Tok tok tok.
"Ren... Kamu masih di dalam?" Zein mengetuk pintu kamar mandi. Rasanya sudah hampir satu jam setengah Rena di sana. Jangan-jangan pingsan."Ren..." Zein memanggil sekali lagi karena tidak ada jawaban dari dalam. "Ren, kamu sehat? Jawab, atau kudobrak pintunya."
Rena menggigit bibirnya sambil meringis. Ah... Ada lagi. Dia benar-benar melakukan hal bodoh. Paling bodoh. Ia tadi akhirnya memutuskan mandi untuk mendinginkan kepala yang rasanya mulai panas saat memikirkan bagaimana harus bersikap menghadapi Zein. Ia sungguh merasa bodoh sebagai seorang gadis karena sudah memohon kepada seorang pria untuk menemaninya. Menginap sepanjang malam di rumahnya. Itu saja sudah bodoh. Tapi ternyata ia menambah satu kebodohan lagi setelahnya dengan tidak membawa handuk saat ke kamar mandi. Sekarang bagaimana ia harus meminta Zein mengantarkan handuk untuknya? Aaaahhh!!! Rena menjerit dalam hati, frustrasi.
"Ren..." Zein mengetuk pintu lagi. "Kudobrak ya pintunya?"
"Ehhh...ja...jangan, jangan! Jangan!" Rena buru-buru menyahut dari dalam kamar mandi.
Zein tertegun, tangannya menggantung di udara dalam posisi siap mengetuk pintu. Tapi kemudian dia menghembuskan nafas. "Kupikir kau pingsan di dalam," katanya. "Kenapa lama sekali? Sudah satu jam lebih."
Ah...ada-ada saja sih aku ini, Rena merutuk dalam hati. Gadis itu memukul kepalanya. Bodoh, bodoh, bodoh. Kenapa sih, aku ini bodoh banget?
"Ren, jawab dong," kata Zein.
Rena menghembuskan nafas dari mulut. Baiklah, aku sudah mulai kedinginan. Baiklah, oke...
"Aku lupa bawa handuk," ujar Rena kemudian.
Hening.
"Apa?" tanya Zein setelah beberapa saat hanya mematung memandang pintu di hadapannya.
"Aku lupa bawa handuk. Tolong ambilkan," Rena mengulang jawabannya. Sekaligus meminta tolong. Tiba-tiba Rena mendengar dengusan dari luar, disambung dengan tawa Zein yang membahana. Rena mengatupkan rahang. Pria itu... Menyebalkan!
"Ya ampun... Kukira kau kenapa, sampai lama sekali di kamar mandi..." ujar Zein di sela gelak tawanya.
"Sudah, cepat, tolong ambilkan! Aku kedinginan!" seru Rena tidak sabar. "Di gantungan di belakang pintu."
"Hihihi, iya iya, sebentar ya." Zein meninggalkan pintu di hadapannya sambil terkikik. Selalu saja ada kejutan yang ia dapat dari Rena. Gadis ini ajaib. Zein melongok ke belakang pintu kamar Rena, menemukan handuk bergambar (lagi-lagi) Keroppi. Ia segera menyambar handuk itu dan kembali ke kamar mandi.
Zein mengetuk pintu kamar mandi. "Ren, nih handuknya," katanya sambil terkikik pelan.
Rena dongkol mendengar tawa Zein. Gadis itu membuka sedikit pintu kamar mandi. "Mana?" katanya sambil mengulurkan tangannya keluar. Wangi sabun menguar dari dalam. Zein menelan ludah melihat tangan Rena dan ketika wangi sabun merangsek ke hidungnya.
"Manaaa?" Rena menggerak-gerakkan tangannya tidak sabar. "Awas, jangan ngintip ya!"
"Iyaaa...aku sudah tutup mata. Nih," sahut Zein sambil meletakkan handuk di telapak tangan Rena.
Rena menarik tangannya dan kembali menutup pintu kamar mandi. "Keluar sana! Aku mau ganti baju," seru Rena dari dalam kamar mandi. Gadis itu segera membalut tubuhnya dengan handuk.
Zein terkikik lagi. "Iya, iya. Aku keluar ya. Kalau sudah selesai panggil aku," katanya.
Setelah beberapa menit, Rena melongokkan kepala keluar memastikan tidak ada Zein di sekitar situ. Setelah yakin hanya ada dirinya, gadis itu bergegas menuju kamarnya sambil meringis menahan sakit akibat kram pada perutnya. Dengan cepat Rena berpakaian.