Chapter 10

300 40 23
                                    

Mentari belum menduduki peraduannya, masih terlalu malas untuk menerangi dunia yang kian lama kian dipenuhi orang-orang yang kehilangan jati dirinya dan berlagak congak seakan hidupnya akan abadi. Udara dinginpun dengan usilnya memasuki celah-celah kecil dari lubang udara ditiap-tiap rumah, menggelitik telapak kaki yang keluar dari selimut sampai memaksa manusia untuk bergulung lebih lama didalam selimutnya. Namun dua orang yang masih menguap didalam mobil berwarna kelabu menahan diri mereka untuk tetap berada didalam selimut dan memilih membelah jalanan Seoul yang masih sepi itu.

"Hoaaaam.. tidakkah ini terlalu pagi, hyung?" Minho mengungkap keluhan yang ia tahan karena menguap terlalu banyak.

Sedikit kesal dengan kelakuan orang disampingnya yang tengah mengemudikan mobil yang mereka kendarai. Seenak jidat menculiknya pukul 04.30 KST dengan dalih sudah pagi dan segera melakukan pekerjaan yang telah mereka susun sebelumnya. Minho kira pagi yang dimaksud Lee Joon kemarin malam adalah ketika matahari sudah muncul dan kicauan burung terdengar bukan pagi tanpa mentari dan udara dingin seperti ini!.

"Tentu saja tidak, kalau lebih siang dari ini bisa-bisa jalanan macet. Kau tahu hal itu bukan?" Lee Joon berucap tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan yang mereka lalui.

Minho memutar bola matanya malas kemudian berujar
"Bolehkah aku tidur sebentar lagi, sebelum sampai kesana?" Ia bersiap memejamkan matanya namun dirasanya laju mobil yang dikendarainya melambat. Ia mengerang kesal.

Sialan. Tahu-tahu sudah sampai saja!

"Sudah sampai, ayo cepat keluar!" ujar Lee Joon seraya melepas safetybelt yang dikenakannya.

Dengan enggan Minho keluar dari mobil dan mengeratkan jaket biru muda yang dikenakannya, kemudian mengekori Lee Joon yang berjalan mendahuluinya.

...On The Street...

Sudah sekitar satu jam ia dan Minho menggeledah tempat ini. Dan semuanya sesuai dengan laporan yang telah ditulis penyelidik.

"Apa kau menemukan sesuatu?" Tanya Lee Joon ketika ia menaiki lantai dua dan berpapasan dengan Minho yang baru saja keluar dari salah satu ruangan dirumah itu.

Minho menggeleng seraya berkata "Tidak. Semua sesuai dengan laporan, tidak ada yang mencurigakan"

Keduanya menghela napas hampir bersamaan. Seharusnya ia menemukan, setidaknya satu kejanggalan agar ada secerca harapan pada kasus ini. Tapi bukannya secerca harapan malah jalan buntu yang ia dapatkan. Payah.


"Sebaiknya kita kembali, hyung. Aku lapar dan butuh sarapan" ucap Minho kemudian.

"Lima belas menit lagi. Kita geledah lagi dan jika masih belum mendapatkan apa-apa, barulah kita kembali"

"Baiklah, aku mengerti" dengan itu mereka kembali menggeledah ruangan yang menjadi tempat kejadian perkara.

Minho menggeledah lantai atas dan Lee Joon kembali kelantai bawah.

"Ah, aku sangat lapar dan hyung itu terus memerintahku menggeledah tempat yang jelas-jelas sesuai dengan laporan penyelidikan ini. Malang sekali nasibku" keluh Minho setelah Lee Joon tak terlihat menuruni tangga dan ia memasuki ruangan yang sebelumnya telah ia selidiki.

Tangannya yang masih terbungkus kaos tangan putih dan merah pada telapaknya sibuk menggeser benda benda seperti vas maupun pigura foto yang ada dimeja rias disudut ruangan kamar itu. Kemudian membuka lemari dan laci-laci, siapa tahu ia menemukan berlian yang bisa ia selipkan dan ia jual. Maaf. Itu sebuah candaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

On The Street (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang