... selesai!
"Aliya berangkat mi. Assalamu'alaikum." Ia mencium punggung tangan uminya dengan cepat sebelum nantinya terlambat di sekolah.
"Wa'alaikumsalam. Eh, mba Al, sarapan duluuuu!"
"Aliya bawa roti koook." Dengan cepat ia berlari menuju salah satu ojek pangkalan untuk mengantarnya menuju SMAN 1, sekolahnya.
***
"Al, bawa suratnya, kan?" Amel menghampiri sahabatnya yang sedang sibuk merapikan kembali barangnya sebelum penutupan MOS berlangsung.
Aliya menoleh, "hah? Oh, bawa kok Mel. Tenang aja."
"Nulis buat siapa, sih? Bukannya lo masih belum kenal sama anak OSIS gegara waktu hari kedua yang mintain nama dan ttd anak OSIS itu gak masuk?"
"Ada satu kok. Yang pernah kamu ceritain, Mel."
"Oh, kak Akmal?"
Aliya mengangguk, "abis bingung mau kasih ke siapa. Buatnya aja baru pagi tadi. Jadinya, ya, gitu, deh."
"Oke, bisa ditebak isinya pasti bukan rasa kagum, kan? Dasar, Aliya. Semoga aja bukan surat lo yang nantinya dibacain di depan. Gak bisa bayangin deh, kak Akmal yang keren tapi bandelnya minta ampun itu harus dapet surat dari orang sepolos Aliya Nuranindya."
Aliya hanya dapet menanggapi dengan cengiran, dan setelahnya mereka sama-sama turun ke lapangan untuk mengikuti acara penutupan.
***
"Akmal Faiz Ardicandra? Wah, Mal, akhirnya lo dapet surat juga dari adek kelas. Bacain bacain di depan."
Cowok dengan badan tinggi tegap itu segera berlari ke depan podium. "Eh eh eh, jangan. Surat buat gue biar gue baca sendiri, ga usah di depan umum." Ia segera menarik cepat surat yang terlipat rapi di dalam amplop putih yang dipegang temannya.
"Ok."
Buat kak Akmal Faiz Ardicandra,
Hai, kak. Saya cuman tau nama kakak doang, itupun dari sahabat saya. Katanya kakak terkenal banget gegara sering keluar-masuk ruang bk. Itu kata temen saya loh, kak, saya kan cuman tau nama kakak doang.
Sekian,
Aliya Nuranindya, gugus 2
Akmal menatap surat itu dengan kesal. Ia meminta Rio, temannya itu untuk memberikan mic yang dipegangnya.
Sebelum berkata, ia mendengus kesal dan meremas surat itu dengan tangan kirinya. "Aliya Nuranindya dari gugus 2, gue tunggu di parkiran abis acara ini."
***
"Akmal Faiz Ardicandra? Wah, Mal, akhirnya lo dapet surat juga dari adek kelas. Bacain bacain di depan."
Amel menatap sahabatnya cemas. "Eh, Al, jangan-jangan itu surat lo lagi."
"Aduh, Mel, semoga aja bukan deh. Pasti kak Akmal banyak dapet surat kagumlah kalo diliat dari mukanya. Cakep gitu."
"Iya juga, sih. Semoga aja, ya, Al. Eh, tapi, kok suratnya malah diremukin gitu, sih?"
Aliya mengendikkan bahunya, sama bingungnya dengan Amel. Emangnya isinya gimana, sih, kok bisa diremukin gitu? batinnya.
"Aliya Nuranindya dari gugus 2, gue tunggu di parkiran abis acara ini."
Hah? Apa tadi katanya?
Amel menoleh dengan cepat, "Al?"
Tamatlah riwayatnya hari ini!
***
Hei, terima kasih yang sudah menyempatkan baca. Vote&komennya boleh, kan?^^
Klo ada kritik-saran bilang aja, gapapah. Maafkan ceritanya yang masih aneh ini. Saya pemula kakak:D
1 Oktober 2016
Revised: 23 April 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
With You [✔]
Spiritual[SUDAH TERBIT - TERSEDIA DI GRAMEDIA & GOOGLE PLAYBOOK] #2 in spiritual [14042017] Warning! Kadar manis berlebih di dalam cerita ini. Semoga suka:) • Akmal Faiz Ardicandra tidak pernah menyangka akan menikah dengan adik kelasnya sendiri sekaligus s...