Pagi ini mendung. Tapi tidak hujan. Hari ini aku libur sekolah. Memang aku sedang dalam masa liburan sekolah. Usiaku baru 16 tahun. Aku kelas sepuluh SMK. Aku bangkit dari kasurku dan segera masuk ke kamar mandi. Namun kudengar teriakan dari bawah.
"Kak ada surat dari tukang pos!" Itu adikku yang berteriak.
Niatku ingin mandi jadi tertahan. Yasudah aku kebawah saja dulu.
Sesampainya dibawah adikku langsung menyodorkan sebuah surat itu.
"Makasih ya dik" ucapku tersenyum simpul kemudian berlari keatas kamarku.
Sesampainya di kamarku, ku buka surat itu dan segera saja kubaca.Aira
Saya sudah baca suratmu itu. Saya hanya ingin bilang, kalau kamu cinta sama saya, saya juga akan mencintai kamu. Tapi, kalau kamu cuma kagum, saya akan tetap mencintai kamu. Ngga butuh alasan. Saya alami jatuh cinta sama kamu.Juni.
Aku tersenyum sendiri membaca surat itu. Ada perasaan hangat yang menyelimuti diriku saat ini. Aku tertegun, ternyata dia juga mencintaiku. Entah besok atau seterusnya jika diriku bertemu dengannya aku masih bisa berbincang dengan hangat atau dengan canggung. Aku tidak tahu.
Satu hal telah kuluruskan. Ku pastikan pada diriku sekali lagi, aku benar mencintai dirinya. Tuhan bolehkah aku mencintainya?Pagi hari ini cerah, hari ini aku berangkat kesekolah. Karna seminggu yang lalu aku memutuskan untuk tidak berangkat kesekolah karena, aku belum siap bersekolah dan bertemu dengan teman baru. Ya, aku pindahan. Dulu saat kecil aku mengenal baik kota ini, namun sayang ketika umurku beranjak 7 tahun, kota ini harus hangus terbakar dan hanya menyisahkan reruntuhan bagunan yang terlihat sangat hitam karna bekas kobaran api. Setelahnya aku memutuskan untuk pergi dari kota itu ke kampung halamanku. Dan sekarang tepat umurku 16 tahun aku kembali menginjakan kaki di kota ini dan akan menetap selamanya di kota ini. Tak banyak perubahan dari kota ini namun sanggup membuatku rindu akan suasana kota yang dulu.
Aku merapikan pakaianku setelah tuntas sarapan dan mencuci piring segera saja aku berangkat ke sekolah dengan naik angkutan umum.
Sesampainya disekolah aku sangat canggung. Sudah lama sejak aku memutuskan untuk bersekolah SMA di kota ini, tapi baru sekarang aku masuk ke sekolahan ini. Aku benar-benar tidak siap bertemu dengan teman baru.
"Aira" sapa seseorang sembari menepuk pundakku.
Aku menoleh "Iya bu" ucapku sembari tersenyum.
"Akhirnya keputusanmu untuk melanjutkan sekolah lagi, walau tertinggal beberapa bulan tapi, tidak apa-apa. Ibu yakin kamu bisa mengikuti pelajaran di sekolah ini." Ucapnya panjang lebar sembari tersenyum. Aku mengikutinya sepertinya akan berjalan ke arah sebuah kelas. Setelah sampai aku membaca sebuah tulisan yang tergantung di atas pintu kelas XI IPS-3 loh ternyata aku langsung lompat kelas? Tak apa aku yakin bisa mengikuti pelajarannya. Karna dulu aku memang terkenal menjadi anak yang pandai namun aku tak mau di cap seperti itu, karna hanya akan membuatku besar kepala nantinya.
"Ini murid barunya bu?" Tanya seorang laki-laki paruh baya
"Iya namanya Aira. Mulai hari ini dia resmi menjadi siswa kelas ini." Ucapnya menjelaskan. Aku tersenyum kikuk.
"Nah Aira semoga kamu bisa mendapatkan teman baru ya nak. Ibu akan ke kantor. Permisi pak" ucapnya ramah sembari meninggalkanku di depan kelas.
"Ayo Aira masuk." Ucap laki-laki itu dan menuntun diriku masuk ke kelas. Suasana kelas yang tadinya ribut mendadak senyap. Semua mata tertuju padaku, aku tidak suka posisi ini. Sangat risih ditatap dengan tatapan yang berbeda-beda oleh banyak orang.
"Ya anak-anak ini adalah teman baru kalian. Bisa perkenalkan dirimu?" Ucap lelaki itu. Aku mengangguk dan tersenyum mantap.
"Hai semua perkenalkan nama saya Aira. Hari ini saya resmi menjadi bagian dari kalian, saya harap kita semua bisa berteman dengan baik" ucapku sembari tersenyum dengan ramah. Pak Adi, nama guru itu menyuruhku untuk duduk. Segera saja ku hampiri bangku di barisan ketiga dekat dengan jendela. Aku duduk dengan seorang perempuan disana. Dia cantik rada bule.
"Hai kenalin nama gue Livia. Mulai hari ini lo harus jadi temen gue." Ucapnya kemudian mengulurkan tangan aku menerima uluran tangan itu dan segera berjabat sembari tersenyum.
Pelajaran di kelas berlangsung hingga bel istirahat berbunyi.
"Ra ayo ke kantin gue lapar." Ucapnya sembari menarik tanganku.
Di kantin sangat ramai. Aku tidak suka keramaian tapi perutku sangat tidak bisa diajak kompromi. Akhirnya aku memutuskan mencari kursi di pojok kantin sementara Livia memesankanku makanan.
Tiba-tiba ada sosok laki-laki menggunakan almamater berwarna biru dongker. Sangat mencolok. Dia berlari kearah fotokopian yang ada di dekat kantin. Tunggu aku seperti mengenalnya. Dia. Lelaki kemarin yang kutemui di kedai kopi. Lelaki yang berhasil membuatku jatuh cinta. Juni.
"Woi ngelamun aja sih. Ini bakso pesenan lo sama jus jambunya. Btw liatin apa sih?" Tanya Livia tapi aku masih sibuk memperhatikan dia. Ya dia yang baru saja keluar dari fotokopian itu. Tak sengaja mataku dan matanya bertemu. Selama beberapa detik dia menatapku kaget dan langsung saja dia tersenyum, kurasa dia menghampiriku. Buru-buru aku sibuk dengan mangkuk basoku.
"Hei" sebuah sura bariton menyaut dari depanku.
"Hei" balasku ramah.
"Eh kak Juni. Mau makan kak?" Tanya Livia akrab.
"Ngga usah tadi udah" balasnya.
"Oiya Aira ini kak Juni dia ketua osis di sekolah ini. Dan kak Juni ini Aira dia murid baru dikelas gue" ucapnya memperkenalkan. Dia hanya tersenyum sembari menatapku.
"Woi serius amat ngeliatin temen gue. Ntar suka loh" ucap Livia.
"Oh ya Liv nanti pulang sekolah ada rapat osis. Yasudah saya pergi dulu ya. Dah Liv. Dah Aira" ucapnya sembari bangkit dan pergi.
"Aira kak Juni ganteng ya" ucap Livia
"Hm biasa saja menurutku" balasku. Livia menoleh.
"Ini rahasia kita ya Ra" ucap Livia setengah berbisik. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Gue suka sama kak Juni" ucapnya sembari menunjukan semburat merah di pipinya. Kalian tau apa yang aku rasakan saat ini, rasanya hati saya retak sedikit ketika tahu bahwa gadis didepanku ini menyukai dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Hujan
Teen FictionSetiap ada dia pasti selalu hujan. Uh aku tidak mengerti. Apa mungkin dia adalah pria hujan?