Jenner POV
"Dengan senang hati gue terima syarat lo dan tanpa lo suruh gue bakalan ada disamping lo tanpa harus lo minta. Sekali lagi gue minta maaf karena kejadian tadi dan makasi karena lo masih mau maafin gue." Ucap Leo sambil mengelus elus puncak kepala ku. Entah kenapa setiap perilaku Leo yang sangat manis seperti itu merasa dirinya sangat nyaman berada di dekat lelaki ini dan kenyamanan itu hadir kembali seperti dulu Ia nyaman dengan seseorang yang membuat dunia nya hancur.
'Kalo gak gara gara Zahra ga bakal dah gue mau jadi pacar nerd satu ini.' Batin ku saat melihat wajah Leo yang sangat bahagia. Sejujurnya bukan hanya Zahra yang membuat ku mau menjadi pacarnya, namun karena rasa penasaran yang sedari dulu berlarian di kepala nya, dulu, itulah kalimat yang membuatku semakin ingin mengetahui siapa sebenarnya nerd ini.
Aku memutuskan untuk meninggalkan sekolah. Aku membenci nya, ralat sangat membencinya. Dia yang telah merebut first kiss yang seharusnya harus aku jaga. Dan yang kalian harus tahu, yang merebut itu salah satu nerd di sekolah. N E R D, suatu makhluk yang sangat harus dijahui, menjijikan, dan tidak etis untuk menjadi sahabat. Aku melajukan mobil dengan sangat cepat, aku berharap semoga dia dapat di keluarkan dari sekolah. Dia, iya dia, Leo Aldric A.
Sesuatu bergetar dari dalam saku rok ku, dengan segera aku mengambil dan melihat siapa si penelpon. 'Zahra'. Dengan segera aku mengangakat telpon dari sahabat ku ini."Halo. Kenapa, Ra?" Tanya ku ditengah isak tangis.
"Gue mau ngomong." Jawab Zahra diseberang sana. Terdengar suara riuh kelas dan suara serius dari Zahra.
"Iyaa lo mau ngomong apaan? Kayanya serius banget dah." Ucap ku sambil menghapus air mata yang hampir jatuh ke pipiku. Saat mendengar keseriusan Zahra yang sangat langka, karena Zahra tidak pernah berbicara dengan nada seserius ini.
"Lo tau nerd baru itu kan? Dan yang lo harus tahu..." Jawab Zahra yang sepertinya menjauhi kelas karena hanya samar samar aku bisa mendengar riuhnya kelas.
"Plis deh ya, gue lagi gak mau bahas nerd itu. Denger lo bilang 'nerd baru' aja udah buat gue males apalagi ngomongin tuh anak." Ucapku memutar bola mata dan memotong pembicaraan Zahra. Terdengar dengusan kasar Zahra.
"Gue udah pernah bilang ke lo berapa kali sih? Gue paling gak suka kalo gue ngomong dipotong potong. Gue juga males kale ngomongin tuh anak yang gak etis. Jadi gini loh, kan gue udah dikasih tanggung jawab sama bokap buat megang perusahaan berlian. Nah waktu itu ada rapat sama perusahaan berlian punya keluarga Alexi. Gue kira yang dateng itu Jordan, secara dia kan anak tunggal dari keluarga Alexi, eh gak tahu nya yang dateng itu si nerd! Awalnya gue gak percaya kalo si nerd itu yang dateng tapi pas gue liat liat emang mirip banget sama tuh anak." Jelas Zahra yang membuat aku tak percaya. Nerd? Dia memegang perusahaan berlian milik keluarga Alexi? Alexi? Keluarga yang membuat kebahagiaan dan semua awal pertempuran dimulai.
"Nggak ah, masa nerd yang kaya gitu megang perusahaan Alexi? Lagian kalo emang dia keluarga Alexi kenapa dinama dia kaga ada Alexi nya? Mungkin lo salah liat. Jangan kocak deh kalo ngomong." Jawab ku dengan tertawa hambar. Aku tahu bahwa sekarang sahabatnya sedang membuat lelucon agar aku tertawa.
"Yaelah nih anak kalo dibilangin kaga percayaan. Gue serius kale, Jen. Gunanya apa coba gue bikin cerita yang sangkut pautnya sama tuh nerd. Gue juga jijik kale sama dia. Kaya gak ada candaan laen aja sampe gue ngehibur lo tentang dia." Ucap Zahra dengan nada geli.
"Ehm, iya juga sih. Terus emangnya hubungan sama gue apaan? Kok tiba tiba lo cerita tentang dia ke gue?" Tanya ku dengan sedikit bingung karena apa hubungannya aku sama tuh nerd?
"Gue tahu lo pasti kepo sama dia, dan gue pun juga kepo dengan tuh anak. Jadi gue mikir buat lo terima aja dah darw dari tuh anak. Daripada lo mati gara gara kepo lan gak lucu. Yakale, Beril Jenner Elvarette dikabarkan telah tiada karena rasa kepo yang sangat dalam terhadap nerd. Mau lo berita kaya gitu kesebar di semua medsos? Kalo gue sih ogah ya." Ucapnya sambil terkekeh yang disusuh kekehan dari Liana. Ternyata Liana sedari tadi ada di sebelah Zahra.
"WHAT?! Lo gak lagi kumat kan? Masa gue disuruh pacaran sama salah satu makhluk hidup yang sangat menjijikan, supel? Dan lo gak lagi do'ain gue buat cepet mati kan?" Tanya ku sembari mengerem secara tiba tiba dan membuat suara klakson bermunculan. Dengan segera aku menepikan mobil kesayangan ku.
"Plis deh, Jen. Gue gak lagi kumat, gue nyuruh kaya gitu kan biar rasa kepo kita ilang dan gue gak do'ain lo buat cepet mati. Gue cuman mau tahu siapa sih aslinya nerd itu. Gue yakin lo pasti juga kepo kan? Udah gak usah bohong gue bisa baca pikiran orang." Ucap Zahra yang sepertinya sedang berduaan dengan Michael, pacarnya, karna samar samar terdengar suara Michael.
"Hm.. Ya, gue akan pacaran sama tuh anak. Tapi cuman sebulan, ogah gue lama lama deket sama nerd." Ucap ku dengan dengusan kasar. Bagaimana mungkin, sahabatnya malah menyuruhnya pacaran dengan orang yang menjijikan dan tidak menghibur ku sama sekali. Ini seperti 'sudah jatuh tertimpa tangga'. Seketika tetesan air mata turun kembali dipipiku.
"Nahh gitu dong. Yaa dah kaga napa lo pacaran cuman sebulan, kalo lo juga nyaman sama dia lebih dari sebulan juga kaga napa. Yaudah gue matiin yaa, ada Michael nih, hehehe." Ucap Zahra sambil terkekeh dan terdengar suara manja manjaan dari Michael. Terkadang aku bingung kenapa yang manja itu Michael bukan Zahra? Seharusnya yang bermanja manja kan yang perempuan?.
"Yayaya.. Yaudah, bye Ra, bye Na, bye Chael." Ucapku dan mendengar jawaban dari mereka bertiga. Aku kembali memasukkan hp kedalam kantong rok. Dengan mood yang berantakan aku melajukan mobil dengan kecepatan tinggi dan sekali lagi tetesan terus mengalir hingga aku sampai dirumah.
"Ber, kamu kenapa? Kok ngelamun aja sih dari tadi? Emang lagi mikirim apa?" Tanya Leo dengan nada yang khawatir. Mataku melihat mata hitam pekatnya. Teduh. Yah, teduh rasanya melihat mata hitam pekat milik Leo.
"Eh, gue? Emang gue kenapa? Oh, gue gapapa kok. Yaudah yuk turun, laper gue." Ajak ku mengalihkan topik pembicaraan. Tanpa sengaja aku menarik pergelangan tangan milik Leo, dan secara spontan aku langsung melepas dengan wajah gugup. Yah, bagaimana tidak? Jika kalah ada diposisi ku dan tidak sengaja menarik tangan lelaki? Apa kalian tidak akan malu dan gugup? Pasti jawabnnya, iya. Dan itulah yang aku rasakan saat ini. Aku bertingkah seperti orang bodoh dan langsung meninggalkan Leo yang masih terbengong diatas sana.
"Aldr... Eh , Leo mana sayang? Kok gak diajak turun?" Tanya mamaku saat mengetahui Leo tidak ada di sampingku. Merasa dirinya terpanggil, Leo segera berlari kebawah dan tersenyum hingga membuat matanya membentuk seperti garis.
"Leo disini tante, kangen yaa sama Leo?" Goda Leo yang membuat papa terbahak-bahak.
"Kamu itu yaa, masih sama kaya dulu, gak pernah berubah. Selalu saja menggoda Syakira." Ucap papa disela tawa dan langsung dibuahi senggolan dari mama yang membuat papa berhenti tertawa. Aku langsung menatap papa dengan bingung dan penasaran.
'Dulu? Kenapa kata-kata itu selalu membuatku bingung? Emangnya ada apa sama masa lalu ku?' Batin ku dalam hati dan memijit mijit dahi kepala ku.
---------------------------------------------------
Haiiiii...
Maaf kalo banyak typo dan lama update nyaa 😁
Jangan lupa vote and comment:)
Namaste!
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Different Personalities
Teen Fiction"Why should we believe with 'love' if that's make us hurts?" -Jenner