"SIAUW LING, kau naiklah ke dalam kereta," ujarnya halus.
Tampaklah oleh Siauw Ling di atas permukaan salju berdirilah sebuah kereta berkerudung hitam amat angker sekali kelihatannya.
Gak Siauw-cha segera membuka pintu kereta dan memasukkan tubuh Siauw Ling ke dalamnya.
"Aku sudah siapkan selimut buat kau disana, bilamana kau merasa lelah tidurlah senyenyak-nyeyaknya." Katanya.
"Ehmmmm..."
Kain kerudung hitam itu segera diturunkan kembali membuat suasana di dalam kereta terasa hangat sekali.
Tapi keadaannya semakin gelap sehingga sukar untuk melihat lima jarinya sendiri. Siauw Ling segera berteriak, "Cici, kau tidak ikut masuk kesini?"
"Aku harus mengemudikan kereta, kau baik-baiklah beristirahat seorang diri!" terdengar suara dari Gak Siauw-cha dari luar.
Selesai bicara segera terdengar suara putaran roda yang amat ramai disertai sedikit goncangan di dalam kereta tersebut, dengan secepatnya kereta berkerudung hitam itu berlari menuju ke arah depan.
Siauw Ling pejamkan matanya beristirahat sebentar, ketika membuka matanya kembali dia bisa melihat keadaan di dalam kereta itu secara lebih jelas lagi.
Jenazah dari Im Kauw yang tertutup oleh kain putih tidak lain terletak pojok kanan dari dirinya.
Im Kauw masih tetap pada gayanya semula, sepasang matanya dipejamkan dan bersandar pada dinding kereta, keadaannya begitu tenang sedikitpun tidak memperlihatkan perubahan-perubahan aneh dari seorang yang sudah mati.
"Adik Ling! Kau sedikitlah berhati-hati." Tiba-tiba terdengar suara dari Gak Siauw-cha berkumandang masuk ke dalam telinganya, "Kau orang jangan sampai membentur jenazah bibi Im..."
Dia berhenti sebentar, kemudian tanyanya lagi. "Kau takut yaaah?"
"Tidak, keadaan dari bibi Im seperti dia masih hidup."
Gak Siauw-cha menghela napas panjang, dia tidak bicara lagi dan mendadak mempercepat larinya kuda melanjutkan perjalanan ke arah depan.
Tubuh Siauw Ling yang lemah sekalipun mendapatkan latihan dari Im Kauw tetapi dikarenakan rejekinya yang tidak ada membuat latihannya mogok di tengah jalan, susah payah dari Im Kauw selama beberapa bulan dulu tidak lebih cuma berhasil sedikit menguatkan badannya saja.
Kini dia harus bersusah payah semalaman sejak tadi badannya terasa lemas, tak terasa lagi dia sudah tertidur pulas.
Entah beberapa saat kemudian dia dikejutkan oleh suara berbisik tangisan yang amat menyayatkan hati, dia orang yang amat cerdik dan pikirannya tajam segera pura-pura masih tertidur, dia tidak membuat itu terkejut oleh dirinya.
Tampaklah Gak Siauw-cha sedang berlutut di hadapan jenazah Im Kauw dan menangis dengan sedihnya, cuma saja suara tangisnya amat perlahan sekali agaknya dia takut sampai menyadarkan diri Siauw Ling.
Di samping badannya terletaklah sepucuk surat. Dengan meminjam serentetan sinar sang surya yang memancar masuk ke dalam kereta Siauw Ling bisa membaca beberapa patah kata, "...... Jangan sampai dia membiarkan dia menangis, tertawa keras, hatinya merasa terharu dan goncang..."
Tulisan selanjutnya dia tidak bisa mengetahuinya karena sudah tertutup oleh selimut di atas tubuhnya.
Beberapa kalimat yang tidak diketahui artinya ini segera membuat hati Siauw Ling berputar, pikirnya, "Kalau dilihat dari tulisan itu agaknya tulisan dari bibi Im, apakah itulah yang dimaksud dengan surat wasiatnya?"
Tak terasa lagi dia angkat kepalanya memandang, siapa tahu dengan gerakannya ini segera membuat Gak Siauw-cha sadar kembali dari sedihnya walaupun hatinya sedang susah tapi pendengarannya maupun penglihatannya masih tetap tajam. Cukup sedikit tubuh Siauw Ling bergoyang saja dia segera tahu kalau dia orang sudah bangun dari tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Kunci Wasiat (Wo Lung Shen)
Художественная прозаSeorang nyonya muda yang dalam keadaan kritis di temukan oleh sepasang suami istri di sebuah perahu di danau Tiang Pek Auw di pinggiran dusun Tan Kwee Cung. Nyonya muda tersebut dibawa kerumah oleh sepasang suami istri tersebut yang ternyata adalah...