Kunci Ketujuh

5.4K 59 2
                                    

Wajahnya berwarna merah padam keningnya menonjol tinggi alisnya tebal dengan mulut yang lebar sikapnya amat gagah dan membuat setiap orang merasa jeri.

Bilamana dia tidak bungkuk maka sikapnya tentu akan jauh lebih mengerikan lagi. Ciu Cau Liong perlahan-lahan bangun berdiri lalu dengan sangat hormatnya berdiri di sisi orang itu.

"Saudara ini adalah Siauw Ling, Siauw thayhiap yang baru saja mengikat tali persahabatan dengan siauwte," ujarnya sambil menuding ke arah pemuda tersebut.

"Eehmm jagoan jaman sekarang memang benar-benar luar biasa sekali," puji si siucay bongkok itu sambil mengangguk.

Siauw Ling yang mendengar nada ucapannya amat sombong, ia segera ulapkan tangan kanannya.

"Siauwte Siauw Ling adanya, tolong tanya siapakah nama besar dari Loo heng" sapanya.

Mendengar perkataan itu air muka Ciu Cau Liong berubah hebat. Dalam hati ia merasa sangat kuatir sekali bilamana Toanya secara tiba-tiba mengumbar hawa marah, kemudian mengusir tetamunya dari loteng tersebut.

Dia yang sudah mengetahui bagaimanakah sifat dari Toakonya, sudah tentu mengerti pula peristiwa yang bakal dilakukan olehnya.

Siapa sangka urusan sudah terjadi diluar dugaan, tampak si siucay bongkok itu cuma tersenyum.

"Cayhe adalah Jen BoK Hong dengan julukan Hiat Im Ci atau sibayangan berdarah kau puas bukan?" sahutnya.

"Ooow kiranya Jen heng, selamat bertemu!"

Sebaliknya Tang Sam Kauw yang ada disisinya merasakan badannya gemetar amat keras. Walaupun mengetahui nama besar dari perkampungan Pek Hoa Sanceng yang ditakuti oleh setiap jagoan Bulim, tetapi ia sama sekali tidak mengetahui kalau Toa Cungcu dari perkampungan Pek Hoa Sanceng tersebut sebenarnya bukan lain adalah sibayangan berdarah yang ditakuti oleh semua orang.

Dengan cepat ia majukan diri untuk menjura.

"Siauwli sering mendengar nenekku membicarakan tentang Jen Loocian."

Sebenarnya ia hendak mengucapkan kata-kata "Jen Locianpwee", tetapi sewaktu teringat kalau tingkatan dirinya adalah setingkat dengan Ciu Cau Liong sedang si bayangan berdarah itu adalah kakak angkatnya sudah tentu tidak seharusnya dan tidak sepatutnya ia menyapa siucay bungkuk tersebut dengan sebutan Jen Locianpwee.

Maka dari itu perkataan yang sudah diucapkan sampai di tengah jalan mendadak terpotong putus.

Agaknya Jen Bok Hong mengerti kesulitan dalam hatinya, ia tertawa tawar.

"Cayhe dengan Tang Loo Thay memang pernah bertemu beberapa kali," sambungnya.

"Tetapi dalam Bulim dalam tingkatan tua atau muda, kita masing-masing mengikat persahabatan sendiri-sendiri saja."

"Perkataan ini sedikitpun tidak salah" sambung Siauw Ling secara mendadak. "Cayhepun selamanya paling setuju bilamana mengikat persahabatan dengan orang lain dalam tingkatan yang sama."

Selama ini ia selalu mengingat-ingat pesan wanti-wanti dari Lam Ih Kong yang memerintahkan padanya supaya memanggil mau menegur siapapun dalam tingkatan yang sama, baik itu terhadap sastrawan maupun terhadap jagoan Bulim macam apapun.

"Heee suatu persahabatan dalam tingkatan sama yang amat bagus" seru Jen Bok Hong sambil menghela napas.

Mendadak ia bertepuk tangan beberapa kali.

Diiringi suara yang amat keras dari atas dinding loteng disisinya secara tiba-tiba membuka sebuah pintu yang amat besar disusul munculnya empat orang gadis cantik berbaju merah yang ditangannya membawa sebuah bangku batu yang amat indah sekali.

Rahasia Kunci Wasiat (Wo Lung Shen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang