Baru saja berakhir, hujan yang membasahi kota jakarta. Biru ke-abuan bercampur menjadi satu pada kanvas luas bumi, mendung namanya. Aku yang sedari subuh hanya duduk ditempat tidur yang menghadap langsung dengan jendela. Kupeluk lututku hangat. Sedangkan sesak di dada tetap tak mau pergi. Ku buka jendela ini, membiarkan sejuk nya masuk memenuhi ruangan. Dingin. Terasa menusuk hingga mencapai tulang-tulang ku. Sepi dan sendiri aku benci.
Aku merasakan air mataku terjatuh. Membiarkannya tumpah setelah kutahan sejak tadi malam. Tak ada lagi genggaman. Tak ada lagi pelukan. Tak ada lagi masalah ringan. Sekarang kembali pada Kinan yang hancur. Kinan yang cengeng. Kinan si pemurung.
Otakku berkata 'berhentilah menangis Kinan, lawan sisi melankolis mu'
Namun hatiku memberontak
'Keluarkan semua, jangan ada yang ditahan lagi. Kamu tidak perlu menjadi Kinan yang kuat disaat kamu benar-benar rapuh'Aku tersadar akan perbuatan yang sia-sia kulakukan sedari subuh. Aku memutuskan untuk melakukan aktivitas, walaupun sebenarnya aku tak ingin.
Kuraih ipod ku yang ada didalam tas, benda itu yang selalu menemaniku disaat-saat seperti ini. Entah kenapa rasanya terlalu sakit. Padahal tidak waktu sama Satrio.
Aku menekan tombol Play.
Lalu terdengar musik terakhir yang kudengar.
Musik yang kudengarkan saat aku sedang hancur-hancurnya karena satrio.Cintaku dicela..
Rasa di lupa..
Olehmu..
Olehmu..
Dan aku disapih..
Perlahan jadi buih..
Olehmu..
Olehmu..Tangis ku semakin menjadi-jadi. Kali ini disusul dengan isakan-isakan.
'Aku disapih'
Kalimat satu itu membuat aku semakin merengek. Memeluk erat lututku. Celana tidur yang kukenakan sudah basah. Mataku menjadi yang paling bengkak.
Kutatap langit. Mendung. Kurasa langit pun ikut berduka.
Kenapa tepat sekali?
Rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Luka yang lalu sudah sembuh. Tapi sekarang orang yang sudah menyembuhkan luka itu kembali membentuk luka baru. Kembali memunculkan sisi melankolis ku.
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh mas Bilal yang sudah ada dibelakangku yang lantas membuatku melepas headset yang kukenakan dan menghapus sisa-sisa air mataku.
"Apa?" Kata ku.
"Judes amat. Kamu kenapa? Dari pagi mas lihat menung mulu. Mana belum sarapan lagi, yuk sarapan dulu." ucap mas Bilal.
"Memangnya sekarang jam berapa?" tanya ku.
"Jam sepuluh. Tadi pagi-pagi sekali teman kamu yang semalam datang lagi kesini. dia bilang mau ketemu kamu. Tapi karna kamu semalam bilang gak mau ketemu siapa-siapa, ya mas bilang saja kamu belum bangun." ucapnya panjang lebar.
Aku hanya membalas ucapan mas bilal dengan anggukan saja. Mas bilal yang mungkin sudah bosan aku abaikan akhirnya hendak pergi meninggalkan kamar ku.
Sebenarnya ada yang mau kutanyakan. Tapi aku malu. Namun mau tidak mau, aku memberanikan diriku untuk bertanya.
"Mas?"
Dia yang tadinya ingin pergi lantas berbalik kearah ku.
"Hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Punya Kinan
Romance"Laki-laki kaya kamu pasti pacarnya banyak ya mas?" ucap Kinan seraya meminum milkshake yang dipesan nya tadi. "Laki-laki yang seperti apa Kinan? Yang berantakan dan gak bisa urus dirinya sendiri? Saya malah gak berpikiran buat punya pacar banyak-ba...