Chapter 5

615 113 7
                                    

"Turun..." nada dingin itu keluar dari mulut Taemin.

Membuat Naeun sedikit gemetar.

"Kau tuli? Kubilang turun!" Kali ini ia menambahkan nadanya seperempat oktaf.

Entah kenapa rasanya sakit dan matanya juga mulai berembun. Tak ingin mendengar komando dingin untuk yang ketiga kalinya, Naeun melepas sabuk pengamannya dan turun dari mobil Taemin.

"Maaf dan terima kasih" ucap Naeun dengan nada yang hampir parau sebelum pintu mobil tertutup rapat. Ia melangkahkan kakinya menjauhi mobil Lamborghini Aventador hitam itu.

Ugh! Ini salahnya karena memilih untuk menjadi orang-yang-ingin-tahu-masalah-orang-lain. Sekarang ia harus bagaimana? Ia harus ke Dongdaemun-gu mengendarai apa? Taksi? Yang benar saja! Ia tak memiliki uang untuk membayarnya. Jika ia bisa membayar menggunakan daun, sudah ia lakukan sedari dulu. Semua barang-barang berharga termasuk uang tunai, kartu atm, kartu kredit dan lain sebagainya masih dirumahnya.

Astaga! Betapa cerobohnya dia. Walaupun ia sampai di apartment miliknya bagaimana cara ia masuk?! Kuncinya juga berada dirumahnya.

Sekarang Naeun benar-benar merutuki dirinya. Bagaimana ia bisa sebodoh dan seceroboh itu?. Dan ia juga menyesali perbuatannya. Seharusnya ia mengunci mulutnya agar tetap diam, jadi ia bisa mendapat tumpangan dari Taemin agar mengantarnya kerumahnya untuk mengambil kunci apartment miliknya.

Naeun menghela napas frustasi. Ia duduk dibangku halte. Merutuki nasib sial yang menimpanya beruntun. Entah apa salah dan dosanya sampai ia mendapatkan kesialan beruntun seperti ini. Kedua orang tua beserta adiknya pergi meninggalkannya. Sekarang ia kehilangan arah dan tujuannya.

Tanpa ia sadari, bulir bening sudah menuruni pipi gembulnya. Ia tidak terisak tapi air matanya terus turun. Ia menatap kosong jalanan didepannya. Pikirannya terisi oleh berbagai rutukan penyesalan dan entah ia tak bisa berfikir lagi. Ia sangat kesal pada dirinya dan nasib buruk yang menimpanya.

...On The Street...

Tin.. Tiiiiiiin..

Persetan dengan suara klakson yangㅡ memekak telingaㅡ memprotes mobilnya yang terparkir sembarang. Ia bahkan tak ada niatan secuilpun untuk menggerakkan mobilnya. Mood nya sudah terlanjur memburuk. Sial.

Ia bahkan menulikan pendengarannya dari umpatan-umpatan pengendara lainnya.

"T-Tae-min-ah..."

"Sialan!" Taemin tiba-tiba berteriak. Tak lupa memukul stir tak bersalah demi menumpahkan amarahnya. Kesal karena rintihan yang selalu menyayat hatinya dengan sembilu tajam kembali terngiang ditelinga dan dipikirannya. Selalu berputar bagai kaset rusak dan membuat dadanya sesak.

Mulutnya menggumamkan sebuah nama tanpa suara. Matanya menatap sendu jalanan yang mulai basah oleh rintik-rintik hujan. Ia memejamkan matanya sejenak kemudian menarik napasnya panjang dan menghembuskannya perlahan. Berharap jika hal yang sering dilakukan orang disekitarnya ketika marah dapat meredam atau bahkan menghilangkan amarahnya saat itu juga.

Ia kembali melajukan mobilnya melewati jalanan yang mulai basah oleh rintik hujan yang sudah berganti menjadi deras. Dalam perjalanan pulangnya matanya menangkap sesosok bayangan yang ia kenal. Tengah tertidur ditiang halte sembari memeluk tubuhnya sendiri yang terlapis pakaian yang terbilang tipis. Taemin menepikan mobilnya tak jauh dari sana. Memperhatikan Naeun yang tengah tertidur dengan tubuh kedinginan.

Tak ada niatan darinya untuk turun dan menghampiri gadis itu. Ia masih setia didepan kemudi mobil mahalnya sembari menatap sayu gadis bermarga Son itu.

On The Street (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang