Chapter 2

2.6K 158 23
                                    

Matahari mulai menampakan dirinya, cahayanya masuk menembus kaca, banyak orang yang menunggu hari ini dan yupp hari ini ialah hari minggu, hari yang paling banyak ditunggu semua anak pelajar. Dimana hari ini seharian penuh orang bisa melakukan aktivitas semaunya. Seperti Liana yang masih membaluti tubuhnya dengan selimut.

"Sayang, cepet bangun!!" Teriak tante Sarah dari arah dapur. Yup tante Sarah yaitu mama gue yang ngerawat gue dari kecil dan sampai sekarang. Gue bergeming tidak menanggapi karena gue juga masih ngantuk, gue nggak mau sia-sia'in waktu gue di hari minggu ini.

"Sayangg bangun, buka pintunya!!" Mama yang keliatan nya udah naik darah, menggendor-gendor pintu kamar gue.

"Heemm..." Jawab gue dengan bergeming tanpa memperdulikan ocehan mama diluar.

"Kalo ngga mau buka,mama akan kurangin uang jajan kamu ya.."

Entah dari arus listrik mana, seketika mata Liana melotot lalu ia segera berdiri, membuka pintu kamar nya, dan melihat mamanya yang menyilangkan kedua tangan nya kedepan dada.

"Yah mama, jangan di kurangin dong.. Ini Liana udah bangun kan." Jawab Liana sambil memberikan senyum termanisnya.

"Kamu ini hal yang gituan aja cepet! Udah sana mandi udah siang. Nggak baik anak cewe molor terus kerjaan nya! Mama mau keluar sama papa, kamu jangan nakal di rumah. Kalau ada apa-apa cepat telfon Bryan!" Pinta mama dengan nada tegas.

"Ma, ini kan hari minggu jadi gapapa kan kalau aku males-malesan. Lagian mau ngapain coba. Udah ya aku lanjut tidur lagi.." Rengek Liana agar mamanya mau menuruti perkataannya.

"Dibilang mandi ya mandi,atau mauuuuuuu......."

"Yayaya mandi mandi. Bye mama sayang!" Liana buru-buru menutup pintu kamarnya dan menuju ke nakas tempat benda persegi panjang favoritnya berada. Ia melihat pesan masuk dari Bryan.

From; Bryan

"Ciee abis di marahi ya ? Uluulululu😜Mangkanya jadi cewe tuh disuruh bangun ya bangun jangan molor terus sayang👅.."

Muka Liana langsung kaget membaca pesan yang baru dikirim Bryan." Lah dia kok tau gue abis di marahi?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Setelah cukup lama Liana mikir terlihat notif hp nya menyala, ternyata Bryan yang menelfon nya, dari sebrang sana terdengar suara Bryan.

"Mandi sana, abis gitu gue kerumah lo"

"Serius?" Tanya Liana kaget.

"Iya sayang serius. Kamu cepet mandi sana."

"Yaudah gue mandi, awas bohong!" Setelah mengatakan itu, Liana mematikan telfon, dan melakukan ritual nya di dalem kamar mandi dengan semangat, ntah dari mana Liana kali ini bener-bener semangat. Liana keluar kamar mandi dan memilih baju mana yang mau dipakainya pake.

"Lah ini cuma mau ketemu Bryan aja sampai bingung mau pake baju kaya apa. Gue pake baju santi aja deh." Liana memutuskan memakai celana jeans hitam selutut dengan balutan kaos rumah biasa berwarna putih. Liana melihat diri nya sendiri di depan cermin, dan tidak lama terdengar suara bell dari luar.

"Pasti Bryan" Liana cepat-cepat menuruni tangga dan membuka pintu yang berwarna putih tersebut dan terlihat lah Bryan yang mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna merah maron dengan celana jeans berwarna hitam dan membuat ia makin terlihat gantengg.

"Pagi Liana" Sambut Bryan sambil menyerahkan bucket bunga mawar putih sambil tersenyum.

"Pagi juga" Jawab Liana dengan senyum yang mengembang, dan menerima bucket bunga tersebut dengan malu-malu.

"Jadiiiii...."

"Jadi ???" Tanya Liana dengan nada bertanya.

"Jadi gue ngga boleh masuk ini?" Bryan menaikan satu alisnya.

"Duh gue sampe lupa. Masuk aja kali, kan biasanya lo main nyelonong masuk rumah orang" Liana memberi jalan agar Bryan dapat masuk. Bryan membuka jaketnya lalu duduk di sofa dan Liana menaruh bunga tersebut di nakas meja terdekat.

"Kamu mau minum apa?" Tanya Liana

"Apa aja deh." Jawab Bryan yang masih sibuk mengganti channel tv.

"Yaudah, bentar ya.." Liana pergi menuju ke dapur dan membawa minuman beserta snack. Liana nampak kesusahan dengan snack yang dibawanya, yang sudah penuh berada di tangannya.

"Bryan.... Bantuin gue napa?" Pinta Liana. Dan Bryan menghampiri Liana sambil tersenyum, membantunya membawa sebagian snack dan menaruhnya di meja dekat sofa.

"Li, liat film horror yuk!" Pinta Bryan.

"Ahh nggak ah, lo aja yang liat gue mau tidur aja."

"Dihh bilang aja lo takut." Bryan mencubit pipi Liana. "Dasar bakpao."

"Bryan mahh sakit tauu!!" Liana mengusap kedua pipinya yang habis di cubit oleh Bryan.
"Yaudah-yaudah, ambil sana film nya di laci bawah meja tv." Liana menunjukan tempat film itu berada, lantas Bryan berdiri dan menuju ketempat itu.

"Kamu mau nonton apa?" Tanya Bryan.

"Ntah, aku ngga pernah nonton kaya begituan. Itu film paling punya papa aku. Jadi aku ngga tau mau nonton film yang mana." Jawab Liana sambil membuka snack yang sudah di bawanya tadi.

"Yaudah, nonton Conjuring 2 aja yaa.." Liana melihat Bryan sedang mengotak-atik tv tersebut. Bryan kembali dan duduk bersejajar dengan Liana. Bryan merangkul Liana,dan Liana memiringkan kepalanya sehingga mengenai dada bidang Bryan.

"Udah jangan takut, kan ada aku." Jawab Bryan tersenyum dan memulai menonton film tersebut. Liana nampak ketakutan ketika hantunya mulai muncul, Liana menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Sekali-kali Liana menjerit. Beda dengan Bryan, yang nampak santai, tanpa ada rasa takut sama sekali. Bryan yang mengetahui Liana sedang ketakutan pun lantas tangan Bryan mengeratkan rangkulan tersebut.

"Ada aku kok, kamu nggak usah takut yaa.." Bryan mengatakan nya dengan tulus sambil sedikit mengacak rambut milik Liana. Liana tidak menanggapai kata-kata Bryan, yang terpenting dirinya sekarang sedang sangat ketakutan. Sekali-kali Bryan mengelus kepala milik Liana, agar Liana nampak tenang.Film tersebut telah selesai, Bryan yang nampak
sedikit tidak enak badan nya berlama-lama pada posisi tersebut, mencoba memanggil nama Liana.

"Liana, kamu nggak papa kan? kamu takut banget ya sampai wajah kamu, kamu tutupin pake tangan segala?Filmnya udah selesai kok." Bryan melihat Liana tidak menjawab pertanyaan nya lantas membuat Bryan nampak bingung sendiri.

"Liana, kamu ngga papa kan?" Bryan sangat khawatir, lantas menggoncang tubuh Liana agar Liana dapat merespon pertanyaan nya.

"Lianaaa..." Dan sekarang ke khawatiran Bryan menambah, Liana dari tadi tidak merespon pertanyaan Bryan. Bryan menambah kekuatan untuk menggoncang tubuh milik Liana.

"Hhhmmm..." Liana akhirnya sedikit sadar, dan hanya bergeming, lalu membalikan posisinya tubuhnya.

"Lianaaa, ya ampunn sayangggg.. Aku kira kamu pingsan atau apa, ternyata kamu malah tidur..Bangun-bangun.." Bryan yang nampaknya bete menggoncang-goncangkan tubuh milik Liana dengan agak sedikit kuat.

"Ahh kamu mah, ngantukk taukkk.." Liana nampak sedikit terganggu dengan Bryan yang menggangunya.

"Bangun atau aku ciiuumm..." Goda Bryan, lantas Liana langsung duduk menghadap ke Bryan dengan posisi tangan Liana memegang bantal yang sudah ada di sofa tersebut.

"Gue lempar pake bantal kalo lo berani cium gue." Liana bersiap siaga takut Bryan menciumnya.

"Dihh sapa juga yang mau cium lo, ge'er kan." ,Jawab Bryan sambil mengambil hp nya di saku celana. "Gimana kalau kita keluar? bosen juga kan dirumah?" Tanya Bryan menatap Liana.

"Kemana?" Liana nampak kebingungan

"Kemana aja asal neng tetep selalu sama abang" Goda Bryan sambil menaik turun kan kedua alisnya.

"Tai. Yaudah aku ganti baju dulu ya. Kamu tunggu disini." Bryan hanya mengangguk dan tersenyum, lalu Liana masuk kedalam kamarnya dan mengganti bajunya. Liana keluar dengan memakai baju kemeja berwarna biru, dan celana jeans berwarna hitam. Liana sengaja mengikat rambutnya takut tangan Bryan mengacak-acak rambutnya lagi.

"Udah kan? ayok!" Bryan menaruh hp nya kedalam saku celana, dan menghampiri Liana yang nampaknya sudah siap.

Try to UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang