Part 4

3.4K 57 0
                                    

" nda....hiks.....hiks...."

Suara tangis balita cadel mengembalikan kesadaran Ashariz.pelan diraihnya tangan mungil itu kedalam dekapannya.

" jagoan gak boleh nangis.harus kuat biar bisa jadi tentara kayak papa " hiburnya sambil mengusap kepala Arsen.

Disudut lain seorang lelaki terus memasang telinga lebar-lebar mendengar percakapan sepasang ibu dan anak tersebut.hatinya berdenyut ngilu.dunianya seakan runtuh.

Salah siapa??salahnya?tidak ini merupakan salah takdir.takdir yang seolah bermain undi nasib dengannya dan wanita itu.bukan maksudnya untuk mengkambing hitamkan takdir atas segala yang terjadi dengan masa lalunya dan wanita itu.

" kalo shariz hamil gimana mas " tanya shariz dengan suara bergetar sarat ketakutan.

Tangan besar Abhirama mengelus puncak kepala Ashariz pelan " gak akan sayang..mas kan hati-hati.mas selalu disamping kamu "

Gadis mungil itu semakin menyusupkan wajahnya diceruk leher Abhirama berusaha mencari kenyamanan dibalik tubuh kekar lelaki pujaannya.

Entah siapa yang mulai lebih dulu perlahan bibir mereka menyatu.kecupan ringan Abhirama berubah menjadi ciuman tegas nan menuntut seiring menderasnya aliran darah dalam sekujur tubuhnya.ia membalik posisi hingga tubuh kekarnya menindih tubuh mungil Ashariz.

Bibirnya perlahan turun lidahnya menari-nadi diatas kulit leher Ashariz.entah setan mana yang merasukinya seiring dengan kerja bibirnya yang membuas tangannya dengan liar menyusup dibalik blouse tosca yang dikenakan Ashariz.disingkapnya atasan Ashariz sementara tangannya yang lain meraih kait bra dibelakang tubuh Ashariz.

" m...mas...." lirih gadis mungil itu menggeliat dalam lingkupan gairah.

Abhirama bukan tak mendengar desahan Ashariz,ia terlalu sibuk dengan mainan barunya.lidahnya terus menari.mencecap,menarik dan menggigit buah dada Ashariz.terakhir ditinggalkannya tanda merah kehitaman pada kedua payudara Ashariz.

Mencoba mengurangi desahan Ashariz dicumbunya lagi bibir mungil gadisnya.tangan nakalnya sudah berpindah pada tepian celana jeans yang membalut kaki pendek Ashariz.perlahan diturunkannya risleting celana Ashariz.

Tangan Ashariz tiba-tiba menghentikan gerakannya.tanpa kata seolah mengatakan 'mas jangan' .mata elang Abhirama menatap mata sendu Ashariz "mas janji ini gak bakal sakit sayang" setelahnya cengkraman tangan Ashariz melemas.abhirama melanjutkan niatnya yang tertunda dengan semangat membara.

Rintik hujan terdengar dibalik tirai jendela.suara bising hujan dan petir sama sekali tak membangunkan dua anak manusia yang tertidur pulas dibalik selimut yang sama.

Abhirama membuka matanya perlahan.tangan kanannya terasa kebas.pandangannya jatuh pada sosok mungil yang tertidur pulas berbantal lengannya.pantas saja..
Ia memperhatikan wajah ayu itu lekat-lekat.wajah polos yang membuatnya jatuh hingga berani berjalan jauh.

" maafin mas... " bisiknya pelan.nyaris tak terdengar

Abhirama menjambak rambutnya frustasi.kilasan kejadian demi kejadian hadir di ingatannya.bahkan tubuhnya seolah berkomplot untuk menyalahkannya atas kejadian dimasa lalu.

" maafin mas,Ashariz...." erangnya penuh sesal

****

Setelah ketiduran di klinik sehabis pingsan Ashariz memutuskan untuk pulang.percuma kerja kalau logika dan hatinya tak bisa diajak bekerjasama.ia memutuskan untuk pulang ke rumah kakaknya sebentar.mengembalikan Arsen lalu kabur ke apartemen nya.karena saat kacau yang ia perlukan hanyalah sendiri sebanyak-banyaknya.

MorfinWhere stories live. Discover now