1. Hujan

432 17 2
                                    

"Yah hujan lagi ayah" aku mengaduh kesal karena hujan selalu mengguyur kotaku. "Gapapa kalo gitu kita tambah dua kue lagi" seru ayahku dan aku hanya tersenyum kegirangan penuh semangat.


Nostalgia waktu kecil kala kulihat hujan. Aku akan senang karena aku bisa makan kue sepuasnya. Hari ini hujan. Aku tidak bisa pergi kemana-mana dan terpaksa aku duduk bermalas-malasan diatas sofa ruang tamu. "Kak aku pergi dulu ya dah." Ucap adikku dari arah pintu. Aku hanya melihatnya malas. Selalu begitu. Adikku suka hujan. Disaat hujan dia selalu berpergian, sedangkan aku benci hujan karena semua aktivitas di luar rumah menjadi terhambat. Belum lagi kalau becek yang membuatku basah. Huh aku benci hujan!


Aku bingung harus apa sekarang. Hujan masih turun lumayan deras. Aku ingin keluar rumah. Mungkin hujan seperti ini tidak akan membuatku basah. Baiklah ambil payung dan segera pergi ke toko kue!
Ku buka payung biru muda. Segera saja aku menyusuri gang rumahku. Tepat di sebrang sana banyak toko-toko indah dengan cahaya lampu yang berwarna-warni. Aku suka melihatnya. Saat ku ingin menyebrang

Brakkkkk........

"Maaf saya ga sengaja, kamu gapapa?" Ucapan pertama yang keluar dari mulut orang itu.
"Oh ngga saya gapapa. Hanya luka baret sebentar lagi hilang kalo kena air hujan" ucapku menahan perih di ujung tangan dan kakiku. Aku berani sumpah ini sangat perih apalagi terkena air hujan. Tuh kan aku benci hujan pokoknya!
"Yakin? Itu berdarah. Kamu mau kemana? Saya obatin dulu ya terus saya traktir kamu deh di kedai kopi disana. Saya jadi gaenak soalnya." Ucapnya lagi. Duh aku gaenak. Aku yang nabrak dia sebenarnya tapi ya lumayan deh makan gratis hihihi.
"Um... yasudah."
Dia langsung menopang tanganku dan memayungiku. Aku risih sebenarnya karna diliatin orang sekitar sana, tapi biarlah yang penting aku dapat makan gratis.
Sesampainya di kedai kopi dia langsung mendudukanku di sebuah bangku dekat dengan jendela. Aku jadi de javu. Dulu ayahku suka mendudukanku di dekat jendela jika sedang di toko kue dulu. Dia pergi entah sepertinya ke arah dapur. Tiba-tiba dia datang membawa kotak P3K. Dia membersihkan darah yang menempel dilukaku dan segera memberinya obat merah dan plester. Selesai.
"Oh ya kita belum kenalan. Nama saya Juni" Ucapnya seraya duduk dihadapanku.
"Saya Aira" ucapku sembari senyum. Tipis sangat tipis senyumku. "Kamu tau kenapa belakangan ini selalu hujan? Padahal ini bulan Juni." Tanyanya kepadaku. Aku tak tahu harus jawab apa. Akhirnya aku menggeleng. Tiba-tiba seorang pelayan datang dengan membawakan dua cangkir kopi hitam panas dan dua buah roti panggang yang baru matang. Aku jadi lapar. Sepertinya dia memperhatikanku. Nah kan benar. Tapi aku sangat lapar. "Kamu makan aja dulu. Nanti sehabis makan saya akan jawab pertanyaan tadi." Ucapnya sembari tersenyum sangat hangat. Akhirnya aku menyantap juga hidangan itu.
Selesai makan aku masih menunggu dia. Aku menunggu jawabannya tapi tiba-tiba. "Kamu bisa pulang sendiri kan Aira? Saya harus ke kantor sekarang karena ada urusan yang mendadak. Pertanyaan tadi untuk pr kamu. Karena saya yakin kita akan bertemu lagi. Dah." Ucapnya sembari melambaikan tangan dan tersenyum sangat manis. Ah andai aku jatuh cinta padanya.

Pria HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang