Chapter 3

2.2K 159 81
                                    

Terik panas matahari menerpa Ibu Kota Jakarta. Panas, padat, kemacetan sudah menjadi keseharian warga Ibu Kota. Bryan membelah jalan Ibu kota yang cukup ramai. Sedari tadi Bryan tidak fokus dalam mengendarai mobil, yang sekarang hanya di pikiran nya ialah Liana. Bryan merasa Liana lah yang tepat menjadi kekasihnya. Dari senyumnya, tawanya, ngambeknya, semua yang Liana punya Bryan menyukainya. Bryan berjanji pada dirinya, jika suatu saat nanti ada masalah dalam hubungan nya, Bryan akan tetap mempertahankan hubungan tersebut, bagaimana pun caranya.

"Bryaann..!!"

"Eh, kenapa Li?" Jawab Bryan agak terkejut. Karena sedari tadi ia tidak fokus menyetir dan hampir menabrak kendaraan yang berada di depan nya.

"Kamu kenapa sih? dari tadi keliatan nya nggak fokus gini? kamu ada masalah?" Bryan menatap Liana sambil terseyum, dan menggenggam lembut tangan Liana.

"Aku nggak kenapa-kenapa. Cuma masalah tugas aja." Jawab Bryan meyakinkan Liana. Jujur, Bryan takut ia tidak bisa menghadapi masalah tersebut, dan justru ia yang bakal meninggalkan Liana, Bryan takut hal itu terjadi. Satu hari tidak bersama Liana, membuat Bryan seperti orang gila. Makan harus di paksa, tidur larut malam, jarang keluar kamar. Kalian pikir ini terlalu berlebihan, tapi memang ini kenyataan dalam hidup Bryan. Bryan sangat mencintai Liana, ia takut bila tidak bersama Liana lagi.

"Oh gitu yaa. Baiklah" Liana menatap Bryan yang sedang fokus menyetir dengan satu tangan sambil tersenyum dan Liana mengeratkan pegangan Bryan tersebut. Selama perjalan tidak ada yang bersuara, Bryan maupun Liana sama-sama diam. Hanya suara musik jazz yang mengalun dari mobil Bryan.

"Bryan?" Panggil Liana. Liana mencoba untuk membuat suasana tidak canggung seperti ini.

"Iya sayang?" Bryan tersenyum menatap Liana, dan fokus menyetir lagi dengan satu tangan.

"Ini mau kemana sih sebenernya?" Tanya Liana. Ia sedari tadi bingung Bryan akan membawanya kemana. Dari tadi tempat yang dituju Bryan tidak sampai-sampai, dan itu membuat Liana agak sedikit bosan.

"Kepo banget apa kepo biasa aja?" Tanya Bryan balik dengan nada menggoda.

"Ih!! tauk deh serah lo!" jawab Liana dengan sebal, dan melepaskan tangan Bryan, lalu memajukan bibirnya.

"Dihh bibirnya monyong-monyong gitu. Gemes deh pengen nabok" Canda Bryan.

"Ha-Ha-Ha LUCU!" Liana tambah sebal dengan Bryan yang selalu menggodanya.

"Uuuhhh tayangnya abanggg.... Abang tau kok, abang emang lucu, baik, ganteng pula" Jawab Bryan dengan tingkat pede yang tinggi. Memang Bryan termasuk kriteria cowo-cowo tersebut, tetapi kata-kata Bryan yang tadi membuat telinga Liana merasa geli.

"Sapa yang bilang lo ganteng? ha?" Tanya Liana sambil menyilangkan kedua tangan nya ke depan dada dengan gaya sedikit menantang.

"Mama papa aku lah" Jawab Bryan dengan polosnya, seketika itu tawa Liana pecah.

"AHAHAHAHAHAHAHA, sumpah ya loo.. AHAHAHAHAA..." Tawa Liana semakin menjadi-jadi ketika melihat Bryan yang menggerucutkan bibirnya ke depan.

"Senenggg... Senengg... Tawain aja terus sampai gigi lo kering" Sebal Bryan.

"Dihh Bryan, gitu aja ngambek. Tapi sumpah ekspresi lo tadi bikin gue ngakak parah. Gue seharusnya foto lo waktu lo monyongin mulut lo ke depan, biar gue bandingin sama sapi. Ahahahahahahaaaaa..." Liana tidak habis pikir dengan kelakuan Bryan. Bryan yang mampu membuat mood nya turun, dan Bryan yang mampu membuat moodnya naik drastis lagi.

❥ ❥ ❥

Waktu telah menunjukan pukul 3 sore, tetapi Bryan dan Liana tidak sampai di tempat yang di katakan Bryan tersebut. Dan juga membuat Liana nampak sangat bosan berlama-lama di dalam mobil.

Try to UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang