20

1.6K 215 1
                                    

Setelah setengah ngebut menuju daerah rumah Nino, akhirnya mobil berisi seratus cup es krim yang aku bawa dari warung sudah sampai dengan selamat dan mudah-mudahan tidak terlalu cair. Perjalanan dari warung ke rumah Nino hanya 45 menit sih, semoga saja masih berbentuk es krim.

Sesampainya aku dan Salma di depan rumah Nino, mas Ale dan mas Tio; pekerja catering orang tua Nino, langsung menghampiri bagasi belakang dan saling bantu mengangkat satu kardus besar berisi seratus cup es krim untuk dimasukan ke dalam rumah.

Aku menutup pintu mobil sambil menyipit-nyipitkan mata. Astaga, padahal ini sudah hampir jam empat, tapi kenapa sang matahari sinarnya masih menyengat sekali, ya. Aku merapikan mini dress selutut berwarna biru-ku yang ujung lengan-nya sedikit terlipat.

"Sal, menurutmu kebesaran nggak sih, dress-nya?" tanyaku sambil memutar badan.

Salma yang baru saja meng-lock mobilnya, langsung menghadapku. "Nggak ah," tukasnya.

"Beneran?" aku memperhatikan mini dress-ku lagi. "Nggak kayak perahu layar 'kan?"

Salma menyemburkan tawanya. "Apaan sih, Ta, ini 'kan cuma birthday party. Birthday party-nya bocah umur dua tahun lagi. Bukan kondangan," Salma berubah ngomel. "Lagi pula, setelah beberapa bulan dekat sama Nouri, harusnya kamu ada peningkatan berat badan kek. 'Kan seneng mulu, hehe-aduh!"

Ocehan Salma berhenti ketika aku menyambit pelan lengannya dengan tas selempang kecil yang aku bawa.

Nggak lama, aku nggak menghiraukan lagi ocehan, atau yang katanya Salma; nasehat, yang sedari tadi Salma bicarakan. Soalnya, lama-lama pembicaraannya ngelantur kemana-mana. Salma baru benar-benar stop mengoceh ketika kami sampai di pintu masuk rumah Nino dan dihadang dengan ramah oleh ibu Nino, yang mana adalah tanteku dan Salma; tante Wina.

"Salma!" seru ibu yang sudah berumur lebih dari setengah abad itu. "Kenapa makin empuk aja sih," komennya sambil cipika-cipiki Salma, sesekali beliau mencubit gemas lengan Salma.

Kemudian, tante Wina beralih kepadaku. "Duh, ponakan tante yang paling rantau. Agak gemukan ya sekarang?" beliau mencubit gemas pipiku, kemudian kami saling cipika-cipiki juga.

Tante, you are the-ah, auk lah, sudah berapa orang yang bilang aku sedikit gemukan. Alhamdulillah, berarti sekarang aku nggak seperti tiang berjalan 'kan.

Setelah basa-basi sebentar, sambil bertukar kabar, aku dan Salma dipersilakan masuk karena acara baru saja dimulai.

"Ada MC-nya juga tante?" tanya Salma, karena sayup-sayup terdengar suara seorang perempuan yang kedengarannya girang sekali memimpin acara.

"Ada lah, kayak nggak tahu si Nino orangnya gimana," entah, itu tante Wina ngeremehin atau ngebelain.

Beberapa tamu yang hadir sama sekali tidak asing. Banyak kerabat yang hadir malah daripada orang-orang yang kemungkinan teman atau tetangga Nino. Aku melihat jelas om-om, tante-tante, bahkan sepupu-sepupu serta keponakan-keponakanku yang datang memenuhi acara

Sesampainya di teras belakang rumah Nino yang cukup luas, dan sebagai tempat berlangsungnya acara, aku dan Salma menghampiri dan menyalami para om dan tante yang ikut muncul di acara cucu ponakan mereka. Kami juga basa-basi sebentar dengan para sepupu dan kalau nggak diingatkan, bisa saja kami saling mengoceh sampai pagi tiba.

Setelah reuni keluarga singkat, aku dan Salma memilih duduk di bangku paling pojok. Ya, dekorasi tempat duduknya dibuat melingkar dan menghadap ke MC sih. Jadi, mau duduk dimanapun juga bakal tetap terlihat jelas berlangsungnya acara seperti apa.

Aku melihat Nino sedang menggendong putranya, Hilmy. Sementara Intan, istri Nino sibuk berbincang-bincang dengan sang pembawa acara yang butuh beberapa detik untuk aku menyadarinya kalau pembawa acara party ini adalah Meidyta, teman Nino yang aku kira fresh graduate dan kw-nya Tika Bravani itu.

Almost Home (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang