Stalker

93 5 0
                                    

Hari itu rasanya aku tak ingin melakukan sesuatu. Sudah hampir seharian aku berbaring di kasur. Aku mengurung diri di kamar apartemenku, sambil menonton televisi. Sampai-sampai pikiranku jauh melayang.

" Dalam nama BAPA, PUTRA, dan ROH KUDUS.

Saya menerima engkau, Adelynn Wood menjadi satu-satunya istri dalam pernikahan yang sah, untuk dimiliki dan dipertahankan, sejak hari ini dan seterusnya, dalam suka dan duka, untuk dikasihi dan diperhatikan serta dihargai sampai kematian memisahkan kita, menurut titah kudus Tuhan, kuucapkan janji setiaku kepadamu."

Aku berkhayal ada seseorang yang mengucapkan janji suci pernikahan untukku. Seharusnya Jef yang mengucapkan janji suci itu untukku, teriakku dalam hati.

Sudah sebulan berlalu sejak hubunganku dan Jef berakhir. Rasa kesal masih menghantui perasaanku. Bagaimana tidak, Jef dan aku sudah bertekad akan melanjutkan hubungan kami hingga ke pelaminan. Terlebih lagi alasannya sangat tidak logis.

"Kamu berubah. Lebih baik kita akhiri saja".

Ucapan Jef masih terngiang di telingaku. Dengan alasan yang tidak logis dia memutuskan hubungan kami yang sudah berjalan 2 tahun. Cihh... Alasan klise, umpatku. Entahlah rasanya aku tetap seperti dulu, tak ada yang berubah. Jef hanya terlalu posesif untukku. Atau mungkin ia sudah bosan bermain-main denganku.

Helloowww! Aku bukan peliharaanmu, Jef. I'm not your barbie doll at all!

Ku pikir Jef Anderson adalah pilihan yang paling tepat. Ia tampan, mapan, dan paling mengerti aku. Tak ada lagi rahasia antara aku dan Jef, bahkan orang tuanya kenal baik denganku. Ya... Meskipun ayahku tak pernah setuju aku mengencani Jef. Dan ternyata ayahku benar, dia salah satu spesies manusia yang banyak bertebaran di seluruh belahan bumi, bernama Homosapiens sapiens fucker. Tepat 3 hari setelah hubungan kami berakhir, ia sudah menemukan penggantiku. Foto mesranya bertebaran di sosmed. Bohong kalau aku tak sakit hati melihatnya.

Aku menggelengkan kepala membuyarkan ingatan tentang Jef. Ahhhh...... Kapankan aku menemukan jodohku, Tuhan?, bisik hati kecilku lirih sambil menghela nafas panjang sembari merenggangkan kedua tanganku ke atas kepala. Akhirnya pernikahan yang sudah aku nantikan harus tertunda. Lagi. Mengingat usiaku sudah cukup matang ditambah keinginan menggebu-gebu kedua orang tuaku, aku harus segera menikah.

Ku raih remote televisi, ku kecilkan volumenya. Ku pasang headphone di telinga sembari memutar lagu di handphone .

"I found myself dreaming

In silver and gold

Like a scene from a movie...."  

Lirik lagu Meghan Trainor-Like I'm Gonna Lose You mulai mengalun di telingaku.

Tiba-tiba saja terlintas di kepalaku nama Edward Dickinson, laki-laki yang dulu pernah mengejar-ngejarku saat di bangku sekolah menengah pertama. Parasku memang tak secantik gadis lain. Tapi entah kenapa Edward begitu bersikeras mengejar-ngejarku selama setahun di kelas 7. Sebenarnya aku lebih dulu menyukainya, hanya saja aku malu mengakuinya saat itu. Ya begitulah zaman-zaman sekolah yang aku lalui. Sebelum generasi gadget tercipta, tak ada yang begitu peduli dengan yang namanya kencan.

Wajah tampan nan jenaka itulah yang membuatku menyukainya. Dulu aku pernah berkata dalam hati, seandainya Edward masih mengejarku hingga kelas 8 mungkin akan kupikirkan lagi. Sampai akhirnya Edward harus pindah sekolah setelah berakhirnya kelas 7 dan aku orang terakhir yang tahu. Kini aku jadi penasaran dengan Edward yang sekarang. Semoga saja ia masih single...

A Husband for Ms.WoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang