(10)

331 24 2
                                    


Sudah empat hari roy tidak datang ke sekolahnya, dia juga tidak pernah keluar dari rumah bibinya. Yang dia lakukan dirumah hanyalah tidur, makan, menonton televisi, main play station, lalu makan lagi, kemudian tidur lagi.

Seperti itulah keseharian roy selama 4 hari belakangan ini, namun hal ini tidak diketahui oleh banyak orang.
Dan jika roy sudah bersikap seperti ini, itu menjelaskan bahwa dia sedang tidak baik baik saja saat ini.

Sebenarnya, bibi rani sudah berkali kali membujuk roy untuk bersekolah, bahkan dia mengancam akan memberi tahu kedua orang tua dari lelaki itu jika dia tidak menuruti maunya. Tetapi karena sifat keras kepalanya roy yang sangat sulit di pecah kan, ancaman dari bibinya itu tidak berhasil.

Namun, bukan bibi rani namanya jika dia menyerah begitu saja. Bibi rani tahu, kalau roy sedang memikirkan suatu masalah yang tidak bisa disepelekan. Yah, sejauh ini sih, seperti itu jika melihat keadaan roy sekarang. Pria itu sedang dalam masa tersulitnya.

"Mas, kamu lagi ada masalah ya? " bibi rani menghampiri roy yang sedang duduk di sofa ruang keluarga, lalu duduk disamping roy.

Namun keponakannya itu enggan berpaling dari acara tv animasi yang sedang ditontonnya.

"Mas.." tangan bibi rani menepuk nepuk pelan pundak roy, salah satu senjata ampuhnya,

Roy mengambil nafas panjang, lalu berusaha tersenyum didepan bibinya itu.

"Bi, aku boleh tanya sesuatu?"
bibinya tersenyum, akhirnya keponakannya itu mau juga berbicara.

"Nah, gitu dong mas.. Sok atuh tanya apa aja pasti bibi jawab."

Roy terdiam sebentar, dia bingung bagaimana mengatakannya. Karena hal yang ingin dia tanyakan, tidak seperti pertanyaan yang sebelumnya sering dia tanyakan. Masalahnya berbeda. Sangat berbeda.

"Em.. gimana ya Bi bilangnya?" kata roy dilema,

"Gimana apanya mas? Ya kaya biasanya kamu kalo nanya aja mas, tumben amat sih jadi gugup?"
Bibi rani melihat tingkah roy yang aneh, membuat dia jadi semakin penasaran saja.

"Em," lagi lagi roy berfikir, kali ini cukup lama. Mungkin 2 menit ada,

"Bibi pernah gak benci sama cowok?"
dengan ragu roy akhir nya berani bertanya.

"Tapi sama cowok yang suka sama bibi?" ada kelegaan dihati roy karena berhasil mengutarakannya,

Hening,

"Cie.. Cie.. mas lagi naksir sama cewek ya?" bibi rani malah mengoda roy, karena ini pertama kalinya roy bertanya soal perempuan. Ya walau belum terbukti sih, tapi dia terlanjur bersemangat.

"Eh tapi mas ditolak ya, sama cewek yang mas taksir? Waduh keponakan tante ini kan ganteng, masa bisa ditolak sih?"
Bibi rani memegang kepala roy, dia berlagak menilai ketampanan keponakannya itu.

"Ah, kan bibi mah gitu, bukannya jawab malah ngegodain. Yaudah gak jadi deh, lupain aja Bi," Roy sebenarnya hanya malu, dia sedang menahan sesuatu yang baru pertama kali dia rasakan, rasanya seperti ada kupu kupu yang beterbangan di perutnya.

"Yaudah deh bibi minta maaf mas, oke bibi bakal jawab. Hm.. Dengerin ya mas." bibi rani mengatur posisi duduknya untuk menghadap keponakannya itu,

"Waktu itu bibi masih seumuran kamu gini nih mas, pernah ada cowok yang tiba-tiba bilang suka sama bibi." bibi rani berhenti dan mengambil nafas 3 detik.

"Tapi karena bibi belum pernah pacaran, jadi bibi gak tau harus bilang apa sama cowok itu. Karena yang bibi rasain waktu itu cuma jantung bibi yang berdetak gak karuan. Hihi.." lagi lagi bibinya itu menggantungkan ceritanya, membuat kesabaran roy hampir goyah.

Cewek AgamisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang