(2) Takdir Atau Kebetulan?

782 35 0
                                    


-

Jika biasanya di hari weekand seperti ini sabrina hanya dirumah, menikmati liburnya bersama umi, abi, dan kakak-kakaknya dengan segala aktifitas yang di lakukan.
Kali ini berbeda,
saat ini ia berada di stadion, siap menikmati weekend paginya dengan berolahraga bersama dua sahabatnya sadiah dan fatimah.

"Yuk woy!" kata sadiah semangat, dia udah lari duluan ninggalin dua sahabatnya yang masih melakukan pemanasan kecil. Sebebernya sih sabrina cuma ngikutin apa yang dilakukan fatimah aja, soalnya dia sama sekali gak paham sama yang namanya olahraga.

"Temen lo semangat banget rin ck, yuk!" mereka mulai menyusul sadiah

"Temen kamu juga fat. Tapi gak apa-apa dong kan bagus, semangat biar sehat dia"

"Dia tuh semangat karna mau TTP doang tau rin"
kata fatimah memainkan bibirnya dibuat seperti kesal

"apa TTP?"
Sabrina polos yang gak tau apa-apa bisa apa selain langsung nanya?

"Tebar-tebar pesona loh, tuh tuh! liat dia udah ngecengin cogan aja tuh rin!"
Fatimah teriak heboh, sampe gk sadar orang-orang udah ngeliatin dia geli. Yhaa sabrina bisa apa? Walau malu karna ulah temannya, gak akan dia berani negur si pelaku dengan alasan gak enak hati

"Aku udah capek fat, istirahat dulu yuk ntar lanjut lagi deh" baru dua putaran, shabrina udah ngerasa capek. Wajar anak pondok mah mana pernah diajarin geolgeolin badan biar di kata buat sehat juga.

"ah elah baru dua puteran udah K'O aja lo rin"

"Hehe"
sabrina mah emang gk bakat, diperjelas lagi nih ya..
Waktu dipesantren ustadjah alias gurunya nyuruh murid-muridnya berpuasa agar badan sehat bukannya macem sabrina lakukan sekarang.

"Yaudah lo istirahat aja dulu, gua lanjut lari dulu ya, gak afdol gue kalo dua puteran udah berenti, yang ada malah sakit badan gua, daah" kata fatimah dadah dadah, memilih tetap berlari dibandingkan ikut istirahat dengan sahabatnya itu.

Sebenernya tuh sadiah dan fatimah juga hijabers loh kaya sabrina. Yatapi karena asal muasal mereka yang berbeda, jadilah adat istiadatpun berbeda juga
Sabrina memakai celana panjang yang longgar, tadinya pake rok sebelum datang sadiah dan fatimah kerumahnya. Plus baju yang kebesaran alias gombrong. Sedangkan sadiah dan fatimah? kulit sih emang ketutup tapi lekuk tubuhnya tuh keliatan jelas. Jelas banget malah, Ngerti kan? Itu loh mereka pake legging dan baju yang press dibadan. Kan kesannya cabe dihijabin ya?wkwk

Walaupun begitu, sabrina tetap menghormati kedua sahabatnya itu, sabrina tidak mau terburu-buru menuntun sahabatnya kejalan yang lurus *eh dia sudah berniat akan mengajarkan mereka dengan perlahan.

Bukan cuma cape bercerpen, sabrina juga cape nunggu, malah nyampe bosen wkwk. Yalah siapa yang gak bosen ditinggalin sendiri sama sahabatnya ditempat rame? Cengolah

Akhirnya sabrina berdiri dari duduknya, dan mulai mengambil langkah.

BUGHH

Astagfirullah

"Maaf maaf.. aku gak sengaja maaf ya"

"Makanya! Jangan melamun dong lo!"

"Yaampun aku kan udah minta ma-"

Degh



Masyaallah..
Kenapa harus dia lagi?

--

Aku bangun lebih cepat pagi ini, karena sesuatu hal membuatku dalam satu minggu penuh ini, harus bangun lebih awal dari biasanya.

Hmm...
Jadi, cowok yang kemarin aku tabrak di stadion itu ternyata si ROY.
Iya R-O-Y cowok anak sekolahan sebelah. Roy siapa lagi? Itu roy yang sama dengan tokoh roy sebelumnya.

"Ck lo lagi, doyan banget berurusan sama gue sih" roy menatap sabrina tak suka, karena roy masih tidak bisa melupakan apa yang terjadi akibat sabrina dipertemuan mereka yang sebelumnya.

Sabrina hanya menunduk tak berani menatap apalagi membuka suara setelah tahu siapa lawan bicaranya saat ini.

"Heh udah salah sekarang malah diem, bisu lo?" lagi-lagi sabrina tak bergeming

"Ikut gue lo" tiba-tiba saja roy menarik tangan sabrina membawanya kepinggir lapangan. Ternyata roy membawa sabrina ke salah satu bangku tunggu yang kosong. Merasa takut, sabrinapu membuka suara,

"Kok bawa aku kesini? kenapa? Tolong jangan macem-macem ya!" sabrina menahan tangis, pasalnya tangannya tak mau lepas dari genggaman roy, padahak sabrina sudah meronta minta dilepaskan sejak roy menyentuh dan menarik tangannya.

"Bagus lo nanya ya!" kata roy galak yang sudah melepaskan tangan sabrina, saat itu juga sabrina tidak bisa lagi menahan air matanya

"Karna lo udah banyak dosa sama gue, sebagai gantinya lo harus jadi babu gue selama seminggu"

"ha-h? ap-ppa-aa?" sabrina sudah sesenggukan

"gue gak terima penolakan! Nih" roy melemparkan selembar kertas yang sudah kucel yang dikeluarkan dari saku celananya

"Lo harus baca dan jalanin apa aja tugas selama lo jadi babu gue, dimulai dari besok, paham?" bukannya membalas, tangis sabrina malah semakin menjadi

"Dasar cengeng!" Lalu roy pun meninggalkan sabrina dalam keadaan menangis (lagi)

---



"GEMPA BUMI itu namanya rin!"

Hi..

Cewek AgamisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang