Chapter 1

27K 1.5K 141
                                    

Seorang gadis terlihat tengah melangkahkann kedua kakinya di sebuah sekolah terpandang di ibu kota (Shapire High Internasional Shool) nama itu terpampang besar di gerbang saat ia masuk tadi. Mata hijaunya mengamati lingkungan sekolah itu dengan cermat. Beberapa murid mulai memasuki kelasnya dengan langkah lebar dan terburu-buru mengingat bell pertanda masuk sudah bunyi sejak tadi.

Derap langkah dari sepatu gadis itu memecah keheningan lorong yang ia lewati. Masih ada siswa yang berlalu lalang sontak berbalik, memandangnya dengan berbagai ekspresi mulai dari kagum, takjub dan tidak suka. Namun gadis itu tampak tidak terpengaruh sama sekali, dengan acuh dia melanjutkan langkah.

Suara bisik-bisik pun tak terelakkan lagi. Banyak yang membicarakannya mulai dari penampilan dan wajahnya yang terlihat bukan berasal dari kalangan biasa, rumor yang beredar gadis itu campuran Indo-German-Jepang.

Setelah melalui beberapa koridor, kelas dan sebuah aula, akhirnya langkah gadis itu terhenti di depan pintu hitam kecoklatan. Sebenarnya satpam di depan menawarkan diri untuk mengantarnya ke ruang Kepsek, tetapi dia menolaknya halus. Karena akan lebih seru kalau dia menemukan ruangan ini sendiri.

'Ternyata ruangan kepala sekolah berada tepat di tengah sekolah,' Gumam gadis itu sebelum memasuki ruangan petinggi sekolah barunya. "Ternyata letaknya strategis."

Gadis itu mengetuk pintu dengan nada seirama. Setelah beberapa ketukan, terdengar seseorang di dalam mempersilahkan dirinya masuk.

"Selamat pagi Pak." Gadis itu mengamati ruangan, matanya menjelajah ke seluruh tempat. Sangat tidak sopan tentunya, tapi dia mengamati ruangan ini tidak secara terang-terangan jadi dia aman.

"Selamat pagi, Ania Felycia. Sejak tadi saya sudah menunggu kedatangan mu." Ucap lelaki paruh baya kepada murid yang masih memakai pakaian biasa di depan meja kerjanya. Lalu memberikan sebuah map kepada Ania. "Ini silahkan, ada jadwal pelajaran di dalam dan formulir untuk masuk ke eks-school. Setelah itu berikan formulir itu kepada ketua kelas."

Ania tersenyum menerima map itu. "Terimah kasih Pak. Kalau begitu saya permisi."

"Tunggu dulu Aina. Bapak ingin memastikan sesuatu yang tercatat di dokumen ini, benarkah umur mu 14 tahun sekarang." Ania mengernyit mendengar pertanyaan orang di depannya. Tidak sepantasnya seorang kepala sekolah bertanya seperti itu, ketika informasi tentang dirinya sudah sangat jelas tercantum di sana.

"Ya Pak, umur saya 14 tahun." Jawab Ania pelan.

Pria paruh baya itu tercengang tapi dengan cepat merubah ekspresinya. Sepertinya anak ini benar-benar jenius. Ucapnya dalam hati. "Baiklah, satu lagi yang saya ingin tanyakan Ania Felicya. Apakah kau tidak mencantumkan nama keluarga di nama mu karena semua murid di sini menyertakan semua nama ayah atau bahkan keluarga mereka ?." Ania menatap orang itu tajam.

Aura Ania tiba-tiba berubah, aura yang menyenangkan tadi lenyap begitu saja. Di gantikan dengan Ania yang dingin kini berdiri di depannya. Membuat orang di depannya bergidik ngeri, demi tuhan orang di depan Ania itu adalah kepala sekolahnya.

Ania mengangkat satu alisnya melangkah perlahan dan berhenti saat jarak antara meja dengan dirinya tidak ada sembari tersenyum tipis. "Saya hanya ingin nama saya sampai di situ tanpa nama keluarga di belakangnya. Jangan melihat orang dari hartanya Pak, dan satu lagi anda akan menyesal jika mencari informasi tentang saya Pak Renaldi Sanjaya." Jawabnya pelan.

Sementara orang yang berada di balik meja itu tersentak kaget. Bagaimana dia bisa merubah intonasi suaranya yang tadi. Suara gadis di depannya tadi lemah lembut, tapi sekarang suaranya berat dan sedingin es.

"Baiklah Pak. Ku kira waktu perkenalan kita sudah habis. Aku sudah terlambat masuk di kelas pertama ku pagi ini." Desis Ania lalu membuka pintu coklat itu dengan sekali hentakan.

Hidden Freedom [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang