Kunci Keempat

6.9K 66 4
                                    

Hari itu kesadaran Siauw Ling mendadak pulih kembali ketika dia membuka matanya
terlihatlah Im Yang Cu ad disisinya sedang si Toosu cilik berbaju hitam itu sambil
memegang sebuah mangkok obat sedang memandangi dirinya dengan hati gelisah.

Kini melihat dia sadar kembali dengan wajah yanga amat girang segera berseru, "Apakah
kau merasa baikan?"
"Hatiku terasa panas seperti dibakar. Aku rasa nyawaku tidak akan lama lagi hidup di
dunia," sebut Siauw Ling sambil gelengkan kepalanya.
"Tidak mengapa! kita sudah hampir tiba digunung Bu-tong-pay," ujar si Toosu cilik itu.
"Too supekku pandi sekali di dalam ilmu pengobatan, dan punya kepandaian untuk
menghidupkan kembali orang yang sudah mati, asalkan kita bisa tiba digunung Bu-tongpay
maka dengan cepatnya kau bakal sembuh kembali dari sakitmu."
"Heeei... kenapa kalian begitu merasa kuatir terhadap mati hidupku!" tanya Siauw Ling
secara tiba-tiba sambil menghela napas panjang.
Si Toosu cilik itu jadi melengak.
"Karena... karena..."
Dia tidak terbiasa berbicara bohong, maka untuk beberapa saat lamanya dia orang dibuat
gelagapan tidak sanggup untuk mengucapkan sepatah katapun.
"Aku tahu!" terdengar Siauw Ling tertawa sedih. "Kalian bukanlah bersungguh-sungguh
hendak menyembuhkan diriku dari sakit, kalian cuma ingin membawa aku ke gunung
Bu-tong-pay..."
"Heeei... lukamu amat parah, penyakit lama yang tidak pernah diobati ditambah pula
dengan luka dalam yang parah membuat badanmu jadi lemah." sambung Han Yang Cu
secara tiba-tiba. "Kini harus terkena pula angin dingin membuat penyakit itu jadi mulai
bekerja... heee... sekarang bermacam-macam penyakit itu sudah bergabung menjadi
satu, kecuali Too suhengku seorang mungkin pada saat ini ada orang lain yang bisa
menyembuhkan sakitmu itu."
"Soal itu tidak mengapa. Aku tidak takut" Seru Siauw Ling perlahan.
Agaknya Im Yang Cu sama sekali tidak menyangka kalau dia bisa mengatakan perkataan
tersebut, tidak kuasa lagi hatinya jadi melengak.
"Walaupun kau menderita luka dan sakit yang parah tetapi wajahmu menunjukkan
bukankah orang yang berusia pendek" hiburnya sambil tertawa. "Ilmu pengobatan dari
Toa Suheng amat lihay sekali, untuk menyembuhkan sakitmu itu pinto rasa bukanlah satu
pekerjaan yang sukar sekali."
Mendadak siauw Ling bangun berdiri agaknya dia bermaksud untuk duduk, siapa tahu
baru saja dia kerahkan sedikit tenaga sepasang matanya jadi menggelap badannya amat
sakit sekali sehingga tidak kuasa lagi dia sadarkan diri.

Entah lewat beberapa saat lamanya Siauw Ling cuma merasakan adanya dua buah telapak
tangan yang amat panas bergerak dan meraba diseluruh tubuhnya setelah itu badannya
terasa agak segar dari pada keadaan semula.
Dengan perlahan dia membuka matanya kembali terlihatlah seorang Toosu yang
rambutnya sudah berwarna putih dengan wajah yang angker sedang mengurut dan
memijit seluruh tubuhnya, dimana jari tangannya menyentuh segera terasalah segulung
aliran yang amat panas meresap masuk ke dalam badannya.
Di belakang Toosu berambut putih itu berdirilah Im Yang Cu dengan wajah yang amat
serius, didekat pembaringan terletak sebuah hiooloo berwarna hitam yang amat cantik.
Dari hiooloo tersebut mengepullah asap putih yang berbau harum.
Terdengar Toosu tua itu menghembuskan napas panjang-panjang lalu dengan perlahan
menarik kembali sepasang telapak tangannya.
Lama sekali dia memandang diri Siauw Ling dengan termangu-mangu. Kemudian pada
wajahnya yang angker terlintaslah satu senyuman yang amat ramah sekali.
"Bocah cilik, kau merasa baikan?" tanyanya halus.
"Benar... aku merasa rada baikan," jawab Siauw Ling sambil mengangguk. "Loo
Tootiang sudah tentu adalah suheng dari Im Yang Tootiang ciangbunjin dari Bu-tong-pay
bukan?"
Si Toosu berambut putih itu segera tersenyum.
"Pinto adalah Bu Wie. Keadaan sakit dari siauw sicu amat parah dan kini pun aliran
darah baru saja lancar, lebih baik janganlah banyak membuang tenaga untuk berbicara,
untuk bercakap-cakap waktu dikemudian hari masih panjang, kini lebih baik kau
beristirahat telebih dahulu."
Mendadak Siauw Ling menghela napas panjang.
"Heeei..., Enci Gak ku entah pada saat ini ada dimana?" keluhnya.
Setelah itu dengan perlahan dia memejamkan matanya kembali.
Im Yang Cu dengan hormatnya lantas menjura terhadap Bu Wie Tootiang setelah itu
dengan cepat mengundurkan diri dari situ.
Agaknya Bu Wie Tootiang merasa agak payah, begitu Im Yang Cu sudah mengundurkan
diri dari ruangan tersebut diapun segera pejamkan matanya untuk mengatur pernapasan.
Suasana di dalam kamar seketika itu juga berubah menjadi amat sunyi, saking sunyinya
sampai terjatuh jarumpun bisa kedengaran.

Rahasia Kunci Wasiat (Wo Lung Shen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang