'Aku dan Kamu, telah menjadi Kita.'
*****
"Saya terima nikahnya Khanza Shalsabila binti almarhum Muhammad Husain dengan seperangkat alat sholat dan mas kawin tersebut di bayar tunai."
Harris memejamkan matanya sambil menghembuskan sisa napas saat ia mengucapkan ijab qobul.
"Bagaimana saksi, sah?" Penghulu menyahut seraya menatap sekelilingnya.
"Sah..." semua menjawab serempak.
"Alhamdulillah..."
Dan kemudian doa beserta ucapan syukur kepada Allah mengalir dari bibir sang penghulu, lalu di ikuti kata 'amin' oleh seluruh orang yang ada di ruangan. Air mata Khanza menetes seiring dengan doa yang ia panjatkan dalam hatinya. Ini adalah doa pertama yang ia panjatkan setelah menyandang status sebagai istri Harris, dan setelah itu lantunan doa demi doa akan terus mengalir seiring berjalannya rumah tangga mereka.
Alana dan Anissa menuntun Khanza yang baru keluar dari kamarnya setelah sebelumnya Pak penghulu menyuruh Khanza untuk keluar setelah ijab qobul di lakukan. Setelah mendapat aba-aba dari penghulu, Khanza dan Harris di suruh duduk berhadapan, meski Khanza sedikit canggung dan Harris yang terlihat kaku.
"Di cium saja tangan suaminya, nanti kening istrinya di cium juga ya," perintah sang penghulu. "Jangan malu-malu," lanjutnya sambil terkekeh.
Khanza menatap Harris, bermaksud meminta persetujuan untuk mencium tangannya. Namun, Harris hanya terpaku seraya menatap Khanza dengan tatapan datarnya.
"Ayo di cium dong, kalian kok malu-malu gitu sih?" Arumi mencibir pada pasangan pengantin di hadapannya.
"Iya, udah halal ini kok," Weni menyahut. Kedua Ibu-ibu rempong itu memang yang paling heboh di antara semua orang yang ada.
"Si Harris mah emang gitu orangnya, maunya sembunyi-sembunyi." Varren ikut berteriak heboh.
"Hush! Kalian ini malah sibuk recokin pengantin baru," Armadi menatap sekeliling sambil membuka suaranya.
Harris berdecak sebal sambil mengulurkan tangannya ke arah Khanza, dengan sigap dan seolah takut Harris akan menariknya kembali, Khanza langsung meraih tangan kanan Harris dan menciumnya. Tulus dan lembut. Setelah Khanza melepaskan tangannya kembali, Harris langsung mendekatkan wajahnya ke arah wajah Khanza kemudian mencium keningnya, hanya sekilas dan bukan dengan bibir, melainkan dengan pucuk hidungnya.
"Cepat peluk Ayah Harrisnya, Bilal." Arga menatap Bilal seraya memberi aba-aba untuk memeluk Harris. Dengan sigap Bilal turun dari pangkuan Safa dan segera berlari menuju Harris. Duduk di pangkuan Harris sambil memeluk leher Ayahnya dengan erat.
¤¤¤
"Akhirnya Harris udah sah ya, Tan?"
Varen menatap ke arah Arumi. Saat ini keluarga beserta sahabat Harris dan Khanza memang sedang berkumpul di ruang tamu setelah acara akad nikah yang di laksanakan di sebuah masjid yang dengan dekat rumah keluarga Armadi. Sambil menunggu Harris dan Khanza yang sedang membereskan barang-barang Harris di kamarnya, mereka semua menghabiskan waktu siang harinya dengan bercengkrama.
"Iya, terus kamu kapan?" Arumi menatap balik Varen dengan antusias.
Varen tersenyum lebar seraya memasang wajah masam. "Waduh! Kalau Varen sih masih lama kayaknya Tan, pacar aja belum ada."
"Masa sih?" Armadi menimpali. "Bukannya kamu itu suka gonta-ganti pacar ya? Sejenis sama Harris dulu."
"Iya itu kan dulu Om, sekarang Varen udah bertaubat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pilihan Allah
Spiritual"CERITA SUDAH DITERBITKAN" Buku bisa dipesan di nomor : 085103414877 Namanya Khanza, ia seorang janda beranak satu. Suaminya meninggal sejak umur Khanza menginjak usia 23 tahun dan usia anaknya 2 tahun. Ia sering mengalami pahitnya kehidupan. Namun...