*Happy Reading All*
Raisa masih saja tak mau menyentuh sedikitpun makanannya. Padahal sekarang sudah pukul 13.00. Sudah seharusnya Raisa makan siang tapi, jangankan makan siang. Sarapannya saja Raisa masih saja belum menyentuhnya
"Makanlah non Vanesa... saya mohon.. jika tidak tuan akan memarahi saya," mohon kepala pembantu yang sedari tadi membujuk Raisa untuk menyentuh makanannya.
Tapi tetap saja Raisa tak bergeming, dia hanya menoleh sekilas makanan yang ada pada nakas dan kembali melamunkan kejadian buruk yang telah menimpanya.
Pintu terbuka dan menampakkan sosok lelaki bidang yang masih lengkap dengan setelan kerjanya.
"Ada apa Bi?," ucap Ferri yang masuk dengan tegapnya
"A...a... anu Tuan, non Vanesa belum ada makan sedikitpun dari tadi pagi." ucap pelayan tersebut sambil tertunduk takut.
Tampak wajah Ferri yang mulai memerah menahan amarah.
"Yasudah Bi, keluarlah. biar Aku saja yang membujuk wanita nakal ini." kata Ferri dengan menekankan kata nakal.
"Baik Tuan, saya permisi dulu."
Setelah kepergian dari pelayan tersebut, Ferri mulai mendekati Raisa. Tapi Raisa seperti tidak menyadari kehadiran Ferri. Entah apa yang dipikirkan Raisa sekarang, sampai ia juga tak tau jika Ferri sudah mencium puncak kepala Raisa pelan.
"Apa yang kau lakukan!!" Sentak Raisa yang langsung menjauh dari Ferri.
Tapi Raisa langsung memegang bagian bawah perutnya seakan menahan sakit yang tiba-tiba melanda.
"Jangan banyak bergerak. Turuti perintahku, atau kau akan merasakan sakit lebih daripada itu Vanesa" geram Ferri dengan tatapan tajamnya
"Kenapa harus Aku? Tolong bebaskan Aku.. Aku bukan Vanesa.. Aku Raisa.. harus berapa kali kukatakan... Jangan perlakukan Aku seperti ini" tangis Raisa pecah saat melihat tatapan tajam Ferri.
"DIAM!! SEJAK SEMALAM SUDAH KUKATAKAN KAU ADALAH VANESA!! AKU TAK MENERIMA BANTAHAN APAPUN!!" geram Ferri seakan suaranya dapat menghancurkan Seluruh perabot dan dinding-dinding di dalam ruangan ini.
Sebenarnya Ferri tak mau melakukan ini pada Vanesa, dia ingin melakukan Vanesa selembut mungkin agar dia tak pergi lagi dari diri Ferri. Tapi, Ferri paling benci dibantah. Ia mau semua kemauannya dituruti. Termaksud kemauannya untuk menjadikan Raisa sebagai Vanesa.
Ferri mengambil makanan dari nakas sambil tetap memandang Raisa dengan tatapan tajamnya. Melihat itu, Raisa mau tak mau harus menuruti kemauan Ferri untuk makan secepatnya sebelum Ferri melakukan hal-hal gila lagi.
Saat melihat Raisa mau menerima suapannya. Mata Ferri perlahan melembut. Dikeluarkannya senyum dewa Yunaninya kepada Raisa.
"Siap makan Kita kerumahsakit ya," ucap Ferri lembut.
Raisa langsung saja menggelengkan kepalanya kuat tanda dia sangat tidak mau.
Tentu saja Raisa tidakmau, bisa saja nanti Ferri membawanya kerumah sakit untuk operasi plastik agar wajahnya lebih mirip lagi kepada Vanesa. Dan Raisa tak mau itu terjadi. Ia tak mau diubah untuk mirip dengan orang lain.
Melihat respon dari Raisa, Ferri kembali lagi menggeram marah.
"Kau pilih Aku mengobati kakimu, atau Aku penggal?!" Kata Ferri dingin.
Dugaan Raisa salah. Mendengar kebaikkan Ferri, Raisa langsung mengangguk kencang tanda setujunya. Siapa coba yang tidak mau jika ditawarkan hal menguntungkan seperti itu? Ingat, Raisa juga manusia biasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
You Belong With Me
RomanceGadis lugu yang tak tau apa-apa yang harus menjadi pelampiasan amarah serta nafsu dari bossnya sendiri. Hanya karna wajahnya yang sangat mirip dengan mantan CEO muda tersebut. Jangan lakukan aku seperti ini. Aku berbeda dengannya, aku bukan Dia! Sif...