Chapter 4

1.8K 150 74
                                    

"Drrrtttt..Drrrtttt..Drrrtttt..Drrrtttt.." Bunyi yang berasal dari hp Liana, membuat aktivitas tidur Liana sedikit terganggu. Liana mengambil hp nya di nakas meja dengan meraba tanpa melihat nya. Liana langsung mengangkat tanpa melihat siapa yang menelfon nya.

"Pagi Liana, cepet bangun ya nanti kamu malah di marahi sama mama kamu, gara-gara susah bangun nya. Jangan lupa sarapan ya. Nanti aku yang jemput kamu. Bilang sama sopir kamu jangan di antar." Ternyata suara Bryan yang pagi-pagi sudah menelfon Liana untuk membangunkan nya.

"Hhmm pagi jugaa.." Liana menjawab dengan suara orang khas bangun tidur, karna Liana juga masih ngantuk berat.

"Ayo sayang cepet bangun, nanti tambah ribet loh kalau mama kamu yang bangunin" Paksa Bryan agar Liana cepat bangun. Sudah menjadi keseharian nya untuk membangunkan Liana. Bryan tidak masalah jika terus menerus harus membangunkan Liana yang malasnya minta ampun kalau dibangunkan, karna menurut Bryan itu sesuatu yang lucu.

"Hhmm..Ini udah bangunnnn..."

"Iyaudah, cepet mandi ya, habis gitu sarapan. Jangan lupa aku yang antar kamu ke sekolah. Byee" Bryan mematikan telfon nya. Ternyata apa yang disuruh Bryan tidak juga di laksanakan oleh Liana. Ia malah menarik selimutnya sampai batas leher. Sampai-sampai terdenger suara seperti petir menggelegar yang menyambar di pagi hari.

"LIANAAAA!!!BANGUUNNN!!!!!" Yupp, kalian pasti sudah tau itu suara sapa. Liana mencoba tidak menghiraukan suara tersebut, dia malah menutup telinga nya dengan selimut yang di tarik nya sampai atas kepala.

"KAMU INI SUDAH BESAR, TAPI KALAU DI BANGUNIN SUSAH NYA MINTA AMPUN!! CEPET BANGUN NGGAK?!? ATAU MAMA AMBIL AIR DINGIN YA BUAT SIRAM KAMU!?!" Suara mama yang teriak-teriak di depan pintu kamar Liana, membuat Liana mau tak mau harus bangun, dan berjalan membuka pintu kamar. Dan di sana lah mama Liana yang sudah mengangkat tangan nya di pinggang.

"Liana nya udah bangun kan ma? Udah ya? Liana mau mandi dulu" Jawab Liana dengan mata yang sedikit tertutup. Lalu menutup pintu kamarnya melanjutkan aktivitas tidur nya yang tadi terganggu.

"LIANA!!! MAMA DOBRAK PINTU NYA YA!!! SATUUUU.....DUUUAAA...TII....."

"IYA-IYA-IYA, LIANA BANGUN!" Liana cepat-cepat pergi ke kamar mandi untuk melakukan ritual mandi nya, tanpa ia sadari ia terbentur tembok yang berada di sisi pintu kamar mandi tersebut.

"ADUH!! Ini tembok ngalangin banget ya, udah buru-buru juga pakai ada di depan gue lagi, kan jadi nya jidat gue sakit kepentok. Dasar tembok sialan!" Sumpah serapah yang keluar dari mulut Liana menandakan rasa sakit yang di alami Liana, lalu Liana sambil mengusap-usap jidat nya yang habis terbentur tembok dengan kerasnya. Liana tidak mau membuang waktunya, jika terlalu lama, mama nya akan mengomel dari Bahasa Arab ke Bahasa Rusia. Lantas Liana cepat-cepat melakukan ritual mandinya dengan waktu sekitar 15 menit, ia keluar kamar mandi dan menuju ke lemari, mengambil seragam yang harus di pakai nya di hari senin. Lalu ia pergi ke tempat meja riasnya mengamati dirinya dari atas sampai bawah.

"Yupss beress" Ucap Liana sambil meluruskan pakaian nya."Btw ini jidat gue berubah jadi ungu tua gini yak, ajaib tuh tembok pakai sihir pa'an tuh yaa.." Liana mengelus-elus jidatnya dan mengambil obat yang ada di laci meja riasnya tersebut untuk di oleskan di jidatnya yang terbentur tembok tadi.

"Awhh sialan, perih lagi" Liana mengoleskan obat tersebut dengan sangat hati-hati. Setelah itu ia menaruh lagi obat tersebut di tempat semula. Dan keluar kamar untuk menemui mama papa nya yang mungkin sedang menunggunya untuk sarapan pagi bersama.

"Pagi maa..paa.." Sapa Liana ramah, menaruh tas di samping kursi dan duduk berhadapan dengan mama nya.

"Pagi sayang.." Balas mama nya sambil mengambilkan roti tawar dan susu putih untuk sarapan Liana.

"Itu kenapa jidat kamu? kok ungu gitu?" Tanya tante Sarah sambil memakan roti yang sudah di siapkan nya sebelum Liana datang.

"Itu ma, tembok ngalangin aku jalan.Udah tau orang mau cepet-cepet mandi, malah di depan nya Liana, kan jadinya kepentok.Mama juga lagian sih pakai teriak-teriak gitu, kan jadinya aku kaget dan buru-buru mandi" Jawab Liana cemberut sambil memakan rotinya.

"Lo kok jadinya mama yang salah Li? mama itu udah bangunin kamu, kamu nya aja yang susah bangun, jadi mama ya pakai cara teriak-teriak gitu agar kamu cepet bangun nya" Jawab om Abraham, papa Liana sambil meminum kopi yang dibikin kan oleh tante Sarah.

"Iya betul itu kata papa kamu. Kok mama yang disalahin? sifat susah bangun kamu itu yang bikin kamu celaka Li.. Kamu ga sadar kemaren?Bryan gotong kamu sampai ke kamar loh, soalnya kamu susah di bangunin nya. Yaa terpaksa Bryan gotong kamu sampai ke kamar. Kamu pikir nggak berat apa badan kamu.." Seketika itu Liana menatap mamanya dengan ekspresi terkejut.

"Lah serius mah?" Tanya Liana tidak percaya.

"Ngapain coba mama bohong, tanya aja nanti sama pacar kamu sendiri." Semenjak Liana dan Bryan berpacaran, mama papa Liana maupun Bryan sudah mengetahuinya, dan mereka juga setuju dengan hubungan mereka.

"Pagi Tante .. Om ..." Semua pandangan fokus kepada Bryan yang berada di depan pintu ruang tamu, lalu berjalan masuk ke arah ruang meja makan.

"Eh ada Bryan, sini nak sarapan sama kita dulu" Ajak tante Sarah dengan berdiri dan mempersilahkan Bryan untuk ikut gabung bersamanya.

"Iya tante makasi, ngga usah. Tadi udah sarapan kok dirumah.Tante, om ijin mau berangkat sekolah bareng Liana ya.." Ucap Bryan dengan ramahnya.

"Yaudah, hati-hati ya nak. Dijaga Liana nya, kalau nakal buang aja ke laut." Bryan hanya sedikit tertawa kecil, lalu bersalaman kepada kedua orang tua Liana, hendak pamit untuk berangkat kesekolah. Liana juga ikut bersalaman kepada kedua orang tuanya.

"Dih mama, gitu banget ke anaknya. Yaudah Liana sama Bryan berangkat dulu.." Liana mengambil tas nya dan berdampingan keluar bersama Bryan. Bryan membuka kan pintu mobil kepada Liana.

"Silahkan masuk tuan putri.." Ucap Bryan dengan gaya pengawal Istana Kerajaan.

"Terimakasihh.." Jawab Liana sedikit membungkukan badan nya, dengan gaya seperti Putri Kerajaan. Bryan hanya tersenyum menanggapinya. Ia memutar mobil dan masuk kedalamnya, menyalakan mesin mobil membelah jalan Jakarta dengan kecepatan yang normal. Bryan merasakan perbedaan dari Liana, ntah ia tak tau apa. Sampai ia menoleh kan wajahnya ke Liana, dan menemukan tanda ungu yang bertengger di kepala Liana.

"Loh itu kenapa jidat kamu? Kok isa ungu gitu?" Tanya Bryan sambil menyentuh sedikit jidat Liana dengan pelan-pelan.

"Aduhh pelan-pelan" Jawab Liana sedikit merintih kesakitan. "Itu gara-gara aku susah bangun nya, mama udah teriak-teriak aku kaget jadi ya gini ini. Lagian itu tembok pake ngalangin aku jalan, udah tau aku buru-buru, eh tiba-tiba udah ada di depan" Liana menyentuh jidatnya sambil mengusap-usapkan.

Tiba-tiba Bryan tertawa menanggapi ocehan Liana tersebut. "Dihh emang itu tembok udah dari dulu ada disitu sayang, kamu aja yang ngga liat-liat kalau ada tembok disana. Tapi udah kamu obatin kan?" Tanya Bryan menatap Liana dan mencoba memastikan Liana.

"Udah sih tadi, tapi perih nya itu yang nggak aku tahan"

"Lain kali hati-hati kalau jalan, padahal kan udah aku bangunin tadi kan?"

"Iya udah, tapi sumpah aku ngantuk banget. Jadi ya tidur lagi" Jawab Liana tersenyum, sambil menunjukan giginya.

----------------------------

Makasi untuk kalian yang udah baca cerita aku😊

Jangan lupa vote dan comment juga ya ❥

Untuk yang cerita nya minta di cepetin,udah aku usahain💖

So,wait for the next story

Try to UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang