Masa Lalu

9 1 0
                                    

Setelah mengikuti acara makan malam, Mao langsung kembali ke kamarnya. Saat di ruang makan pun, ia terlihat murung dan seperti enggan memakan makanannya. Saat di tanya mama nya dia hanya menggeleng dan tersenyum tanpa beban sembari mengatakan.

"Daijoubu. Aku baik-baik saja kok (*^_^*)"

Melihat kakaknya yang tidak bersemangat, Rena berinisiatif untuk mengganggunya. Ia (sengaja) mencomot kroket yang ada di piring sang kakak.

Cling

Kilatan mata kekesalan terpancar masuk ke dalam bola mata kecoklatan milik Rena. Sang adik membulatkan matanya namun itu tak berlangsung lama. Saat mengetahui cahaya itu meredup lalu perlahan ia melihat bahu sang kakak merosot berbarengan dengan hembusan nafas beratnya.

"Onee-san, kau tidak marah?" Tanya Rena sedikit ragu. Sang kakak tidak menjawab, ia memasukkan kroket terakhir di piringnya ke mulutnya. Mengunyahnya pelan, lalu menolehkan kepalanya menatap adik kecil yang di sampingnya sambil menunjukkan wajah melasnya -dengan pipi menggembung penuh dengan kroket-.

"Doushite?" Ratapnya dengan suara paraunya.

"...."

Setelah mengatakan itu, Mao mengambil gelasnya dan menenggak isinya sampai habis.

Telah dipastikan bahwa sesuatu yang berat telah terjadi pada kakaknya, hal itu yang membuat Rena tidak bisa memberi komen lebih jauh lagi. Suasana seperti ini jadi mengingatkan Rena kejadian masa lalu yang belum terlalu lama di alami oleh sang Kakak. Ya, Rena ingat waktu...

"Kak, ajarin Rena ngerjain PR dong?!" Rengek seeorang gadis kecil pada cewe yang baru menginjak dewasa yang sedang mendudukkan diri di sofa ruang tengah. Posisinya duduk sambil memeluk lutut dengan wajah yang ia benamkan pada bantal sofa di lututnya. Diam. Merasa tidak ada gerakan apapun dari orang yang di ajak bicara, gadis kecil errr- Rena maksudnya, ia mencoba menyentuh bahu kakaknya.

"Kak? Kakak bantuin Rena doong?!"

Greeb

Rena mengedikkan bahunya saat dengan cepat dan tanpa aba-aba sebuah tangan mencengkeram lengannya. Saat ia sadar ternyata kakaknya yang melakukannya dan sekarang wajah errr- kenapa wajah kakaknya berubah jelek seperti itu? Wajah itu menatapnya hampir menangis.

"Doushite..?!! ~π_π*"

"HEEEEEEE?! Onee-chan??" Pekik sang adik, melihat Mao seperti memohon sesuatu kepadanya dengan muka yang tidak biasa. Selanjutnya Mao, sang kakak menjelaskan permasalahannya dengan sesenggukan yang dibuat-buat menemani setiap cerita dari awal sampai akhir. Saat itu hanya satu hal yang terukir di benak Rena, 'Ini yang anak kecil mana, yang seorang kakak seperti apa?? Terbalikkah?!'

"Sepertinya gejala jatuh cinta kakak sedang melakukan pemberontakan.." Gumam Rena lirih, matanya melihat punggung kakaknya yang sudah beranjak menuju kamarnya.

JBREET *suara pintu kamar Mao yang di banting kasar*

Diatas tempat tidurnya Mao hanya mengguling-gulingkan tubuhnya tak beraturan berbungkuskan selimut tebalnya. Ia ingin cepat tidur dan melupakan kejadian yang hari ini terjadi. Namun saat ia membalikkan tubuhnya dan melihat meja belajarnya, matanya menangkap sesuatu yang menarik. Ia singkap selimut yang menutupinya, berjalan menuju meja belajarnya.

"Mochi.."

Tangannya meraih boneka chinnamorol yang terpajang di meja belajarnya. Ingatannya terbang ke masa di mana seseorang memberikan boneka itu di saat cahaya malam menjadi saksi biksu untuk runtuhnya dinding dingin yang melapisi hati Mao. Ia tersenyum mengingatnya. Malam ini untuk pertama kalinya ia menyadari bahwa membenci masa lalu tidak akan bisa menghapuskan masa lalu itu sendiri. Malam ini juga ia sadar bahwa menghindari masa lalu dengan membenci orang 'ITU', malah membuatnya terus mengingat tragedi yang membuatnya seperti ini. Dan malam ini juga ia sadar bahwa orang yang selama ini ia benci, mati-matian ia hindari adalah orang pertama yang selalu menemukannya di saat ia membutuhkan jawaban dari semua pertanyaan-pertanyaannya. Senyum itu. Tawa bodoh itu. Benar-benar telah meruntuhkan pertahanannya.

See You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang