JAY CHRISTOPHER
Pada suatu malam, setelah pengumuman massal selesai, rakyat membeli roti-roti keras yang cocok dimakan dengan sup panas sebelum mereka kembali ke rumah masing-masing untuk waktu keluarga yang berkualitas. Jam malam diberlakukan hari itu karena kabarnya ada penyihir gila yang lepas dari penjara dan kemungkinan besar menangkap anak-anak atau anak muda yang keluyuran di atas jam delapan malam. Namun, ada dua anak laki-laki yang nekat keluar rumah karena sup di rumah mereka habis. Secara, mereka bakal kelaparan kalau malam ini tidak makan dan salah-salah, besok bisa mati karena kelaparan.
Mereka berjalan-jalan dengan santainya seakan kehadiran penyihir itu bukan masalah bagi mereka, sambil sesekali mengambil batu kerikil di jalan dan menendangi mereka hingga mental dan memecahkan satu dua kaca rumah orang. Teriakan terdengar namun mereka berdua tidak peduli. Yang penting mereka dapat makan, karena pada waktu itu, makanan jauh lebih penting daripada batangan emas.
Yang jelas, mereka harus mendapatkan sup panas untuk makan malam mereka, tapi itu hanya bisa ditemukan di sebuah toko yang sayangnya dijaga oleh bapak-bapak gendut superkejam yang hobi memalaki konsumennya dengan tambahan satu dua dolar dengan alasan Pajak. Dapat ditebak, kedua anak laki-laki ini bukan kelompok rutin bayar pajak, karena hidup mereka sudah miskin, dan membayar pajak negara pun tak membuat hidup mereka membaik, jadi mereka memikirkan cara yang efektif untuk mendapatkan makan malam ini tanpa harus bertemu dengan si bapak-bapak gendut.
Namun, cara macam apa yang harus dilakukan dua anak laki-laki itu?
Oh ya, nama mereka adalah Jay dan Pierre, omong-omong.
"Kita harus melakukan sesuatu. Mereka tidak kembali daritadi, Pierre," kataku sambil mendorong Pierre keluar dari van.
Aku tahu dia mengantuk, jangan kira aku tidak, tapi bagaimanapun juga, teman-temanku sedang berjuang melawan orang-orang jahat yang tidak punya hati itu. Sebagai teman yang baik dan solid, aku harus ikut membantu walaupun aku sendiri masih tidak tahu bagaimana caranya.
"Apa yang bisa kita lakukan, Jay?" tanya Pierre sambil memakai jaketnya di luar.
Aku menggeleng lemah sambil melihat rumah yang kelihatan sepi itu.
"Bro, kita harus telepon polisi," kataku mengusulkan.
Pierre menoleh padaku dengan pandangan tidak percaya. "Mustahil lah, bro. Mana ada sinyal di sini? Plus polisi butuh waktu dua jam untuk ke sini." kata Pierre sambil berjalan ke arah rumah berwarna oranye dengan gerakan sekaku robot. "Aku bisa gila kalau lama-lama di sini. Aku rindu komputer-komputerku."
Entah kenapa temanku yang satu ini seperti sulit sekali membaur dengan alam. Dia hanya bersembunyi dibalik kacamata kotaknya dan selalu menunduk kalau sedang tidak ditatap orang. Walaupun begitu, aku senang berteman dengannya. Gayanya yang kaku itu membuatku jadi mudah mengerjainya dan mencekoki pikirannya dengan segudang ide-ide nakalku yang kadang diabaikan teman-teman satu gengku yang lain.
Yep, Ethan memang lebih dekat dengan Carlo dan Javier, sedangkan Ricco punya teman-teman satu tim menarinya. Jadi, yang paling dekat denganku hanya Pierre, dan tentunya Gris. Walaupun teman unikku yang satu itu kadang membuatku ingin segera melemparnya ke kubangan penuh lumpur, aku harus akui kalau aku merindukannya saat ini. Siapapun orang tidak tahu diri yang berani menyakitinya akan kubotaki sampai plontos.
Omong-omong, ketika kami berjalan di sekitar area kamp, situasinya sepi, tidak ada orang sama sekali. Mereka pasti berpikir kami semua sudah tidur. Aku mulai berpikir bagaimana caranya memberi bantuan untuk mereka.
"Lalu apa yang harus kita lakukan untuk membantu mereka?" tanyaku sambil melihat ke sekeliling lokasi kamp.
Kulihat motel yang tampak sepi. Ada beberapa anak yang masuk ke sana untuk mengambil air. Kedua rumah di sampingnya juga tampak sepi,tapi beberapa kamar lampunya dinyalakan. Sepertinya mereka sedang melakukan sesuatu di dalam sana. Aku mencoba mencari cara untuk menolong mereka. Menelepon polisi, bisa diatur sih, cuma masalahnya tidak ada sinyal sama sekali di sini. Kalau ada sudah dari satu jam yang lalu aku menelepon mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
TFV Tetralogy [1] : Cerveau Bang (2012)
Mistero / ThrillerBuku Satu ☑ The Forest Voyage : Cerveau Bang [ Completed ] Camp SMA Victory Plus kali ini berlokasi di Hutan Sava, sebuah hutan misterius tanpa pemilik tetap di bawah bimbingan sebuah organisasi pecinta alam, Cerveau Bang. Pada mulanya semua ber...