Jilid 42

2.8K 37 0
                                    

Yang serba salah adalah Siau Hong, ia berada ditengah-tengah dan entah pihak mana yang harus dibantunya, Dalam pada itu ia masih terus dihujani panah oleh orang-orang Cidan, tapi dengan mudah saja ia dapat menyampuk jatuh semua panah sambil berteriak-teriak, "Hai, apa-apaan kalian ini? Mengapa tanpa tanya sesuatu lantas sembarangan membunuh orang!"

Dari tempat sembunyinya sana Akut teriaki dia. "Siau Hong, lekas kemari, mereka tidak tahu bahwa engkau sebangsa mereka!"

Dan pada saat itu juga dua orang Cidan dengan tombak terhunus sedang menerjang kearah Siau Hong dari kanan dan kiri, Begitu mendekat, terus saja tombak mereka menusuk sasarannya.

Siau Hong tidak ingin membunuh bangsanya sendiri, maka ia hanya tangkap ujung tombak lawan, sedikit ia sendal, kontan kedua orang itu terjungkal kebawah kuda, Segera Siau Hong gunakan kedua tombak rampasan untuk mencungkit tubuh kedua orang Cidan itu, seketika kedua orang itu melayang kembali kearah kawan-kawan mereka sambil berkaok-kaok ketakutan di udara, lalu terbanting ditanah hingga tak sanggup bangun untuk sekian lamanya.

Beramai-ramai Akut dan kawan-kawannya bersorak.

Maka tertampaklah diantara orang-orang Cidan itu muncul seorang laki-laki setengah umur berbaju merah sedang membentak-bentak memberi perintah, Lalu beberapa puluh orang Cidan membagi diri dalam dua jurusan, dari kanan kiri mereka lantas mengepung dari kejauhan untuk mencegat jalan lari Akut dan kawan-kawannya.

Melihat gelagat jelek, segera Akut bersuit sekali, cepat ia melarikan diri bersama rombongannya, Kembali orang Cidan menghujani mereka dengan panah hingga beberapa orang Nuchen terbinasa lagi.

Melihat kekejaman orang-orang Cidan, walaupun mereka adalah suku bangsanya sendiri, tapi Siau Hong tak memikirkan hal itu lagi, segera ia rampas sebuah busur dan panahnya, beruntun ia memanah empat kali hingga empat orang Cidan kontan terjungkal dari kuda, tapi tidak mati lantaran yang dipanah Siau Hong adalah bagian pundak, kaki dan tempat-tempat yang tidak berbahaya.

Diluar dugaan ketika orang berjubah merah tadi membentak pula, orang-orang cidan itu sedikitpun pantang mundur, mereka terus mengejar dengan gagah berani.

Siau Hong lihat diantara rombongan Akut itu kini hanya tinggal tiga orang pemuda saja yang masih ikut melarikan diri sambil balas memanah musuh, selebihnya sudah terbunuh oleh orang-orang Cidan.

Padahal dipadang rumput yang datar itu, untuk melarikan diri jelas tidak mudah, tampaknya dalam waktu singkat Akut dan kawankawannya pasti juga akan menjadi korban keganasan orang-orang Cidan.

Selama ini Siau Hong telah dipandang sebagai saudara sendiri oleh orang-orang Nuchen, kalau kawan-kawan karib yang lagi menghadapi bahaya itu tak ditolong olehnya, sungguh rasa hatinya tidak tentram, Sebaliknya bila orang-orang Cidan itu dibunuhnya semua, betapapun mereka adalah suku bangsanya sendiri, ia merasa tidak tega, Jalan satu-satunya sekarang terpaksa orang yang berjubah merah yang merupakan pimpinan mereka itu harus ditawan lebih dulu, lalu akan memaksa dia memerintahkan orangorangnya menghentikan pertumpahan darah itu.

Setelah mengambil keputusan, segera Siau Hong berseru, "Hai, lekas kalian mundur saja! Kalau tidak, terpaksa aku tidak sungkan lagi!"

Tapi sebagai jawabnya, mendadak tiga batang tombak menyambar kearahnya, Karuan Siau Hong sangat mendongkol, Segera ia menerjang kearah sijubah merah dengan cepat.

"Jangan, jangan, Siau-toako, lekas kembali!" Akut berteriak-teriak khawatir demi melihat sahabat baik itu hendak menyerempet bahaya.

Tapi Siau Hong tidak gubris padanya, ia tetap menerjang kedepan, Dengan sendirinya orang-orang Cidan hendak merintanginya, panah dan tombak mereka bagaikan hujan menghambur kearah Siau Hong.

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang