Jilid 78

2.3K 44 0
                                    

Dalam pada itu Toan Ki sedang mendesak A Ci agar mengatakan di mana Giok-yan akan bertemu dengan nona itu menurut apa yang dijanjikan. Karena itu, A Ci sengaja bicara melantur-lantur untuk mempermainkan Toan Ki.

Tak terduga Lam-kiam yang kebetulan berada di situ lantas menimbrung, katanya, "Toan-kongcu adik perempuanmu hanya bergurau saja denganmu masakah engkau menanggapi dengan sungguh-sungguh?"

"Dari mana Cici tahu adikku cuma bergurau saja?" tanya Toan Ki.

"Kalau kukatakan jangan-jangan nona Toan akan marah padaku kecuali kalau Cujin mengizinkan aku bicara," ujar Lam-kiam dengan tenang.

"Jiko," segera Toan Ki berkata kepada Hi-tiok "bolehlah kau suruh dia bicara."

Hi-tiok mengangguk tanda setuju. Maka Lam-kiam lantas bícara, "Malahan Cujin sendiri juga menyaksikan cuma beliau tidak mau bilang. Nona Ong telah ikut bersama rombongan Büyung-kongcu katanya hendak pergi ke Se He untuk mengikuti sayembara putri Se He di sana, mungkin saat ini mereka sudah beratus li jauhnya, dari mana dia dapat berjanji dengan nona Toan untuk bertemu besok?"

"Budak busuk sudah tahu aku tidak suka kamu ikut omong kau justru banyak mulut," semprot A Ci, "Kalian berempat saudara memang serupa, suka usilan. Majikan tidak bicara tapi kalian selalu suka menimbrung."

"Nona Toan, jangan mengomeli ciciku," tiba-tiba Kiok-kiam menanggapi di luar sana. "Hendaknya diketahui bahwa aku adalah pemegang kunci Sin-long-kok tempat penyimpanan kitab-kitab pusaka Leng-ciu-kiong kami, untük mempelajari cara menyembuhkan matamu, Cujin harus mencuri kitab ke Sin-long-kok."

Diam-diam A Ci terkesiap. Kalau kaum budak itu ikut main gila, bükan mustahil matanya akan sukar disembuhkan lagi. "Hm, bagus!" demikian díam-diam ia memakí. "Awas, kelak bila mataku sudah sembuh, tentu kalian akan rasakan kelihaíanku."

Toan Ki mengucapkan teríma kasih atas pemberítahuan Lam-kiam tadi, lalu katanya kepada Siau Hong,

"Toako, apakah benar rombongan Buyung-kongcu telah berangkat ke negeri Se He?"

"Benar," sahut Siau Hong. "Lamat-lamat ku dengar hal ¡tu ketika dia mohon díri kepada ayahandanya."

"Untuk apakah dia pergi ke sana?" demikian Toan Ki bergumam sendiri.

"'Mengenai maksud tujuannya aku tahu," Kata Hi-tiok. "Menurut keterangan Kongya Kian kepala para pengemis Kai-pang katanya di tengah jalan mereka telah menemukan seorang anggota Kai-pang yang membawa pulang secarik maklumat kerajaan Se He tentang sayembara raja Se He yang lagi mencari menantu pada hari Tiongciu nanti, seluruh ksatria dan jago muda di segenap perjuru diharap mengikuti sayembara itu agar dapat dipilíh sebagai Huma (menantu raja)."

"Eh, Cüjin, mengapa engkau tidak coba-coba ikut sayembara itu," tiba-tiba Tiok-kiam menimbrung. "Asalkan Síau-taihiap dan Toan-kongcu tidak menyaingi engkau sangat mudah bagimu untuk dipilih sebagai Huma."

Dasar sifat Tiok-kiam berempat saudara itu memang masih kekanak-kanakan biasanya mereka dipandang sebagai cucu sendiri oleh Tong-lo, Cuma saja watak Tong-lo sangat keras, maka keempat anak dara itu tidak beraní sembrono kepadà nenek itu tapí sejak mereka melayani Hi-tiok yang ramah tamah sedikit pun tidak pernah berlagak tuan besar, maka Bwe-kiam berempat juga tidak terlalu jeri kepada majikan baru itu apa yang mereka ingin katakan lantas dikatakan begitu saja.

Hi-tiok menjadi kikuk, cepat sahutnya, "tidak, tidak mungkin aku adalah seorang hwesio..."

Tapí belum lanjut ucapannya Bwe-kiam berempat lantas mengikik tawa.

Karuan muka Hì-tiok menjadi merah ia coba melirik Ciong Ling, dilihatnya nona itu sedang termangu-mangu memandangi Toan Ki, sama sekali tidak memperhatikan kepada apa yang diucapkannya tadi. Tiba-tiba Hi-tiok teringat kepada pertemuannya dangan sang Dewi Impian di dalam gudang es istana raja Se He, bukan mustahil Dewi Impian itu sekarang juga masih berada di sana, kenapa aku tidak pergi ke sana untuk coba mencarinya?

Pendekar Negeri Tayli (天龍八部~Thian Liong Pat Poh) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang