Tak sabar untuk membagi cerita dengan sahabatnya, Maureen melajukan mobilnya cepat ke salah satu kafe minum kopi ternama dekat kantor. Maureen dan Niken sang sahabat sepakat untuk bertemu disana sehabis waktu kerja.
Niken adalah sahabat Maureen sejak di Universitas. Sejak semester pertama hingga wisuda selalu bersama. Namun untuk urusan pekerjaan, mereka punya minat berbeda sehingga harus berpisah. Niken suka berpetualang dan hobinya fotografi. Bekerja sebagai fotografer dan editor sebuah majalah membuat Niken menjalani hidupnya dengan banyak berpergian dan penuh tantangan. Sementara Maureen suka dengan hal statis. Makanya hidupnya biasa-biasa saja, namun Niken mengejeknya dengan mengatakan hidup Maureen datar. There's no fun.
esampainya Maureen di lokasi, ia langsung mengambil tempat duduk disamping Niken dan menyeruput kopi pesanan sang sahabat.
"Eh gak sopan. Main nyerobot minum orang. Manner mana manner ?" cerocosnya.
"Kasihanilah aku sedikit. Aku butuh kafein." kilah Maureen membenarkan tindakannya.
"Kau harus ganti minumanku nanti. Sekarang apa yang mau kau ceritakan?" Kata Niken tak sabar. Karena sejak siang tadi sang sahabat terus meminta untuk bertemu ingin menceritakan sesuatu. Ia jadi penasaran.
"Um, aku dilamar." tutur Maureen agak ragu mengungkapkan.
Satu detik berlalu dan hanya kedipan mata respon dari Niken. Maureen tak tahu itu merupakan tanda positif atau bukan untuk melanjutkan ceritanya.
"What?" satu kata dari Niken disertai raut terkejut dan mata membesar.
"Well, seorang teman sma ku mengatakan ingin menikahiku." tambah Maureen.
"Wow, itu sangat .." Niken sepertinya masih shock mendengar berita itu.
"Mengejutkan dan konyol, aku tahu. Maka dari itu aku menolaknya." putus Maureen.
"Aku mau bilang itu mengejutkan tapi tidak konyol. Dan kenapa kau menolak?" sergah Niken menyesali keputusan sahabatnya itu.
"Tidak konyol darimana? Seseorang yang tidak pernah melakukan kontak apapun denganmu lebih dari sepuluh tahun kini tiba-tiba datang dan melamarmu. Itu sama sekali tidak masuk akal." beber Maureen.
"Mungkin selama ini dia menyukaimu dengan diam-diam." Kemungkinan itu diyakini Maureen tidak ada. Bastian seharusnya tidak membuang waktu bertahun-tahun dan mendekatinya jika memang benar ia menyukai Maureen. Ia juga pernah melihat foto Bastian dengan seorang wanita disalah satu media sosial milik teman mereka. Maureen rasa itu pacar Bastian, jadi tidak mungkin Bastian menyukainya namun malah berpacaran dengan orang lain.
"No way. Asal kau tahu, dia juga tak mau jujur saat kutanya alasan ia melamarku. Itu membuatku semakin ringan menolaknya." jawab Maureen.
"Kau sadar kau baru saja membuang kesempatan melepaskan status jomblomu? Mungkin tak akan ada lagi lelaki yang mau denganmu nanti." ejek Niken.
"Kenapa kau tidak membelaku tapi malah menyumpahi? Kadang aku berpikir kau itu sahabat atau musuh dalam selimut sih?" cibir Maureen. Kedua gadis itu memang sering saling cibir, namun cekcok ringan seperti itu malah makin mempererat hubungan mereka. Bestfriends use sarcasm kalo kata mereka.
"Aku ingin membantumu. Membuatmu sadar kalau ini kesempatan untukmu memiliki pendamping. Dimana lagi kau menjumpai lelaki khilaf."
Maureen ingin sekali menyumpal mulut Niken. Memang Maureen agak terbebani karena merasa tidak laku, namun belum putus asa seperti yang Niken pikirkan. Sampai-sampai harus menerima lamaran konyol Bastian.
"Aku rasa dia tidak khilaf. Pasti ada yang Bastian rencanakan" lirih Maureen pada dirinya sendiri namun tertangkap telinga sahabatnya.
"Oh, jadi namanya Bastian. Apakah orangnya tampan?"
"Maksudmu?" tanya Niken lagi.
Maureen menatap sahabatnya itu berusaha menyalurkan pemikirannya lewat mata.
"Cepat katakan. Aku tidak bisa membaca pikiranmu. Dan pandangan matamu itu justru malah terlihat aneh. Hentikan!" kadang Niken tidak peka. Maureen menghela nafasnya menyesali nasibnya yang punya sahabat lambat tanggap macam Niken.
"Aku tak percaya kau baru saja menanyakan apakah Bastian tampan. Bukan itu point penting yang ingin aku utarakan." cuap si sahabat yang menderita. Maureen heran mengapa hal itu yang dipentingkan oleh Niken saat ini.
Tapi jika mau bicara jujur, memang Bastian termasuk dalam golongan pria tampan. Waktu SMA dulu ia juga termasuk dalam kategori murid berpengaruh. Sudah tampan juga anggota OSIS. Makin terkenal lah lelaki itu seantero sekolah. Namun Niken tak perlu tahu hal itu. Bisa-bisa makin gencar ia mendorong Maureen menyetujui ide konyol Bastian.
"Baiklah. Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Niken mengakhiri.
"Dia bilang akan terus menemuiku. Aku sudah menolaknya namun ia bersikeras akan tetap datang hingga aku setuju." ujar Maureen dengan wajah lesu. Ia benar-benar bingung dengan sikap Bastian yang tidak mudah menerima penolakan.
"Kalo gitu terima saja." ucap Niken enteng.
"Tapi ini hidupku Niken. Aku ingin merasakan jatuh cinta lalu menikah." Kembali pada sifat Maureen yang simple dan tidak muluk-muluk, dia ingin punya cerita yang wajar seperti orang kebanyakan. Bertemu laki-laki baik dan bertanggung jawab, jatuh cinta lalu menikah. Tapi kehadiran Bastian mengacaukan semuanya. Atau hampir mengacaukan semuanya lebih tepatnya.
"Cepat atau lambat ujungnya sama saja. Hidup bersama dalam komitmen pernikahan. Kalau masalah jatuh cinta, waktu bisa membuat itu terjadi. Kedekatan suami istri akan menimbulkan hal itu." Kata-kata Niken memang ada benarnya juga. Toh orang tua Maureen dulu juga seperti itu. Mereka yang awalnya tidak saling mengenal kemudian dijodohkan dan menikah. Pernikahan mereka langgeng bertahan hingga sekarang. Keadaannya kurang lebih sepertu yang dihadapi anak mereka sekarang.
"Tapi kata hatiku menentangnya." sanggah Maureen.
"Baiklah. Kalau begitu tolak terus. Mana mungkin Bastian tak capek menerima penolakan darimu." tutup Niken sambil tersenyum. Memberi kekuatan kepada Maureen.
Inilah yang membuat mereka bersahabat. Walau awalnya mereka bersinggungan pendapat, namun satu dan yang lain akan tetap menghargai perasaan dan penilaian masing-masing. Dan saling memberi dukungan dan kekuatan kapanpun dibutuhkan.
Maureen sayang sama Niken.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahlah Denganku
RomancePemuda dengan nama lengkap Bastian Winandra Kesuma itu tanpa pemberitahuan mengejutkannya dengan kedatangan yang tiba-tiba. Pasalnya, Agnesya Maureen bukan teman sepermainan lelaki itu dulu. "Jadi, ada apa kau menemuiku?" Tanya Maureen to the point...