Jilid 31

2.9K 48 0
                                    

Mendadak timbul pula semangat kesatrianya yang tak gentar pada apa pun juga, ia jadi nekat untuk menghadapi segala kemungkinan, katanya pula, "A Cu, besok akan kucarikan seorang tabib sakti untuk mengobati lukamu, sekarang boleh kau tidur dengan tenang."

Melihat sikap bekas pangcu yang gagah perkasa dan angkuh tak gentar itu, A Cu merasa kagum, hormat, dan takut pula. Ia merasa tokoh di hadapannya itu sama sekali berbeda daripada Buyung-kongcu, tapi banyak persamaannya pula. Keduanya sama-sama tidak gentar pada langit dan tidak takut pada bumi, sama-sama angkuh dan berwibawa. Tapi Kiau Hong mirip seekor singa jantan dan Buyung Hok seperti burung hong, yang satu kasar dan yang lain halus.

Begitulah demi sudah ambil kebulatan tekad itu, Kiau Hong dapat tidur nyenyak, walaupun hanya duduk di atas kursi.

Di bawah sinar pelita yang remang-remang A Cu dapat melihat muka Kiau Hong. Selang tak lama, ia dengar Kiau Hong mulai mendengkur perlahan, ia lihat daging muka laki-laki gagah itu berkerut-kerut sedikit sambil mengertak gigi, tulang pipi yang lebar itu agak menonjol. Tiba-tiba timbul semacam rasa kasihan dalam hati A Cu, ia merasa batin laki-laki gagah di depan itu pasti sangat tertekan, sangat menderita, jauh lebih malang daripada nasibnya sendiri.

Esok paginya Kiau Hong menyalurkan tenaga murninya pula untuk menyegarkan A Cu, lalu mengeluarkan uang dan suruh pelayan hotel menyewakan sebuah kereta keledai. Ia payang A Cu ke atas kereta lalu datang ke kamar Pau Jian-leng, dan luar ia berseru, "Pau-heng, Siaute Kiau Hong memberi salam hormat!"

Waktu itu Pau Jian-leng, Hiang Bong-thian, dan Ki Liok bertiga belum lagi bangun, mereka kaget demi mendengar seruan Kiau Hong itu. Cepat mereka melompat bangun dan menyambar senjata dengan kelabakan. Tapi mereka menjadi terperanjat demi tampak di atas senjata masing-masing tertempel secarik kertas kecil yang tertulis: "Salam dari Kiau Hong".

Mereka saling pandang dengan melongo, mereka sadar bahwa semalam tanpa terasa Kiau Hong telah kerjai mereka, jika mau, jiwa mereka dengan gampang sudah ditamatkan oleh Kiau Hong. Di antara mereka Pau Jianleng yang merasa paling malu, dia berjuluk "Bo-pun-ci" atau tanpa modal, artinya pekerjaannya ialah maling, mencuri tanpa memakai modal, dan sebagai pencuri, sudah tentu kepandaian menggerayangi rumah orang merupakan kemahirannya yang paling diandalkan, tapi kini ia sendiri telah digerayangi Kiau Hong dan baru sekarang ketahuan.

Segera Pau Jian-leng mengikat senjatanya yang berupa ruyung lemas itu di pinggang, lalu ia ke luar kamar, ia tahu bila Kiau Hong bermaksud membunuhnya tentu sudah dilakukannya semalam, maka tanpa takut-takut lagi ia berkata, "Buah kepala Pau Jian-leng ini setiap saat silakan Kiau-heng mengambilnya bila engkau suka, selamanya orang she Pau ini bekerja tanpa modal, kalau kini aku mesti bangkrut di tangan Kiau-heng rasanya juga masih berharga. Sedang ayah-bunda dan gurumu sendiri juga kau tega membunuhnya, apalagi terhadap orang she Pau yang tiada artinya ini, mengapa engkau bermurah hati segala?"

Namun Kiau Hong tidak pusingkan olok-olok itu, sebaliknya ia menjawab secara biasa saja, "Selamat bertemu, Pau-heng, sejak perpisahan di Tong-ting-oh dahulu, ternyata Pau-heng semakin gagah dan kuat."

"Haha, untunglah jiwaku ini belum lagi amblas, maka sampai sekarang masih sehat walafiat," sahut Pau Jianleng dengan terbahak.

"Kabarnya 'Giam-ong-tek' Sih-sin-ih telah menyebarkan kartu undangan, maka aku tertarik untuk hadir ke sana, bagaimana kalau kupergi ke sana bersama kalian bertiga?" kata Kiau Hong pula.

Diam-diam Jian-leng sangat heran, pikirnya, "Bukankah maksud tujuan Sih-sin-ih menyebarkan kartu undangan justru hendak menghadapimu. Apa barangkali kau sudah bosan hidup, maka berani datang ke sana seorang diri? Tapi biasanya Kiau-pangcu terkenal pemberani dan cerdik pula, baik ketangkasan maupun kecerdasan serbakomplet, jika dia tidak punya pegangan apa-apa, tidak nanti dia masuk jaring sendiri, maka aku tidak boleh tertipu olehnya."

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang