Confess

24 1 0
                                    

Grrraack

Sontak ke empat siswa yang sedang berada di dekat pintu depan kelas 1C, menghentikan perdebatan kecil *gak penting* mereka dan mengintip lagi apa yang terjadi dengan dua makhluk berbeda jenis kelamin yang sempat -SENGAJA- mereka tinggal berduaan.

'Kau-' pekik Mao tertahan, tapi tak melanjutkan kalimatnya. Mulutnya membuka menutup ingin mengatakan sesuatu, tapi tersangkut ditenggorokan. Mungkin karena terlalu shock dengan yang barusan ia dengar.

Flashback on

"Dari mana saja kau? Ku pikir kau sudah mati. " Gerutu Mao. Sedangkan orang yang digerutuin malah cengir kuda innocent.

"Maaf tadi aku lagi kumpul sebentar sama anak band. Jadi agak sedikit telat hehe :3 xDDD.

"Apa? 'AGAK SEDIKIT' kau bilang?! Apa waktu sejam bagimu hanya satu menit huh?! Yang benar saja!!" Dengus mao seraya mengalihkan pandangannya dari wajah jun, kelewat jengkel.

"Hehe jangankan sejam, 24 jam juga bagiku waktu yang singkat pake sangat pula, kalo itu kuhabiskan bersama Mao chan (^O^)"

"-_-"

"...."

"...."

Hening sesaat diantara mereka berdua. Pandangan Jun lurus menatap wajah kesal Mao yang sedikit tertunduk. Melihat wajah lesu dan bibir cemberutnya, rasanya ia ingin mengecup bibir penuh itu.. mengalirkan sedikit energi.

Uhh.. tidak tidak tidak. Apa yang kau pikirkan sih?! Jun no baka!

Jun terlihat sibuk mengalihkan pemikiran ngawur yang barusan terlintas diotak pervert nya.

"Ano.."

"Ano.."

Ucap keduanya hampir bersamaan, lalu mata mereka kembali bertemu.

"Mao chan duluan.."

"Tidak kamu saja"

"Ehh.." protes Jun kembali dan dibalas dengan pelototan maut dari Mao, membuatnya mau tak mau menelan ludahnya sendiri.

"Etto jitsu wa.. jit-su - wa.." Jun tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Kenapa sulit sekali mengatakannya? Mao terlihat mengkerutkan keningnya menunggu kalimat selanjutnya dari pria cantik dihadapannya yang tak kunjung mengatakannya.

"Ahh!" Pekik Jun kemudian, sepertinya ia baru teringat sesuatu. Dengan sigap tangannya membuka tas sekolahnya dan mengambil sebuah buku yang tebalnya kurang lebih 2 cm.

"Ini untukmu." Katanya seraya menyodorkan buku itu yang berjudul 'How I Met Your Father'. Sesaat mata Mao terbelalak menatap buku yang tengah disodorkan Jun kepadanya. Itu kan buku langka yang kemarin Mao ingin beli di toko buku 'AKATSUKI', tapi tidak jadi karena faktor finansial. Ia tidak langsung menerima buku tersebut, melainkan menatap wajah Jun intens dengan pertanyaan besar bergelayut dikepalanya.

"Apa ini?" Tanyanya masih bingung.

"Ya ini.. i-ini buku, apalagi?" Sahut Jun setengah gagap setengah bingung setengah tidak mengrti pertanyaan yang dilontarkan Mao.

"Anak kecil pun tau kalo itu buku, tapi untuk apa?" Jelas Mao dengan mimik muka datar kelewat jengkel.

"Etto.. ini hadiah untukmu" Jun membelalakkan matanya sedikit tidak percaya akan kata-katanya sendiri. Sebaliknya, Mao malah lebih mengkerutkan dahinya. Ia tidak merespon apa-apa, hal itu dapat dirasakan oleh Jun kejengkelan yang Mao tahan akibat pertemuan bodoh yang ia ciptakan sore ini.

"Ini.. ini hadiah untuk pertemanan kita.. eh bukan, maksudku.. " Jun gelagepan sendiri dengan kalimat yang ia rangkai sndiri.

"..."

See You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang