???

31 1 0
                                    

Mao's POV

Keesokan harinya, aku berangkat sekolah seperti biasa berjalan kaki sendirian. Disekitarku banyak siswa yang juga berangkat ke sekolah yang sama, mereka berkelompok dan tampak asyik membicarakan sesuatu yang menyenangakn. Terlihat dari raut wajah mereka yang berseri-seri berbagi senyum dengan yang lain.

"Awali pagi dengan senyum, perlahan kebahagiaan hari itu akan datang menghampirimu" gumamku mengingat nasihat ibuku dirumah.

Setelah menyelesaikan gumamanku itu, aku dikejutkan oleh tepukan keras yang mendarat dibahuku.

"Youraaaa!! Ngagetin tahu.." protesku pada pelaku penepukan yang ternyata adalah Youra. Youra hanya tersenyum lebar. Saat memperhatikan wajah Youra ,reflek aku menautkan alisku.

"Eh tunggu dulu?! Ada yang berbeda dari penampilan Youra pagi ini??" tanyaku dalam hati

"Youra, kamu make up an yaa??" celutukku sambil sekuat tenaga menahan tawaku biar tidak pecah.

"Kau tahu, tiga jam aku meriasnya. Aku gak mau terlihat buruk didepan Yosei" ujar Youra mantab.

"Hmm,, pantas. Yosei penyebabnya." Aku mengangguk paham.

"Eh, tunggu dulu maskaramu ada yang nyangkut tuh. Sini aku benerin"  lanjutku saat lihat ada yang tidak beres dengan hasil dandanan Youra.

"Yang bener? iya, bantuin." Youra terlihat membungkukkan badannya dan aku mengulurkan tanganku membenarkan posisi maskara Youra yang terlihat nyangkut tadi. Eh gak taunya malah ada yang kecabut satu.

"Ehh, aku mencabutnya???!" Gumamku datar dengan wajah innocent.

"Mao chaaaaaan.." Youra sudah bersiap memukul kepalaku, tapi urung aku langsung melesat menghindari amukan Youra. Akhirnya selama perjalanan menuju sekolah kami lalui dengan saling mengejar.
Setelah mengganti sepatu diloker aku langsung bergegas kekelas dan segera mengambil posisi dibangkuku biasanya. Karena beberapa menit setelah aku sampai diruang loker, bel masuk sudah berbunyi.
Pelajaran pertama pun dimulai yaitu matematika. Awalnya aku memperhatikan setiap pelajaran yang dibawakan Amano sensei, guru matematika ku yang tengah menerangkan tentang garis dan fungsi. Tapi disaat  aku menolehkan kepala ku sejenak ke arah jendela yang ada disebelah kananku untuk mengusir rasa penatku, aku terdiam sejenak melihat pemandangan diluar jendela. Posisi kelasku yang berada dilantai dua, hal itu bisa dengan leluasa aku mengamati keadaan dibawah yang kebetulan adalah lapangan olahraga. Disana ada gerombolan siswa yang sedang bermain sepak bola dan siswinya bermain bola voly. Ah kayaknya aku kenal postur tubuh atletis yang sedang berdiri berkacak pinggang ditengah-tengah golpal. Itu Aiba senpai, dari SMP sampe sekarang di SMA posisi favoritnya saat maen bola tetap menjadi penjaga gawang rupanya. Kenapa gak jadi striker aja sih? dasar!! Jadi hari ini adalah jam olarganya si Aibaka-sebutanku sejak mengenalnya di SMP- itu. Selasa ya.
"oii kosong, oper sini!!" Terdengar teriakan berasal dari lapangan. Terlihat di tengah lapang seorang pria tinggi tengah berteriak berusaha mendapatkan bola dari teman se timnya. Aku mengkerutkan dahiku dan menatap tajam pria tinggi yang berlari dilapangan itu.
"Dih, si banci ternyata bisa maen bola?!! Gak nyangka aku." aku berdecak sambil geleng kepala benar-benar gak percaya sama apa yang aku lihat. Si banci itu?
disaat asyik mengolok permainan si banci, aku merasa bahuku ditepuk-tepuk dari belakang.
" hey.. Mao san kau dipanggil tuh!??" Suara Youra mengagetkanku sontak aku langsung menoleh kebelakang.
"Ehh??"
"Inoue san" belum sempat aku mencerna kalimat yang dilontarkan Youra, suara berat memanggilku dari depan.

'Gawat Amano sensei memanggilku'

"h-haii.." jawabku terbata sambil menelan ludah pksa
"Saya pnggil dari tadi kenapa tidak merespon. Melamun ya?" Amano sensei terus menatapku sangsi begitu juga teman-teman sekelas tak terkecuali Chiharu yang bangkunya berseberangan denganku. Ia terlihat terkejut menatapku.
"Iie.. " dengan cepat aku menggelengkan kepala
"Kalo begitu bisa kerjakan soal dipapan?" Lanjutnya sambil menunjuk papannya dengan spidol
"Hai" aku mulai brjalan menuju depan kelas untuk mengerjakan soal dari Amano sensei sebagai hukuman karena aku melamun ditengah-tengah pelajarannya. Bukan melamun, lebih tepatnya mengutuk. Dan benar saja aku lebih mengutuki si banci belang itu, karena telah mengirimku pada kesialan ini. Malunya itu lho!!! Tapi untung kemarin malam aku sedikit belajar tentang fungsi jadi bisa lancar ngerjainnya.

See You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang