Part 12

4.3K 80 12
                                    

Ashariz duduk dengan kepala tertunduk dihadapan Arirang permadi. Selalu begitu. Setiap berhadapan dengan Abang nya yang memang terkenal keras Ashariz mati kutu. Semua keberanian yang mati-matian berusaha ia kumpulkan seolah lenyap. Hanya tersisa rasa was-was dan takut.

" Ashariz Permadi benar kamu mau nikah " Tanya Arirang keras penuh intimidasi ditambah dengan sorot tajam nya semakin membuat nyali Ashariz menciut.

" Iya bang... Shariz mau nikah sama mas Abhirama boleh kan?? Lamaran resmi nya minggu depan sekalian nunggu keluarga mas Abhi dari Kudus " Jawab Ashariz akhirnya. Tanpa keraguan. Ia tahu betul sifat Abang nya yang akan selalu bisa mengenali nada gentar dan ragu. Jadi setakut apapun pada sosok penuh intimidatif seorang Arirang Permadi harus dihadapi dengan tegas tanpa keraguan.

Sementara Arirang menatap adik nya lekat-lekat memastikan tak ada ragu maupun keterpaksaan pada setiap ucapan adik nya itu.

Arirang diam. Menimbang baik-baik setiap keputusan yang akan diambil untuk adik perempuan satu-satu nya itu.

" Suruh Abhirama menemui Abang besok malam "

Mendengar jawaban Arirang, membuat Ashariz bangkit dari duduk nya dengan spontan ia memeluk Arirang yang masih duduk dihadapan nya.

" Makasih bang Arang... pasti Mas Abhi datang besok. I love you " Ashariz mengecup pipi Arirang penuh haru. Perjuangan nya ternyata tak seberat dugaan nya.

Arirang tersenyum demi melihat rona bahagia terpeta jelas di wajah adik tersayang nya itu " Abang juga love Shariz "

Sekalipun dalam benaknya tersimpan kejanggalan akan keputusan menikah Ashariz yang tiba-tiba namun Arirang mencoba untuk percaya pada keputusan adik nya.

Percaya bahwa adik nya telah cukup dewasa untuk bisa membedakan baik dan buruk terutama dalam hal pasangan hidup. Satu tugas berat telah menantinya. Menyaksikan Ashariz menikah dengan lelaki pilihan sendiri. Bukan dengan pilihan sang ayah maupun pilihan Arirang yang tentu saja nantinya akan jatuh pada seorang perwira angkatan darat.

Saat ini bagi Arirang yang terpenting adalah kebahagiaan Ashariz. Bukan tentang sipil atau militer. Bukan lagi tentang melanjutkan estafet kepemimpinan keluarga yang notabene keluarga militer.

****

Ashariz mengelus perut nya penuh sayang. Kalau restu dari Arirang telah dikantongi niscaya restu dari sang ayah Danu Permadi akan didapat pula.

" Bentar lagi kita bakal sama-sama Ayah,bunda,twinnie kita akan jadi keluarga. Yang sehat ya nak.. Bunda sayang kalian " Bisik Ashariz memandang perut nya lekat-lekat dengan menunduk.

Tujuh tahun berlalu Abhirama menjelma menjadi sosok yang bertanggungjawab bukan lagi mahasiswa bermental tempe yang meninggalkan nya setelah bosan.

Kini rasa takut ditinggalkan Abhirama tak lagi menghinggapi hati Ashariz.

Tring...

Tanda notifikasi ponsel membuyarkan kebersamaan Ashariz dengan calon buah hati nya. Perlahan tangan Ashariz menggapai nakas mengambil ponsel nya.

Abhirama : pengen makan apa bunda??

Ashariz tersenyum penuh bahagia membaca pesan Abhirama. Lelaki itu semenjak keluar dari ruang dokter kemarin hingga kini selalu mencurahkan perhatian yang tak kenal surut. Bahkan terkesan lebay karena selalu menanyakan apapun yang diinginkan Ashariz setiap lima menit sekali.

Me : macaroon will make me and bunda more better ayah :)

Abhirama : ok. Wait a minute twinnie..ayah will be there at 7

Me : i will be right here waiting for you ayah. Love - bunda :)

Abhirama : duhh sampe lupa kecupin bunda nya. I love you bunda gemes

Ahh.. Abhirama lelaki itu memang paling dan akan selalu bisa membuat hati Ashariz berbunga.

Sementara sambil menunggu Abhirama pulang, Ashariz membantu bi Marsih menyiapkan makan malam.

" Ehh ibu udah bangun mau bibi buatin susu?? " Bi Marsih menyambut Ashariz dengan langkah tergopoh-gopoh.

Ashariz tersenyum " Gak usah bi siapin makan bapak aja "

Yeah semenjak Ashariz memutuskan tinggal bersama Abhirama. Panggilan tuan-nyonya yang sedari awal disematkan oleh para asisten rumah tangga maupun sopir diganti menjadi ibu-bapak.

" Bi... keluarga bapak pernah kesini gak sih " tanya Ashariz tiba-tiba

" Ya ndak pernah bu saudara bapak semuanya tinggal di Semarang "

" Oh... kirain ada gitu yang pernah kesini "

" Ya gak ada bu... "

Tingtong.....

Mendengar suara bel Ashariz segera bangkit penuh semangat " Udah bibi istirahat aja itu bapak udah pulang "

Bi Marsih hanya mengangguk sementara Ashariz berlari penuh semangat.

Dihadapannya Abhirama berdiri dengan gagah sekalipun gurat lelah terlihat tapi senyum di wajah lelaki tersayang Ashariz itu lebih mendominasi.

Abhirama mengecup bibir Ashariz. Tangan kiri nya memegang bahu Ashariz sementara tangan kanan nya mengusap lembut perut wanita itu " I miss you so bad " ucap Abhirama disela kecupan nya. Kecupan kecil yang lambat laun berubah menjadi lumatan-lumatan penuh gairah.

Dalam sekali sentak Ashariz sudah berada dalam gendongan Abhirama. Dan tanpa melepas pagutan diantara keduanya Abhirama bergegas menuju kamar mereka di lantai dua.

Bibir Abhirama dan Ashariz saling memagut, melumat dan menghisap penuh hasrat. Saling berlomba menunjukkan kelihaian masing-masing dalam berciuman.

Saat mengetahui Ashariz kehabisan nafas ciuman Abhirama menuruni leher jenjang wanita itu. Terus turun hingga ke ceruk payudara Ashariz.

" Uuuuhhh....enggghhhh.... " desahan demi dasahan Ashariz bersusulan seolah memberi sorak semangat bagi Abhirama untuk semakin mengeksplor keahlian lidahnya.

Tangan Ashariz tak tinggal diam. Jari lentik bermanicure merah nya melepas kancing kemeja Abhirama dengan terampil. Lalu mengecupi dada bidang lelaki itu dengan nafas memburu.

Ashariz membantu Abhirama melepas celana panjang lelaki itu. Disusul dengan boxser dan celana dalam Abhirama. Hingga kedua nya sama-sama telanjang.

Ashariz melenguh penuh kenikmatan saat lagi-lagi gelombang kenikmatan menghantamnya berulang.

Hormon kehamilan membuat wanita itu selalu memiliki nafsu berlebih dalam setiap percintaan mereka.

Abhirama ambruk diatas tubuh Ashariz. Kepala nya rebah di antara ceruk payudara Ashariz. Mencoba menghela nafas dengan tangan yang terus bekerja memilin dan meremas payudara Ashariz.

" Lagi Bhi... " bisik Ashariz di telinga Abhirama disertai dengan gigitan-gigitan kecil di telinga lelaki itu.

" Women on top ya.. Mas capek Sha " aku Abhirama jujur

" Kamu kayaknya tambah tua makin letoy deh Bhi baru dua ronde juga " Keluh Ashariz tiba-tiba

" Yang penting udah goal Sha.. semalam sepuluh ronde kalo gak goal baru letoy. Mas mah jelas tak terbantahkan ... tuh di perut kamu ada si kembar. Coba aja kalo gak ada udah Mas isi lagi sama kembar lima "

Abhirama tergelak merasakan cubitan Ashariz di pinggang nya.

" Udah mau punyak anak mbok ya kalo ngomong disaring " omel Ashariz sembari berguling. Ia membungkus tubuhnya dengan selimut.

" Dek.. coba lihat bunda kalian kalo ngambek makin gemes "

****

Jangan lupa vomennya gaes..

Love you all

Love

Latifah

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 13, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MorfinWhere stories live. Discover now