Chapter 1

1.4K 157 26
                                    

Berapa kalipun ia mengerjapkan matanya, dunia takkan berubah seperti yang ia inginkan. Keringat dingin perlahan meluncur melewati pelipisnya, gadis itu membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Rambutnya di ikat asal dan terkesan acak-acakan. Matanya bengkak akibat terlalu banyak menangis. Namun sekarang air mata itu sepertinya telah mengering. Ia tak boleh menangis untuk saat ini! Ia harus selamat dari kejaran orang-orang itu!. Pikirnya.
Dari kejauhan dapat terlihat tiga orang bertubuh besar berpakaian serba hitam dengan kacamata hitam sebagai pelengkapnya. Membongkar dan menendang tong-tong dan beberapa benda lain disekitarnya serta mengumpat sesekali.

"Dimana dia?! Kau sudah mencarinya dengan benar?!" Teriak salah satu orang itu pada orang berkaca mata yang lebih pendek darinya.

"Aku sudah mencarinya keseluruh area ini hyungnim" jawabnya sambil mengusap keringat di kepala plontosnya.

"Cari lagi, cepat!!" Perintahnya. Yang disambut dengan sebuah kata yang serempak.

Langkah salah seorang diantara ketiga orang itu makin dekat ketempat persembunyian gadis itu. Dibukanya kacamata yang bertengger di hidung mancungnya guna melihat sesuatu di balik box kayu yang tersusun rapi.
Ia melangkah mundur dengan ragu, kakinya yang tak beralaskan apapun melewati kerikil-kerikil itu. Orang-orang itu makin mendekat. Ia harus kemana lagi? Dan bagaimana? Jalan dibelakangnya kini telah tertutup pagar kawat yang lumayan tinggi. Ia bingung, tak ada lagi waktu untuk berpikir. Suara langkah kaki makin terasa dekat. Ia tak bisa berpikir lagi, ia mulai menyusun box itu menjadi anak tangga dan mulai memanjat pagar itu. Setelah sampai di atas pagar ia melompat turun kebawah dan mendarat dengan mulus.

"Hei itu dia!!" Ucap lelaki berkepala plontos sambil menunjuk gadis itu.
Ia terus berlari dan berlari hingga tiba di jalan utama.

Eomma... Appa, eotteokhae?

Ucapnya dalam hati, ia sudah kehilangan arah.

PIIIIIIIIP

Gadis itu terkejut

PIIIIIIIIP

"Yaah!! Apa kau tak lihat jalan?! Kau mau mati!!" Teriak orang di dalam mobil. Ia tak menghiraukan teriakan orang itu, direksinya tertuju pada ketiga orang yang mengejarnya di seberang jalan sana.

"......" blank. Ia sudah kehabisan akal.

PIIIIIIIP

Klakson itu berbunyi untuk yang ketiga kalinya, menyadarkan lamunan gadis itu sekaligus memberinya sebuah ide. Ia tiba-tiba membuka pintu mobil lamborghini aventador hitamㅡyang kebetulan tidak terkunciㅡ itu dan masuk kedalamnya. Duduk dengan napas yang tersengal-sengal.

"Hei!! Siapa yang menyuruhmu masuk??" Tanya lelaki itu.

"Turun!" Pintanya dengan nada yang cukup keras.

"Ayo jalan cepat!" Suruh gadis itu setelah memasang sabuk pengamannya.

"Shireo!! Siapa kau berani memerintahku?!" Tolak lelaki itu dengan angkuhnya.

"Butagiya.. sekali ini saja! Eoh.." ucapnya dengan wajah memelas.

"Tidak!!" Tolaknya lagi.

Oh shit! Kenapa dia tak ingin menolongku... Eomma, eottokhae mereka semakin dekat. Batinnya mengeluh.

"Baiklah.. Aku akan menolongmu asal kau mau memberitahuku kenapa aku harus menolong gembel sepertimu?" Ucapnya sarkastik, matanya meneliti penampilan gadis itu.

Di pipinya terdapat goresan kecil dengan darah yang sudah mengering, rambutnya kusut dan diikat asal sehingga terkesan berantakan, matanya membengkak, ditambah beberapa noda lumpur di beberapa bagian diwajahnya, pakaiannya sudah robek dibeberapa bagian, dan kakinya tak beralaskan apapun. Pantas saja namja ini mengatakan ia gembel.

On The Street (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang