Bab 3

55 7 0
                                    

Cast diatas pemeran Kinan ya!
.
.
.
.
.
Selepas kepergian mas Bait dari meminta izin dengan ibu, aku langsung bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Aku memilih memakai kemeja merah kotak- kotak, konvers hitam lusuh, dan mengikat asal rambut hitam panjangku. Senyaman mungkin, inilah Kinan si perempuan payah sederhana.

Lalu pintu kamar ku diketuk oleh mas Bilal yang mengatakan kalau aku sudah ditunggu laki-laki didepan, seperti kakak-kakak pada umumnya, mas Bilal mengomeli aku untuk tidak pulang malam.

Aku yang sudah bosan mendengar celotehan mas Bilal lantas pergi dengan memberikan ciuman dipipi kanan nya dan berkata 'siap komandan!'

"Udah lama mas?" ucapku ketika aku melihat punggung besar itu yang lantas berbalik kearah ku.
Dia hanya diam, melihatku dari atas hingga bawah. Sepertinya aku salah kostum!

"Kenapa? Kinan salah kostum ya? Memangnya mau kemana mas? Yasudah sebentar Kinan ganti dulu." ucapku dengan niat segera berlari menuju kamar dan mengganti baju. Ah! Aku malu sekali.

Namun gerakanku terhenti ketika tangan kanan ku dipegang oleh nya.

"Maaf Kinan, gak perlu diganti. Begini sudah cukup, ini Kinan. Biarkan Kinan jadi dirinya sendiri, jangan ditambah-tambahi lagi hanya karna saya yang meminta. Kamu sudah sudi saya ajak pergi saja saya udah syukur." ucap mas Bait lalu tersenyum.

"Terimakasih. Lalu?" ucapku.

"Lalu?" ucapnya kebingungan.

"Lalu mau langsung pergi atau tetap berdiri diteras rumah Kinan sampai pagi mas?" ucapku terkekeh melihat ekspresinya yang sangat lucu.

"Aduh ya ampun, maaf Kinan. Yaudah yuk!" ucapnya.

Aku menikmati perjalanan ini, udara malam jakarta yang menusuk kedalam sukma, jaket hangat yang ia pinjamkan agar aku tak kedinginan, dan setiap obrolan yang keluar dari mulut dua anak manusia yang sedang diatas vespa ini.

"Ini Kinan diculik kemana ya? Kok jauh sekali sepertinya?" ucapku

"Gak jauh Kinan, sebentar lagi sampai." ucapnya.

Vespa ini semakin menuju pada rumah-rumah penduduk yang sepi sekali. Kemana arah tujuan ini? Aku dan roda vespa pun masih belum mengetahuinya.

Lalu vespa berhenti di satu rumah penduduk yang memiliki pohon yang sangat tinggi. Ya, itu saja yang dapat kulihat karena pencahayaan disini benar-benar minim sekali.

"Yuk naik. Jangan takut, saya dibawah." ucapnya.

"Naik apa?" tanyaku.

"Ini Kinan." ucapnya.

Ternyata ia menunjukkan letak tangga kayu yang terpaku pada pohon tinggi itu, lalu kulihat keatas pohon. Aku terkejut melihat ada sebuah rumah pohon yang kokoh dibangun. Dipuncak pohon. Mengerikan sekali, apa aku akan jatuh? Yang benar saja! Aku kan takut ketinggian.

"Tenang Kinan, ada saya dibawah. Kamu gak akan jatuh, saya berani jamin." ucapnya meyakinkanku.

Dengan ragu, kudaratkan telapak kaki ku satu persatu ditangga kayu itu, aku hanya memusatkan penglihatanku pada tangga. Lalu ketakutanku berhenti ketika aku sampai diatas. Disini gelap, hanya ada jendela besar yang ditutupi kaca.

Punya KinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang