'Cerah' pikirku melihat awan di hari Kamis ini. Entah kenapa pikiranku akhir-akhir ini suka belok kemana-kemana. Harusnya aku memikirkan Ujian besok tapi aku malah memikirkan dia. Ya dia lelaki yang sudah 2 minggu belakangan ini selalu menghantuiku. Bahkan aku tak tahu bahwa kami satu sekolah.
"Aira boleh ngga saya duduk disini?" Tanya sebuah suara yang kukenal. Aku menoleh dan tersenyum sembari mengangguk sebagai jawaban iya.
"Tumben ngga hujan, apa jangan-jangan pria hujannya sudah pergi kali ya hahaha" ucapku sembari tertawa yang kubuat-buat ku lihat dia menoleh dan tersenyum.
"Masih inget aja sama pria hujan. Oh ya kemarin kan saya bilang mau kasih tau kamu sesuatu ya?" Tanyanya ramah. Aku mengeryit bingung. Aku memutar otakku dan oh aku ingat.
"heem memang mau kasih tau apa?" Tanyaku penasran. Dia seperti mengambil sesuatu dari laci meja diruangan itu. Dan itu sebuah bunga matahari. 'Sangat cantik' pikirku.
"Ini buat kamu, mungkin saya emang bukan laki-laki yang kaya di film-film atau novel-novel romantis yang kamu baca mungkin. Tapi saya tulus sama kamu ra. Kamu mau kan jadi pacar saya?" Tanyanya to the point. Aku terpenjarat kaget, ku kira dia suka dengan Tarisa, nyatanya dia suka padaku. Aduh aku bingung ingin menjawab apa.
"Jawabannya ra? Jangan buat saya gugup" ucapnya sembari tersenyum canggung. Ku lihat dia mulai gelisah.
"Kamu tau jawabannya Juni" ucapku sembari mengambil bunga matahari itu dan tersenyum kepadanya. Dia langsung memelukku.
"Um Jun ini disekolah" ucapku yang membuat dia langsung melepas pelukannya.
"Abis saya eh aku eh umm aku kelewat bahagia sih" ucapnya sembari menggaruk tenguknya yang tidak gatal.
"Um Aira" panggilnya aku menoleh.
"Kamu jangan bilang temen kamu ya kalau kita sudah resmi pacaran." Ucap Juni dengan nada khawatir. Aku hanya menaikan sebelah alisku.
"Kenapa?"
"Aku takut mereka ngebenci kamu" ucapnya membuat jantungku mencelos begitu saja. Sesulit ini kah aku untuk mencintainya saja? Oh Tuhan mungkin kedepannya aku harus siap mental dan kesabaranku atau mungkin aku harus siap-siap makan hati.
"Iya Juni. Aku ke kelas ya dah" ucapku tersenyum sembari berlalu meninggalkannya di ruangan tersebut.
Tuhan baru saja aku bahagia, tapi kenapa sekarang aku rasanya seperti ditampar keras-keras. Ya ku akui banyak yang menyukai Juni. Tuhan jadikanlah aku orang-orang yang sabar.HEYHO berapa lama ga apdet? wkwk masih ada yang baca kah? wkwk ini absurd sumpah tapi makasih yang udah baca sama vomment. btw ku punya cerita baru cek profil ya judulnya Mercy. coba di baca manatau suka, kalo suka vomment sama tap recomend boleh lah wkwkwk. Cerita ini juga ya kalo kamu suka bisa dong vommentnya dan tap buat recomend ke temen-temen kalian hehe. oke udah ah :3
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Hujan
Teen FictionSetiap ada dia pasti selalu hujan. Uh aku tidak mengerti. Apa mungkin dia adalah pria hujan?