Jilid 26

3.1K 47 0
                                    

"Banyak terima kasih atas uraian Ti-kong Taysu sehingga kita semua dapat mengikuti duduknya perkara dari awal," kata Ci-tianglo. Lalu ia unjuk surat yang dipegangnya tadi, "Dan surat ini adalah kiriman pendekar Toako Pemimpin itu kepada Ong-pangcu, isinya berusaha mencegah Ong-pangcu agar jangan mengangkat engkau sebagai gantinya. Nah, silakan baca sendiri, Kiau-pangcu."

"Coba kulihat dulu, apakah surat itu asli atau bukan," kata Ti-kong tiba-tiba sambil menerima surat itu dari tangan Ci-tianglo. Setelah membaca, katanya pula, "Ya, memang betul adalah tulisan tangan Toako Pemimpin."

Sembari berkata, diam-diam ia gunakan jari tangan kiri untuk robek bagian yang ada tanda tangan penulis surat itu, lalu dimasukkan ke mulut terus ditelan.

Tatkala itu hari sudah gelap, di tengah hutan hanya remang-remang oleh cahaya bintang yang berkedip, waktu Ti-kong merobek surat itu ia pura-pura kurang jelas membacanya, maka surat itu diangkat ke atas, pada saat itulah ia robek ujung surat dan ditelan.

Sudah tentu Kiau Hong tidak menduga padri saleh itu bisa berbuat selicik itu, sambil membentak terus saja sebelah tangan menabok ke depan, dari jauh ia tepuk hiat-to padri itu, berbareng tangan lain hendak merebut surat itu. Namun tetap terlambat, sobekan kertas surat itu sudah masuk ke perut Ti-kong.

"Kau ... kau berbuat apa?" bentak Kiau Hong dengan gusar, menyusul ia menabok pula untuk membuka hiat-to orang.

Ti-kong tersenyum, sahutnya, "Kiau-pangcu, jika engkau sudah mengetahui asal usul dirimu sendiri, tentu engkau akan membalas sakit hati ayah-bundamu. Karena Ong-pangcu sudah meninggal, dia tidak perlu dibicarakan lagi, tapi siapa Toako Pemimpin justru tidak boleh diketahui olehmu. Dahulu pernah kuikut serta menyerang kedua orang tuamu itu, maka segala dosa dan kesalahan biar aku menanggungnya, hendak kau bunuh atau digantung terserahlah padamu untuk melakukannya sekarang."

Melihat sikap padri yang sungguh-sungguh itu, wajah tersenyum welas asih, meski berduka dan penasaran, mau tak mau Kiau Hong menaruh hormat juga padanya, maka katanya, "Hal ini benar atau tidak, saat ini aku sendiri belum yakin. Hendak membunuhmu juga tidak perlu terburu-buru pada saat demikian."

Habis berkata, ia melirik sekejap pada Tio-ci-sun.

"Benar, termasuk juga aku," kata Tio-ci-sun sambil mengangkat pundak seakan-akan menghadapi urusan sepele saja, "utang itu aku pun mempunyai bagian, kapan-kapan saja engkau suka, setiap saat engkau boleh turun tangan."

"Kiau-pangcu," seru Tam-poh tiba-tiba, "setiap tindakan harus dipikirkan masak-masak sebelumnya. Bila sampai menimbulkan persengketaan antarbangsa, maka setiap pahlawan di Tionggoan pasti akan memusuhimu."

Kiau Hong hanya tertawa dingin, perasaannya sangat kusut, ia tidak tahu cara bagaimana harus menjawabnya.

Ia coba membaca surat, isinya sebagai berikut:

Saudaraku Kiam-yan.

Setelah pembicaraan selama beberapa hari, maksud mewariskan kedudukanmu ternyata tidak berubah. Setelah beberapa hari kupikirkan, aku pun tetap tidak menyetujui maksudmu itu. Kepandaian pemuda she Kiau itu memang lain daripada yang lain, jasanya juga sangat besar, berjiwa kesatria dan patriotik, bukan saja menjadi tokoh kebanggaan Kay-pang, bahkan setiap kawan persilatan sebangsa juga merasa kagum padanya. Dengan tokoh sehebat itu untuk menggantikan kedudukanmu, perkembangan Kay-pang kelak sudah dapat diduga pasti akan membubung ....

Membaca sampai di sini, Kiau Hong merasa cianpwe ini sangat menghargai dirinya, ia merasa sangat berterima kasih, ia membaca lagi:

Namun pertarungan sengit di luar Gan-bun-koan dahulu itu betapa menggetarkan sukma keadaan waktu itu, sampai kini sehari pun tidak pernah kulupakan. Anak itu bukan bangsa kita, ayah bundanya terbinasa di tangan kita. Takkan menjadi soal bila anak ini tidak tahu asal usul sendiri, tetapi bila kelak ia tahu, bukan saja Kaypang akan musnah di tangannya, bahkan dunia persilatan di Tionggoan juga akan mengalami malapetaka. Orang yang berkepandaian setinggi anak ini pada zaman ini sesungguhnya dapat dihitung dengan jari.

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang