Pemuda itu menarik nafas dan memberikan tatapan tajam pada perempuan itu dan berkata,
"menikahlah denganku."Maureen sempat merasakan jantungnya berhenti berdetak. Terlalu mengejutkan untuknya menerima pinangan dari Bastian. Ia sama sekali tak mengira akan mendapat permintaan seperti itu. Well, jika ditelaah lagi, dari intonasi yang diucapkan Bastian ia terkesan menyuruh daripada meminta.
Maureen tertawa kaku pada akhirnya. Ia akan menganggap itu hanya lelucon Bastian walaupun sama sekali tidak lucu. Hal menikah bukan bahan tertawaan buat Maureen. Ia akan tersinggung jika ada yang menyindirnya tentang pernikahan.
Maureen adalah gadis berusia dua puluh delapan tahun namun pacar saja ia belum punya. Jadi masalah pernikahan adalah hal yang sensitif untuknya.
Tentu saja ia ingin menikah layaknya gadis seusianya. Teman- temannya juga sudah banyak yang menikah. Beberapa sedang sibuk dengan kehamilan dan mengurusi anak. Ia tentu saja iri pada mereka. Ia juga ingin punya keluarga kecil miliknya.
"What is it Bastian? You're joking." Kilah Maureen sambil masih tertawa. Namun Bastian tidak ikut tertawa. Pemuda itu masih dengan tatapan seriusnya. Itu membuat Maureen bungkam seketika.
"No?" Tanya Maureen lagi.
"Aku akan memberikan kau waktu untuk memikirkan hal ini. Besok aku akan kembali." Diakhir kalimatnya Bastian mulai melangkah pergi. Meninggalkan Maureen masih membeku ditempat mencerna kata-kata Bastian.
Begitu pintu ruangan tertutup menandakan Bastian telah pergi meninggalkannya dengan sejuta pikiran yang berkecamuk, Maureen tersadar dari bekunya.
"Dia pasti sudah gila. Atau aku yang gila karena tidak mungkin seorang Bastian datang dan melamarku. Ya, pasti aku yang gila." Coba Maureen menyadarkan dirinya. Ia menggelengkan kepalanya guna menghapus bayangan Bastian yang datang padanya.
"What kind of joke is this Bastian?"
Ia segera kembali menuju ruangan kerjanya dan melanjutkan kembali pekerjaan yang sempat dihentikannya tadi. Ia memutuskan bahwa kejadian barusan adalah bagian halusinasinya dan tidak pernah terjadi. Namun teguran Mba Amy melemparkannya pada kenyataan.
"Siapa temanmu tadi?"
Terdiam sejenak untuk memikirkan jawaban untuk Mba Amy, Maureen berpikir apakah sebaiknya ia menyembunyikan kenyataan barusan. Sejujurnya Maureen belum yakin pada apa yang terjadi. Jadi ia tak mau mengutarakan yang apa yang ada.
"Teman Sma ingin mengajak reuni kecil-kecilan." Bohongnya.
"Oh, tapi dia yang datang ganteng gak?" Selidik Mba Amy. Maureen tahu percakapan ini akan mengarah kemana. Ia cuma memutar bola matanya menanggapi teman sekantornya yang lebih tua delapan tahun darinya itu.
Mba Amy dan teman Maureen lainnya kecuali receptionist tidak sempat melihat bagaimana rupa Bastian. Ruangan tamu memang terletak di bagian depan sehingga terpisah dari ruangan kerja mereka. Jika dari gender saja mereka sudah getol menjodohkan Maureen bagaimana lagi bila mereka tahu wajah Bastian yang termasuk lumayan. Pasti Maureen bakal di paksa memelet Bastian sehingga lelaki itu tak lepas darinya.
"Kau punya nomer contact nya? Coba dekati dia." Usul Mba Rosa kemudian. Betul tebakannya, ini tak akan jauh dari pembahasan jodoh dan pasangan.
"Zaman sekarang kita perempuan harus lebih aktif. Soalnya udah banyak saingan." Tutur Mba Amy yang disetujui dengan anggukan dari Mba Rosa.
"Apalagi kalau umur sudah diatas dua-lima. Emang mau jomblo terus?" Tambah Mba Rosa dengan sindiran yang jadi ciri khasnya.
Maureen menghela nafas kuat-kuat dan siap menyanggah mereka.
"No, aku gak punya nomer nya dan no, aku tak akan mendekatinya."Ck, Maureen tidak perlu mendekatinya, karena justru Bastian yang datang padanya. Pemikiran itu menohok Maureen membuat nya menepuk jidat karena kembali teringat hal yang hendak dilupakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahlah Denganku
Storie d'amorePemuda dengan nama lengkap Bastian Winandra Kesuma itu tanpa pemberitahuan mengejutkannya dengan kedatangan yang tiba-tiba. Pasalnya, Agnesya Maureen bukan teman sepermainan lelaki itu dulu. "Jadi, ada apa kau menemuiku?" Tanya Maureen to the point...