Chapter 3 : Eyes Stare

3.2K 376 274
                                    

"Aktingmu bagus sekali, Oh Sehun." puji CEO agensi yang menaungi Sehun sebagai artisnya. Pria yang sudah terlihat berumur itu kemudian bertepuk tangan, mengapresiasi usaha Sehun untuk menarik seluruh perhatian media.

"Berkat usahamu itu, saham kita melonjak naik. Mereka menaruh simpati kepadamu, artis tampan yang gagal menikah karena kekasihnya diculik namun tetap berusaha keras mencarinya."

Sehun tersenyum miring, puas sekali rasanya mendengar ia kebanjiran pujian dari CEO agensinya secara langsung. Biasanya, mulut pria tua itu selalu mencelanya kapanpun ia melakukan kesalahan, sekecil apapun itu.

"Teruslah mencari Irene, Sehun-ah. Gadis itu bisa membuat popularitasmu semakin naik, naik, dan kemudian mengalahkan popularitas gadis itu sendiri."

Di balik dinding ruangan CEO tersebut, seorang lelaki berpakaian serba tertutup mendengar semuanya. Lelaki itu menyeringai di balik masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya dan mulai mengatur waktu pada bom hasil rakitannya sendiri yang ia tempel tepat di dinding di mana Oh Sehun berada di baliknya.

"Lagi-lagi, sebuah hadiah untuk gadisku. Kenapa kalian begitu jujur?" gumam lelaki itu. sebuah alat perekam yang ia kendalikan telah berhasil menangkap percakapan antara Sehun dan bosnya. Percakapan yang akan membuat gadisnya percaya bahwa Oh Sehun hanyalah seorang penipu.

Lelaki itu melenggang bebas menjauh dari ruangan CEO tanpa seorangpun yang mencurigainya. CCTV? Sudah ia hack. Para penjaga keamanan? Mungkin sebagian besar sudah menjadi mayat.

Satu langkah, dua langkah, tiga langkah... ia menghentikan langkahnya.

DUAR! Bunyi ledakan besar serta alarm kebakaran yang memecah keheningan itu menjadi alunan termerdu dalam hidup lelaki yang kini melepas masker penutup wajahnya, Byun Baekhyun.

"Matilah dengan damai, Oh Sehun."

.

.

.

Rasanya seperti buta. Kau hanya bisa mendengar tanpa bisa tahu apa atau siapa sebenarnya yang membuat suara di sekelilingmu. Rasanya seperti lumpuh. Kau tak bisa bebas menggerakkan tangan dan kakimu sebebas dulu. Semua rasa itu adalah rasa yang Irene rasakan hingga detik ini.

"Eomma bogoshipeo... appa... bogoshipeo..." lirih gadis itu.

Baekhyun yang tak disadari kehadirannya oleh Irene hanya menatap wanita itu tanpa melakukan apa-apa. Irene merindukan orang tuanya, Baekhyun tahu itu. tapi jika dibandingkan dengan apapun, rasa rindu Baekhyun pada Irene setiap harinya mampu mengalahkan rasa rindu seorang Irene pada orang tuanya. Jadi, tidak ada kata 'melepaskan' bagi Baekhyun.

"Kau milikku."

"Huh?" telinga Irene menangkap gumaman Baekhyun. Dari suaranya, Irene tahu lelaki itu pasti sedang berdiri di hadapannya.

"Ah, aku punya hadiah untukmu, Cantik."

"Aku sudah dikenal tak hanya di Korea. Mereka yang mengagumi Irene perlahan tapi pasti juga mulai mengagumiku, apalagi setelah mereka tahu aku begitu setia pada gadis yang mereka puja-puja itu." Baekhyun memutar rekaman yang ia dapat dari percakapan rahasia Sehun dan CEO agensi lelaki itu. suara Sehun, terdengar begitu jelas di telinga Irene. Terlalu jelas malah.

BATHROOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang