Jam menunjukan pukul 06.55, Bryan dan Liana pun sudah memasuki gerbang sekolah tepat waktu, di karenakan pukul 07.00 Upacara Bendera sudah akan di mulai. Di sana sudah terlihat beberapa anak yang sudah berbaris di lapangan. Yupss sekarang adalah hari senin, hari di mana murid-murid SMA Bumi Persada melakukan Upacara Bendera.
"Untung kita nggak telat" Ucap Liana sambil menghembuskan nafas beratnya.
"Lah iya lah. Sapa dulu yang nyetir mobilnya" Jawab Bryan sambil melirik Liana sekilas. Bryan memarkirkan mobilnya di tempat ia biasa memarkirkan kendaraan nya.
"Dih ya deh percaya. Yuk buruan turun bentar lagi Upacara mau di mulai, ntar kita telat malah di suruh bersihin toilet lagi" Ajak Liana sambil melepaskan sabuk pengamanan. Mereka berjalan bersampingan menuju lapangan.
"Sebentar ya aku cari temen-temen ku dulu. Kamu baris dulu gih di lapangan, udah di tunggu Salsha sama Vero.
"Iyaudah, hati-hati ya" Jawab Liana sambil tersenyum.
"Iya iya. Eh ya kepala kamu yang tadi habis kebentur sama tembok ngga kenapa-kenapa kan? kamu kalau pusing mending nggak usah ikut Upacara dulu, istirahat di UKS aja, nanti aku bilangin ke guru piket, dari pada nanti kenapa-kenapa." Tanya Bryan sedikit mengkhawatirkan Liana.
"Nggapapa kok ini, cuma luka biasa aja. Yaudah sana cari dulu temen-temen kamu." Jawab Liana memastikan kalau dirinya tidak masalah jika mengikuti Upacara.
"Iya iya" Bryan sedikit mengacak rambut milik Liana dan tersenyum. Liana berjalan menuju Salsha dan Vero yang sudah berbaris di lapangan.
Salsha dan Vero adalah sahabat Liana. Mereka bersahabatan sudah hampir 3 tahun lamanya. Liana selalu curhat dengan mereka, dan mereka selalu menanggapinya dengan senang. Upacara dimulai, anak-anak tampak tertib melaksanakan Upacara Bendera. Di saat upacara berlangsung Liana nampak sedikit pusing dan kejadian itu membuat Salsha dan Vero yang melihatnya khawatir."Li, lo nggapapa? kalo lo sakit mending di UKS aja ya.. Gue anterin sini" Tanya Salsha ingin menuntun Liana keluar dari barisan.
"Kaga napa, gue tadi habis kebentur tembok jadi sekarang agak sedikit pusing gitu. Ntar lagi ya pusing nya ilang kok." Jawab Liana memastikan.
"Udah Li, lo istirahat aja sana di UKS nanti lo pingsan lagi. Atau mau gue panggilin Bryan?" Tanya Vero yang hendak mau beranjak pergi tetapi di tahan oleh Liana.
"Engga usah Vero, beneran deh gue gapapa. Nanti ya pusing nya ilang-ilang sendiri." Liana mencoba meyakinkan Vero dan Salsha.
"Yaudah, kalo pusing lo ngga ilang-ilang bilang ke kita aja ya" Liana hanya mengangguk dan tersenyum. Beberapa menit berlalu, pusing yang di rasakan Liana tidak kunjung hilang. Pandangan nya sedikit mengabur, kepala nya terasa berat, dan akhirnya pandangan Liana menghitam.
------------------------------------------------------------------------
Liana tersadar, ia berada di suatu ruangan yang sangat ia kenal, bau obat-obat an yang menusuk indra penciuman nya, membuat ia sadar bahwa ia sekarang berada di mana. Liana tau bahwa sekarang ia berada di rumah sakit. Tetapi ada apa dengan nya? siapa yang membawa dia kesini? bukan nya ia tadi sedang melaksanakan Upacara? pertanyaan itu terus mengiang di kepala Liana, sampai pada saat itu terdengar suara yang ia sangat kenali.
"Liana? kamu udah sadar? kamu ngakpapa kan?" Tanya Bryan mendekati Liana sambil mengusap pelan tangan Liana.
"Kok aku bisa di sini? perasaan tadi aku masih di sekolah deh, terus aku ikut Upacara. Kok tiba-tiba aku disini?" Liana menatap Bryan dengan penuh tanda tanya.
"Liana, kamu pingsan tadi waktu Upacara. Salsha sama Vero heboh cari'in aku. Aku khawatir banget sama kamu, sampai keringet dingin aku bawa kamu kesini. Untung kamu sekarang nggak kenapa-kenapa. Tapi beneran kan kamu nggakpapa?" Bryan menatap Liana dengan tatapan khawatir.
"Aku udah nggapapa kok, makasi ya" Liana tersenyum menanggapi pertanyaan Bryan. Ternyata begitu saja Bryan sangat mengkhawatirkan Liana.
"Tadi kan aku udah bilang, mending kamu istirahat aja di UKS engga usah ikut Upacara dulu, kamu sih batu jadinya kan kaya gini sayang. Lain kali kalau aku bilangin, gausah di bantah ya. Aku nggak ingin kamu kenapa-kenapa" Bryan meraih tangan Liana menggenggam nya dengan rasa sayang.
"Tadi itu beneran nggak kerasa pusing, serius. Tiba-tiba pas sampai amanat Upacara, kepalaku kerasa pusing, dan akhirnya aku gak sadar" Liana bingung kenapa dirinya bisa pingsan, tidak seperti biasanya ia pingsan waktu Upacara, mungkin karna efek jidat nya yang mencium tembok.
"Beneran ya, pokoknya kalau aku bilangin kamu harus nurut, ga boleh di bantah" Ucap Bryan dengan nada tegas.
"Siap boss" Liana tersenyum, rasanya saat ini ia merasa bahagia memiliki pasangan seperti Bryan. Liana merasa terlindungi jika Bryan berada di sampingnya, Liana tidak ingin jika Bryan meninggalkan nya, karna yang Liana inginkan adalah berada di samping Bryan selamanya.
"Eh ya, ini kan masih jam pelajaran sekolah, kok kamu nggak langsung ke sekolah aja? kan aku udah gapapa?" Tanya Liana meyakinkan Bryan.
"Idihh, gitu yang nama nya pacar? aku itu pengen dalam keadaan suka maupun duka, aku tetep ngejaga kamu, selalu di samping kamu Liana. Aku sayang kamu, melebihi yang kamu tau, jadi aku pengen, aku terus ngejaga kamu.
"Aduh ustadz ceramah, tutup kuping ah" Liana melepaskan genggaman Bryan, dan menutup kedua telinganya dengan tangan nya.
"Iisshh serius atuh eneng gelis" Bryan mencolek dagu Liana dan membuat pipi Liana merona.
"Kamu mah, ishh iseng terus" Liana yang menyadari perubahan pada pipinya segera mengalihkan pembicaraan.
"Bryan, tolong ambilin minum. Haus taukk" Pinta Liana dengan nada seperti anak kecil.
"Oh iya sampai lupa kasih kamu minum" Bryan tersenyum malu. Bryan mengambil gelas di meja yang sudah tersedia di rumah sakit lalu membantu Liana untuk duduk.
"Di habisin minum nya, minum yang banyak" Pinta Bryan sambil memegangi gelas yang sedang di minum Liana.
"Dih buset, haus apa gimana neng?" Bryan menaruh gelas itu seperti semula, dan menghadap lagi ke tempat tidur Liana.
"Dasar rempong, tadi di suruh habisin sekarang udah habis malah di gituin" Ucap Liana dengan bete. Tiba-tiba pintu diketuk, lalu terbuka, dan tampaklah seorang cewek dengan baju khas rumah sakit menghampiri Liana dan Bryan, sambil membawa kantong plastik yang entah apa isinya.
"Permisi, maaf mengganggu. Kata dokter pasien yang bernama Liana sudah boleh pulang sekarang, dan ini saya bawakan obat untuk luka yang ada di dahi nya, tolong dipakai rutin ya, supaya luka nya cepat sembuh" Cewek yang di sebut sebagai perawat rumah sakit itu tersenyum dan memberikan kantong plastik itu kepada Bryan. Lantas diterima Bryan dengan sopan. Lalu perawat tersebut keluar meninggal kan mereka berdua.
"Kamu udah boleh pulang sekarang, yaudah sekarang kita pulang, aku juga belum ngabarin mapa kamu, yuk aku bantu berdiri" Bryan membantu Liana untuk berdiri, menggandengnya dengan rasa sayang,dan keluar kamar menuju tempat kendaraan Bryan di parkirkan.
____________________________________________
Hai author kembali lagi, hahaha.
Tolong jangan lupa vomments nya yaa💙
So,wait for the next story ❣
KAMU SEDANG MEMBACA
Try to Understand
Teen FictionJangan pernah menyentuh kehidupan seseorang bila kamu akan menghancurkan nya,karena melupakan seseorang tidaklah mudah.Terkadang mereka yang kita sayangilah yang mampu menghancurkan kita. "Cinta berawal dari mata,dan jangan heran jika akhir dari cer...