Kara Vega Ardan

302 24 1
                                    

Sinar matahari mulai menyeruak di sebuah kamar milik gadis bernama Kara. Ia melenguh saat sinar itu masuk melalui jendela kamarnya.

Disambarnya jam wacker yang sedari tadi berdangdut ria. Matanya sukses membulat sempurna melihat angka yang tertera pada jam itu.

06.30

"Mampus! Gue telat!!" sedetik kemudian, dia telah menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi.

Setelah menghabiskan waktu sekitar lima menit untuk mandi bebek, dia keluar dari kamar mandi dengan seragam yang tidak berbentuk. Kancing seragamnya terbuka dua, dasi hanya ia sampirkan di lehernya, sabuk? Boro-boro. Sepatu salah ngambil aja dia bodo amat. Rambut yang seharusnya rapih sekarang acak-acakan kaya kena puting beliung. Ia lantas menyambar tas dan kunci mobil sport putih miliknya.

Kara yang krasak-krusuk sedari tadi mengalihkan perhatian kakaknya yang sedang sarapan di meja makan.

"Telat, lagi?" kakaknya itu memang sudah terbiasa dengan kelakuan adiknya.

Kara hanya memamerkan deretan gigi putihnya. "Eh, kak Raffa. Mama, Papa mana ?" tanyanya saat tidak melihat kedua orangtuanya itu.

"Mereka tadi subuh udah pergi ke Boston. Katanya ada masalah sama cabang yang disana." Kara hanya mangut-mangut mendengar penuturan kakaknya---Raffa.

"Yaudah deh, gue pergi dulu ya. Kak!" Kara mencium sekilas pipi Raffa.

"Jangan ngebut, Ra!" teriaknya yang hanya dibalas acungan jempol.

Tentu saja itu hanya angin lalu bagi Kara. Buktinya kini dia sedang melesat dengan kecepatan maksimal dan mengabaikan gerutuan orang-orang yang dilewatinya.

***

Gerbang sekolah SMA Ardans baru saja hampir tertutup jika saja tidak ada mobil melesat dengan sangat cepat, membuat sang satpam terpekik kaget.

"Eh monyong!!" pekiknya latah.

Ini bukan yang pertama kali ia hampir mati jantungan akibat kelakuan seorang siswi itu. Siapa lagi kalo bukan Kara?

Kara menghembuskan nafas lega saat ia berhasil melewati pagar sekolahnya.

Maaf Pa Gatot! serunya dalam hati.

Diparkirkan mobil kesayangannya itu bersama dengan deretan mobil lainnya.

Ia melangkah dengan santai dikoridor yang sudah sepi itu menuju kelasnya, XI IPS-3.  Kelas paling rusuh yang isinya para spesies aneh dari planet lain yang nyasar ke bumi.

Dengan sekali hentakan, dibukanya pintu kelas itu. Membuat semua mata tertuju padanya, tak terkecuali guru killer yang sedang mengajar. Lagi-lagi dia memamerkan deretan gigi putihnya. Dikata iklan pasta gigi apa-_- .

Dengan langkah santai ia memasuki kelasnya tanpa peduli guru yang menatapnya tajam. Baru saja dia mendaratkan bokongnya di kursi, sebuah suara mengintrupsi.

"Kara Vega Ardan! Keluar!!" yang diteriaki hanya menutup telinga mendengar suara menggelegar itu.

"Sekarang, Bu?" tanya Kara bloon.

"Tahun depan." sahut ibu guru yang bernama Bu Sari. Kara hanya ber-oh ria.

"Kenapa masih diam?" sang guru geram karena muridnya itu tak kunjung keluar.

"Kata ibu kan taun depan." jawab Kara dengan polosnya.

"Sekarang!!" Kara langsung ngacir dari tempatnya. Kakinya melangkah ke tempat favorit di SMA Ardans.

Rooftop.

Tbc..

Unusual LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang