Bab 1

115 10 0
                                    

Author Point of View

Kinan mempercepat langkahnya menuju gerbang sekolah yang semakin lama semakin menutup, ia berlari sekuat tenaga yang ia punya, peluh dikeningnya diusap kasar. Setelah hari ini dia bersumpah akan mengutuk kakak laki-lakinya menjadi batu.

Bilal, adalah kakak laki-laki Kinan satu-satunya yang mempunyai kebiasaan menjahili adik tersayangnya itu. Kinan bersumpah dia sudah mengatur alarm tepat jam enam, tetapi entah karena badai ataupun topan yang melanda kamarnya, alarm yang sudah diaturnya berubah menjadi jam delapan kurang lima belas menit. Siapa lagi yang melakukannya kalau bukan Bilal.

"Maaf bu, saya telat lagi." ucap Kinan.

"Kenapa bisa terlambat lagi Kinan?" ucap perempuan yang sedang mengajar tanpa mempersilahkan Kinan duduk terlebih dahulu.

"Ini bu, anu.. Kakak saya iseng lagi. Alarm saya dimainin bu." ucap Kinan.

"Ya sudah, kamu boleh duduk. Lain kali jangan diulangi lagi." ucap perempuan itu.

"Baik bu, Terimakasih" ucap Kinan berjalan duduk ke kursi yang sudah didudukinya selama setengah semester.

"Kamu kenapa lagi nan? Satrio lagi?" ucap binta, sahabat baik ku selama satu setengah tahun ini.

"Belum terbiasa aja bin, rasanya beda saja sekarang. Konsentrasiku terganggu. Enam tahun bin, enam tahun aku kasih kepercayaanku sama dia. Tapi dia lebih memilih kembali ke masa lalu nya. Aku cuma belum bisa terima saja. Luka nya masih basah, masih perlu diobati lagi. Tapi seiring berjalannya waktu, aku bisa kok tanpa satrio" ucap Kinan menatap buku yang hanya dibuka nya sedari tadi.

"Sepertinya kamu harus ketemu sama mas Bait." ucap Binta.

"Bait?" tanya Kinan.

"Iya mas Bait. Dia orangnya unik. Ya, kaya kamu ini. Mas Bait itu orangnya baik, suka kasih masukan juga buat pelanggan-pelanggan nya yang datang ke tempatnya." jelas Binta.

"Pelanggan?" tanya Kinan.

"Iya, mas Bait itu jualan Milkshake, tempatnya juga gak jauh dari sini. Kalau kamu mau ketemu mas Bait nanti aku bisa ku antar." ucap binta.

"Hanya mengantar? Aku kan gak kenal dia bin, gak enak kalo aku datang sendirian kesana" tanya Kinan.

"Kamu gak datang sendirian Kinan. Kan aku sudah bilang mau antar kamu. Aku hanya ada sedikit urusan. Kapan-kapan kalau kamu mau ketemu lagi sama mas Bait, aku bisa temenin kamu." ucap binta.

"Lagi? Siapa bilang aku bakal ketemu lagi?" ucap Kinan.

"Aku berani taruhan kamu bakal balik lagi ke tempat mas Bait." ucap bintang meyakinkan.
.
.
.
.
.
.

Kinan Point of View

14.50 WIB.

Rasanya kaki ku pegal sekali. Entah sudah berapa lama kami berjalan, aku sudah lelah. Persetan dengan Binta yang mengucapkan 'tempatnya juga gak jauh dari sini'

Lalu tak lama aku dan binta sampai di suatu tempat yang lumayan ramai, kurasa tempat duduknya penuh. Tempat ini dominan berwarna coklat tua, letaknya disudut jalan kota, dibawah lampu jalanan. Diatas atap terpasang papan besar bertuliskan 'Bait's Corner'

Tempat itu nyaman, walaupun ada sedikit bubuhan asap rokok para pelanggan, namun dengan diputarkan nya lagu-lagu dari payung teduh yang membuat hatiku semakin tentram, syahdu sekali. Sejenak aku bisa melupakan satrio dengan sisa-sisa kenangan yang masih melekat. Aku dan binta menerobos tempat itu, kurasa binta hafal betul tempat ini. Aku hanya mengikutinya dari belakang. Namun tiba-tiba suara pria mengejutkan kami berdua.

Punya KinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang