"AAAA!! BRYAN LO!!" Liana berjingkat kaget sambil menutup lagi pintunya, dengan suara yang cukup keras.
"AHAHAHA.. BENTAR-BENTAR LIN!"
Dan asal kalian tau, Bryan hanya keluar dari kamar mandi menggunakan balutan handuk yang bertengger manis di pinggang nya. Membuat mata liana yang cantik dan tak berdosa, melihat yang tidak pantas di lihat.
"UDAH LIN, LO BOLEH MASUK!" teriak Bryan dari dalam kamar.
Dengan mata tertutup Liana memutar knop pintunya, membukanya dengan sangat pelan.
"Matanya udah boleh di buka." Liana menurutinya, ia membuka mata nya dengan sangat pelan. Dan sampai ia dapat melihat Bryan dengan pakaian yang lengkap.
"KAMU KENAPA SIH KOK CUMA PAKE GITUAN DOANG!? MATA AKU YANG TADINYA SUCI, LANGSUNG BERDOSA TAU NGGAK!! TERUS TADI KENAPA MALAH DI KETAWAIN!? HAH!? KAMU KIRA LUCU APA!? NGGAK LUCU BRYAN!? KAMU ITU NGESELIN BANGET TAU NGGAK!?" cerocos Liana sambil menarik turunkan dadanya menahan emosi.
"Hehehe iya-iya sorry sayang..."
"Gak ada kata maaf!" jawab Liana acuh.
"Ya kamu sapa suruh, masuk kamar ngga ketok-ketok pintu dulu?"
"IH! KOK MALAH NYALAHIN AKU!? POKOKNYA KAMU YANG SALAH! TITIK!"
"Iya-iya aku salah, maafin ya?" ucap Bryan sambil memasang puppy eyes nya.
"Jijik."
Bryan maju selangkah demi selangkah menghampiri Liana, dengan wajah yang patut di curigai. Liana mundur ke belakang sedikit demi sedikit dengan waspada, sampai punggung nya menyentuh tembok yang di chat berwarna putih tersebut. Dirasa punggung Liana sudah menyentuh tembok, tangan Bryan langsung mengunci tubuh Liana dengan kedua tangan nya.
Bryan memajukan kepalanya sedikit demi sedikit, sampai hidung mereka bersentuhan. Dan jarak yang mereka punya hanya beberapa centi lagi, dan lantas membuat Liana memejamkan matanya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dan yang bisa ia lakukan adalah, berdiam sambil menutup mata, menunggu kejadian yang selanjutnya akan terjadi.
Dan . . . . . . .
Akhirnya ......
"Ngarep babang Bryan cium?" Liana langsung melotot, melihat Bryan yang sudah tertawa terpingkal-pingkal.
"DASAR LO YA! IH GUE BENCI LO!" Ucap Liana dengan emosinya.
Lalu ia segera menghampiri Bryan yang tengah terduduk di tepi kasur, dan tanpa aba-aba Liana langsung mencubit lengan, pinggang, kaki, serta perut Bryan tanpa ampun.
Brya meronta, dan memohon agar Liana melepaskan nya. Tetapi bukan Liana kalau langsung melepaskan nya.
"Abang itu kenapa teriak-teriak sih? Kiara itu masih ngantuk bang! gara-gara abang Kiara jadi kebang-- KAK LIANA!!" Kiara langsung menghambur ke pelukan Liana dengan ekspresi yang tidak dapat di artikan.
"Kak Liana kemana aja sih? Kiara kangen taukk." Ucap Kiara cemberut, tanpa melepaskan pelukan nya.
"Hehehe, maafin kakak ya. Kakak enggak sempet main kesini aja."
"Nggak tau deh, pokoknya Kiara mau marah sama kak Liana." Ucap Kiara final, melepaskan pelukan nya dan mengembungkan kedua pipinya.
"Kok marah sih? yaudah kak Liana ajak ke taman biasanya yuk? kita beli es cream kesukaan Kiara."
"Ahh! yang bener kak?!" Liana mengangguk sambil tersenyum, dan nampak Kiara yang sangat senang.
"Yaudah kak, tunggu apalagi! let's go!"
![](https://img.wattpad.com/cover/87106217-288-k506945.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Try to Understand
Teen FictionJangan pernah menyentuh kehidupan seseorang bila kamu akan menghancurkan nya,karena melupakan seseorang tidaklah mudah.Terkadang mereka yang kita sayangilah yang mampu menghancurkan kita. "Cinta berawal dari mata,dan jangan heran jika akhir dari cer...