Sweet Sense

20 1 0
                                    

"Sudah ikut saja!" Katanya singkat membuatku mengangkat sebelah alisku tak mengerti. Dia setelah itu hanya melangkahkan kakinya sedikit terburu-buru menuju suatu tempat yang tak asing bagiku. Aku dapat melihat punggungnya yang lebar tepat berada didepan wajahku.
Bruugh
"Hey kalo berhenti ngomong dong, sakit tau?!!" Protesku sambil mengelus hidung ku yang barusan menyudruk punggungnya karena ia berhenti tanpa aba-aba sebelumnya. Lalu dia menoleh padaku.. dengan muka bersalahnya.

"Oh maaf.. daijoubu?" sesalnya sambil mengusap lembut pipiku. Aku membuka mataku lebar merasakan hangat tangannya dipipiku, seperti terkena bius aku membisu tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Baru kali ini aku melihat wajahnya dari dekat.. beserta senyum itu.
Manis
Dengan lemah aku gelengkan kepala lalu menunduk untuk menyembunyikan rona merah yang memanas diarea sekitar pipiku. Aku masih cengo dengan sikap hangatnya yang tiba-tiba. Ternyata dia juga bisa seromantis ini.
"Yaudah kita lanjut." serunya menarik tanganku lagi. Aku terhenyak sesaat merasakan tanganku yang ditarik lagi olehnya. Aku mendelik punggungnya dan melihat bahunya yang bergetar, menahan tawa mungkin. Apa-apaan dia ini? Apa dia sengaja memberhentikan langkahnya agar aku kesakitan menabrak punggungnya lalu ia ada kesempatan mengelus pipiku tadi, aku baru tau  sekarang. Dan aku terlambat menyadarinya.
"Kau sengaja ya?" Decak ku merasa getaran bahunya terlihat jelas dimataku.
"Melihat wajah matangmu.. hihihi" Desisnya lirih tapi samar aku masih bisa mendengarnya.
"Gk lucu tau!!" Decak ku lagi sambil memukul lengannya yang menarik lenganku.
Sekarang aku tahu arah tujuan makhluk didepanku menyeret-nyeret tidak jelas dari tadi.

Tokyo Tower

"Hei jawab! Dari tadi aku tanya kenapa kita kesini? Kau berniat mendorongku, ya?" Tanyaku yang ketiga kalinya saat kami sudah menaiki tangga demi tangga menuju puncak tower.
"Kalo dari awal aku berniat seperti itu, mungkin sudah kulakukan dari tadi" Terlihat dia membalikkan badannya dan melirik ke bawah. Aku mengikuti gerak matanya melihat kebawah. Tinggi sekali.

"Tapi itu mustahil aku melakukannya. Karena aku menyukaimu." Desis nya lagi, lebih lirih, aku hampir tak mendengarnya dengan jelas.

Degg

Rasanya jantungku berhenti berdatak selama dua detik. Aku tak mampu merasakan apapun bahkan ketika tangganku ditarik lagi olehnya. Dan kini kami sudah ada di puncak tertinggi Tokyo Tower. Aku masih membatu, diotakku terus terngiang kata-kata terakhirnya.

'Tapi itu mustahil aku melakukannya. Karena aku menyukaimu.'

'Karena aku menyukaimu..'

'Aku mnyukaimu..

'Menyukaimu'

Apa yang terjadi pada ku. Pada otakku. Pada hatiku. Perasaan apa ini? Kenapa rasanya begitu hangat? Apa aku sedang demam? Tapi ini rasanya beda dari demam yang biasa kuderita??! Ada perasaan senang yang menggebu dan juga perasaan takut untuk mengakui.

"Oi kenapa tiba-tiba seperti patung gini? Kau takut ketinggian ya? Mao chan oii..!?" Seseorang meneriakiku. Siapa? Kenapa suaranya seperti berasal dari tempat yang jauh? Apa aku bermimpi.

Bletakk.

"Ittai.. kenapa dipukul sih?" Aku memegangi kepalaku yang habis terkena pukul seseorang. Aku menoleh kesamping, kudapati pelaku yang memukulku barusan.

"Hihihi kau itu knapa??!  Kenapa tiba-tiba bengong? Wajahmu udah kayak zombie dikebanyakan film tau nggak. Kukira kau takut ketinggian makanya aku mengkhawatirkanmu. Aku memukulmu biar kau sadar tau." Terlihat pria dihadapanku tertawa terpingkal-pingkal mendapati wajah bengongku yang menurutnya lucu apa.

"Hey berhenti ketawa ku bilang.. aku seperti itu juga gara-gara kau." Gertakku memasang wajah kesal akibat ulahnya. Sekarang aku sadar perkataannya yang tadi itu cuma covernya saja, ternyata bukan suka yang "itu" tapi emang dia suka mengerjaiku. Kenapa dadaku terasa sesak saat mendapati kenyataan seperti itu? Aku merasa dijatuhkan dari tempat yang tinggi. Aku tersenyum kecut berusaha menyembunyikan perasaan sesakku. Sungguh aku benar-benar mengutuk pria yang sedang memunggungiku saat ini.

-----------------------xXx--------------------

Suasana Tokyo malam hari sungguh menakjubkan. Banyak pasang pemuda pemudi yang menghabiskan malam berdua, apalagi ini malam minggu. Pasti sang pria akan berlomba-lomba menciptakan suasana seromantis mungkin untuk kekasihnya. Begitu juga seorang pria tinggi berjaket tebal memakai kupluk dikepalanya. Ia sedang berdiri dipuncak Tokyo Tower. *Maksudnya gak puncak-puncak amat.. atapnya itu maah wkwkwk ~XD. Tapi yang dibawanya malam ini, bukan kekasihnya ugh.. maksudnya masih proses menuju ikatan kekasih yeah seperti itulah adanya wkwk. Gadis itu yang kita kenal sebagai pemeran utamanya bernama Mao berjalan mendekati pagar pambatas dengan kata lain berada disisi (kanan) Matsujun. Matanya terlihat berbinar-binar takjub dengan pemandangan didepannya.

"Uwaa baru sadar aku, malam hari di Tokyo memang lebih indah dilihat dari atas. Aku suka *^O^*.." puji Mao saat melihat gemerlapan indah dikejauhan kota Tokyo. Sudut-sudut bibirnya terlihat mengukir senyum tipis, perlahan terlihat gigi putihnya berjajar rapi. Terlihat natural sekali dimata Matsujun yang memperhatikannya disamping kirinya. Ia pun ikut tersenyum bahagia melihat gadis disamping bisa tersenyum karenanya.

"Gimana kau suka?" Tanyanya masih menatap lurus Mao.

"Iya, suka banget. Indah sekali pemandangannya dari sini." Mao menoleh pada Jun dengan senyum yang masih mengembang.

"Kamu cantik kalau tersenyum seperti itu." Tanpa sadar Jun menggumamkan kalimat itu. Sontak Mao menarik cepat pandangannya yang semula menikmati keindahan light night dan beralih pada wajah pemuda disampingnya.
"H-heeeeeeee??!" Pekik Mao. Namun Jun malah terkekeh melihat ekspresi terkejut gadis yang malam ini bisa dia ajak ke tempat ini. Menurutnya ekspresi terkejut dan wajah matangnya itu sangat lucu untuk dinikmati, dia jadi merasa makin gemas dibuatnya. Merasa diketawain, Mao menarik dan menyembunyikan wajahnya dibalik ledua tangannya yang ia topangkan dibesi pembatas. Lama keadaan diantara mereka hening. Sampai Jun membuka suaranya lagi memecah keheningan.

"Ini adalah salah satu tempat favoritku bersama orang yang berharga dalam hidupku" kata Jun, ia menatap kedepan mengamati cahaya lampu dijalanan malam kota Tokyo. Merasa tak ada respon dari sampingnya ia menolehkan kepalanya untuk melihat ekspresi Mao. Terlihat dahi dan alisnya berkerut.
"Itu.. si Aiba sama Sho. Kenapa dengan ekspresi wajahmu itu, pasti kau berpikir orang berharga itu pacarku, iya kan. Ketebak sudah^^ " lanjutnya dengan senyum menyeringainya merasa tau apa yang dipikirkan Mao. Terlihat setelah itu ekspresinya berubah gugup.
"N-Nggak.. siapa yang berpikiran seperti itu. Ku pikir itu kedua orang tuamu. Kan ada 2. Jika itu emang pacar, berati kau playboy, huh. Sana jauh-jauh dariku." Terlihat Mao mendorong bahu Matsujun sampai mundur satu langkah. Jun malah terkekeh dengan menutup mulutnya pakai sebelah tangannya.
"Oia aku gak kepikiran sampe situ-" kata jun setelah selesei terkekeh. Lalu terdiam seperti mengingat sesuatu.
"Mao chan coba lihat cahaya itu..?!" Terlihat Jun menunjuk sesuatu dikejauhan dengan jari telunjuknya.
"Mana??" Tanya Mao sambil mengikuti arah telunjuk pria disampingnya.
Sementara tangan Jun yang menganggur terlihat merogoh sesuatu dibalik jaket tebalnya. Muncullah sebuah benda imut dipegangannya. Kemudian ia rangkulkan tangan tersebut melewati belakang kepala Mao.
"Ta-daa.. Surprises^^" seru Jun sambil menggerak-gerakkan boneka yang ia pegang dipipi kanan Mao. Mao terlihat tersentak kecil saat benda aneh menghmpiri pipinya.
"Uwaa kawaiii.. ini buat aku??" pekik gadis berwajah childish itu seraya mengambil boneka dari tangan pemuda berponi pirang. Senyumnya terkembang lebih lebar sambil mengerak-gerakkan boneka ditangannya.
"Iya itu buat kamu." jawab Matsujun sambil mengulurkan tangannya untuk menepuk pelan puncak kepala Mao. Senyumnya tidak bisa hilang dari bibir tebalnya. Kemudian ia mengacak-acak rambut gadis itu. Namun gadis itu tidak protes seperti yang biasa ia lakukan setiap gerakan yang ditimbulkan oleh pria disampingnya, malah terkekeh senang dengan perlakuan hangat pemuda itu. Entah karena efek bahagia dapat boneka ato emang udah ada prasaan suka.. hayoo yang mana ni yang bener..???!

~~TSUZUKU~~

ha-ah segini dulu ceritanya, sampai jumpa di chap berikutnya, Author lagi banyak kerjaan nih *hweks just alibi* ~XD jadi belum bisa upload yang panjang-panjang.. #plakk
Dan lagi editnya saia serain ke teman saya.. dia nyuruh (stengah maksa 😒) buat nyantumin nama dia disini ugh.. ya ya nih gue cantumin di bawah sendiri jajajajajajaja

Tim Editor : Yuli Ratna Ningsih (ABANG 👈 Her nickname kakakalak)
*kabuurrrr bawa koper ke bandara-*

See You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang