2. Sepucuk Surat

293 10 2
                                    

Masih setia di depan laptopku. Banyak tugas yang belum kuselesaikan. Tapi kenapa pikiranku selalu tertuju pada laki-laki kemarin ya. Apa benar aku jatuh cinta padanya? Sepertinya, aku tidak tahu. Sudahlah aku masih 16 tahun sedangkan dia mungkin sudah berusia 21 tahun. Dia bilang kemarin akan kekantor, artinya dia sudah dewasa sedangkan aku hanya anak remaja. "Kak ada tukang pos" teriak adikku dari bawah. Huh mengganggu saja.
Dengan langkah malas aku turun kebawah dan segera menemui tukang pos itu. "Ini mba ada surat." Ucapnya sembari tersenyum. "Dari siapa ya pak?" Tanyaku penasaran.
"Saya ngga tau mba coba aja mba baca." Ucapnya lagi menjelaskan.
Aku hanya terdiam dan menandatangani kertas itu segera ku berterimakasih dan tersenyum.
Aku masuk ke kamarku. Kubuka surat itu perlahan kusobek sisi samping kanannya. Dan isinya sepucuk surat entah dari siapa.

Teruntuk gadis berpayung biru muda,

Saya tau kamu kaget kan tiba-tiba mendapat surat entah dari siapa. Saya hanya ingin bilang, bagaimana kabarmu? Apa lukanya masih perih seperti kemarin? Oh iya sudah kamu temukan belum jawaban dari pertanyaan kemarin? Kalau belum semangat ya untuk mencarinya.

Salam, Pria kedai kopi.

Aku cekikikan sendiri membaca surat itu. Ada rasa menggelitik diperutku. Oh Tuhan sekarang aku benar jatuh cinta padanya.
Kubuka laci meja riasku segera saja kusimpan surat itu disana. Aku akan menulis surat balasan untuknya tapi tidak sekarang. Entah kapan, karena aku yakin seperti katanya kemarin, kita akan bertemu lagi.

Pria HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang