Perubahan yang terjadi diluar dugaan ini bukan saja membuat Im Yang Tootiang merasa amat terperanjat, bahkan air muka Jen Bok Hong pun berubah sangat hebat.
Kiem Hoa Hujien tertawa terkekeh.
"Tootiang kau harus hati-hati jangan sampai tertempel oleh serat beracun atau tergigit oleh laba-laba itu. Kalau tidak maka keadaan lukamu itu akan jauh lebih parah dari pada luka suhengmu?"
Sewaktu ia mengucapkan kata-kata itu kedelapan laba-laba hitam tersebut sudah makin memperbesar sarang laba-labanya sehingga memenuhi keempat dinding dan mencapai atap ruangan.
Gerak-gerik laba-laba hitam tersebut kelihatannya amat lamban, tapi bergerak di atas serat laba-laba tersebut benar-benar luar biasa cepatnya hingga susah diikuti dengan pandangan mata.
Tampak serat beracun itu makin lama semakin memanjang dan akhirnya semakin mendekati tubuh Im Yang Cu.
Dengan hati kebat kebit Im Yang Tootiang segera membalik pergelangan tangan kanannya mencabut keluar pedang yang tersoren pada punggungnya.
"Jika Hujien tidak berusaha menguasai barang-barang beracun ini lagi, maka pinto takut harus turun tangan melukai mereka."
"Heee... heee... bila Tootiang percaya punya kesanggupan untuk melukai mereka. Silahkan turun tangan sepuas hati," sahut Kiem Hoa Hujien tertawa hambar.
"Kalau begitu terpaksa pinto harus mencoba!"
Melihat seekor laba-laba meluncur datang pergelangan kanannya kontan digetarkan, pedang panjang meluncur keluar membabat tubuh binatang berbisa tersebut.
Mendadak Jan Bok Hong mengangkat tangan kanannya keatas segulung hawa pukulan
yang maha dahsyat meluncur keluar menotok ujung pedang dari toosu Butong pay ini.
Ujung pedang Im Yang Tootiang yang hampir mengenai sasarannya mendadak kena
diserang hatinya jadi bergetar keras tak kuasa lagi senjata yang ada di tangan kena
terhajar turun ke bawah bahkan hampir-hampir terlepas dari genggaman.
Terdengar suara Jan Bok Hong yang amat dingin berkumandang datang.
"Kedatangan Tootiang keperkampungan kami adalah bertujuan menolong jiwa suhengmu
ataukah ingin memamerkan kepandaian silatmu?"
Kena ditegur oleh sang Cungcu dari perkampungan Pek Hoa Sanceng ini Im Yang
Tootiang mulai berpikir, "Sudah lama dalam dunia persilatan tersiar kabar yang
mengatakan kepandaian silat sibayangan berdarah Jan Bok Hong sangat mengejutkan
sekali, kelihatannya dugaan itu sedikitpun tidak salah cukup ditinjau dari hawa sentilan
tak bersuara tak berwujud yang baru saja ia perlihatkan sudah luar biasa sekali."
Sekalipun dalam hati ia berpikir demikian diluaran ia menyahut dengan nada dingin.
"Sentilan Jan Toa Cungcu yang baru saja dipertontonkan benar-benar luar biasa."Jan Bok Hong tidak menggubris omongan itu, sinar matanya dialihkan ke arah sarang
laba-laba yang makin lama semakin melebar dan meluas sehingga mencapai atap ruangan
perjamuan tersebut, lama kelamaan ia tidak tahan juga.
"Hujien! cepat kau berusaha untuk menguasai binatang-binatang beracun ini. Jangan
sampai membiarkan mereka menodai seluruh ruangan ini dengan jaringan beracun."
Mendengar sang Cungcu dari perkampungan Pek hoa Sanceng meminta bantuannya
Kiem Hoa Hujien tersenyum penuh kemenangan.
"Walaupun laba-laba ini merupakan binatang yang sangat beracun tapi mereka tetap
bukan manusia," katanya perlahan. "Asalkan Tootiang itu mundur dua langkah ke
belakang dan laba-laba tadi tidak berhasil temukan sasarannya ia bakal berhenti sendiri
dan tidak akan memperluas serangannya lagi."
Ih Bun Han To pun pada waktu itu tertawa terbahak-bahak.
"Tootiang! bagaimana kalau kaupun menurut mundur dua langkah ke belakang! urusan
mati hidup seseorang jauh lebih besar. Apa gunanya mencari satroni dengan beberapa
gelintir laba-laba?"
Teringat masih suhengnya dalam keadaan kritis, dan kedatangannya kesana hendak minta
obat. Im Yang Tootiang tidak ingin karena urusan kecil berakibat besar dengan menahan
diri terhadap sindiran Ih Bun Han To ia mundur juga dua langkah ke belakang.
Waktu itu semua perhatian orang-orang yang hadir dalam ruangan rata-rata dipusatkan
keatas laba-laba hitam itu, sedikitpun tidak salah. Setelah Im Yang Tootiang mundur dan
laba-laba hitam tadi tak berhasil menemukan sasarannya mereka mulai berhenti
mengembangkan serat-seratnya guna pembentukan sarang mereka semakin besar.
"Hujien!" seru Jan Bok Hong setelah suasana menjadi tenang kembali. "Laba-laba
beracunmu ini betul-betul membuat kami terbuka matanya, dan membuat kami tahu bila
beracun merupakan senjata yang paling dahsyat cuma dalam perjamuan harus dikotori
dengan hadirnya beberapa ekor laba-laba beracun rasanya kurang sedap dipandang
bagaimana kalau hujien menariknya kembali."
"Hii hii... penglihatan Toa Cungcu ternyata jauh lebih tinggi setingkat dari semua orang"
puji Kiem Hoa Hujien tertawa.
"Beberapa ekor laba-laba ini bukan saja racunnya ganas bahkan mereka amat pandai
jikalau ingin menghancurkan mereka bukanlah terlalu sayang."
Mendengar perkataan itu seluruh tubuh Jan Bok Hong tergetar sangat keras, pikirnya
diam-diam, "Waahh celaka jaring beracun sudah merembet hampir menutupi seluruh
ruangan serta pintu loteng bila tidak dapat ditarik kembali bukankah ini berarti semua
bakal terkurung di atas loteng, hati perempuan paling keji kemungkinan besar
menggunakan kesempatan ini ia hendak membokong diriku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Kunci Wasiat (Wo Lung Shen)
General FictionSeorang nyonya muda yang dalam keadaan kritis di temukan oleh sepasang suami istri di sebuah perahu di danau Tiang Pek Auw di pinggiran dusun Tan Kwee Cung. Nyonya muda tersebut dibawa kerumah oleh sepasang suami istri tersebut yang ternyata adalah...