Chapter 6

1.7K 102 13
                                    

"Kamu masuk gih sana. Jangan lupa obat nya di pakai rutin ya." Ucap Bryan sambil melepaskan sabuk pengaman milik Liana.

"Siap bos! Btw, kamu nggak masuk dulu?" Liana menatap Bryan.

"Ehmm, yaudah deh." Bryan melepaskan sabuk pengaman miliknya. Turun dan memutari mobilnya, membuka kan pintu untuk Liana.

"Silahkan turun tuan putri." Bryan tersenyum, sedikit membungkukan badan nya layaknya pengawal Istana.

"Idihh, tuan putri dari mana coba." Liana turun, dengan tidak lupa membawa kantong plastik yang berisikan salep untuk dahi nya dan tas sekolahnya.

"Huh! udah sosweet juga, malah di gituin." Bryan menutup pintu mobil, lantas mengikuti Liana yang sudah duluan meninggalkan nya.

"Liana mah, jangan di tinggal atuh eneng." Bryan sedikit berlari mengejar Liana yang sudah hampir sampai di depan pintu rumahnya.

"Manja." Liana melirik Bryan sekilas yang sudah ada di sampingnya, lalu mengetuk pintu rumahnya yang terbuat dari kayu jati, yang di cat berwarna putih.

"Biarin. Iri?" Bryan juga menatap Liana.

"Apanya yang di iri'in coba?" Liana terus mengetuk pintu rumahnya, karna sedari tadi tidak ada jawaban dari dalam rumah.

"Ya gatau." Jawab Bryan polosnya, dengan tersenyum malu.

"Ishh gajelas." Tiba-tiba pintu rumah terbuka, dan terlihat sosok wanita berparas cantik, yang wajah nya persis seperti Liana. Yups sapa lagi kalau bukan tante Sarah.

"Loh kok jam segini pulang nya? maaf ya tadi agak lama bukain pintu, soal nya mama tadi lagi masak di dapur sambil dengerin lagu, jadi nya ngga kedengeran kamu ketuk pintu."

Tante Sarah tidak bekerja, ia hanya sebagai ibu rumah tangga. Menurutnya ia lebih mementingkan keluarga dari pada pekerjaan. Hanya om Abraham lah yang bekerja, menafkahi kehidupan diri nya, dan keluarganya.

"Iya tante enggakpapa. Tadi Liana nya pingsan waktu Upacara Bendera. Terus Bryan bawa Liana kerumah sakit, udah di kasih obat kok sama dokternya tadi." Bryan menjelaskan kejadian waktu Liana pingsan sampai ia membawa Liana kerumah sakit.

"Terus sekarang Liana nya nggak papa?" Tanya tante Sarah terlihat khawatir.

"Mah, ajak masuk kek. Cape tau." Liana mendengus kesal.

"Aduh iya-iya. Ayo-ayo masuk kedalem, ngobrol nya di dalem aja." Ajak tante Sarah, sambil sedikit tersenyum malu.

"Mau minum apa ini? Biar tante bikinin." Tawar tante Sarah kepada Bryan dan Liana yang baru saja duduk di sofa.

"Enggak usah deh tan. Nanti Bryan ambil sendiri aja." Ucap Bryan dengan sopan sambil sedikit tersenyum.

"Oh yaudah kalau gitu. Jadi sekarang Liana nya nggak kenapa-kenapa kan?" Tanya tante Sarah untuk kedua kalinya.

"Enggak mah, Liana sekarang udah nggakpapa. Buktinya sekarang Liana udah pulang kan dari rumah sakit." Ucap Liana meyakinkan mama nya.

"Bryan apa nggak bilangin Liana, supaya nggak ikut Upacara?"

"Udah kok tan. Tapi Liana nya aja yang kepala batu." Ucap Bryan sambil melirik Liana.

"Liana, kamu di bilangin Bryan itu nurut. Jadi nya Bryan repot kan ngurusin kamu, sampai bela-belain dia nggak ikut pelajaran. Udah sekarang ngobrol-ngobrol dulu, mama lanjut masak buat nanti makan kalian." Tegas tante Sarah, lalu beranjak pergi menuju dapur, melanjutkan aktivitas nya yang sedikit terganggu.

"Denger tuh." Bryan sedikit mengecilkan suara nya, dengan tersenyum mengejek.

"Tai awas lo ya! Tunggu gue akan bales dendam!" Liana beranjak pergi dengan membawa tas sekolahnya.

Try to UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang