Bagian 15 ' 1 tahun Berlalu '

307 15 0
                                    

Ting
Ting
Ting

Khusnul:
"Sabrina sahur!! ><"

Khusnul:
"Cepet! Udah mau bedug tuh eh imsak maksudnya 😅"

Aisyah:
"Yuk rin jangan lupa sahurnya ya, hari pertama loh ini 😊 biar kuat, kan lagi belajar bahagia ya? 😛"



Pernah gak sih kalian merasa bahwa waktu terasa cepat berlalu.

Buktinya.
Rasanya baru kemarin aku kembali ke rumah lamaku ini yang saat itu bertepatan 1 hari sebelum Ramadhan. Dan sekarang, aku sudah bertemu Ramadhan lagi.

Yang artinya sudah 1 tahun aku kembali kesini.

Sabrina:
"😊😆😇😺👏"

-----


Semenjak kami kembali kehidupan kami pun kembali normal seperti sebelumnya.

Abi melanjutkan kerjanya disini dan Aku kembali sekolah dipesantren.

Soal Roy.
Tahun lalu abi sempat menyita ponselku dan pada akhirnya dikembalikan namun dengan satu syarat, aku tidak boleh lagi menghubungi orang yang kukenal di Jakarta. Tanpa pengecualian.

Dan seperti biasa aku menurut.
Lagian aku sudah sadar. Bahwa kedekatanku dengan Roy adalah kesalahan besar.

Aku hanya merindukan Sadiah dan Fathimah. Rasa bersalahku yang meninggalkan mereka tanpa pamit selalu menggangguku. Tapi, apa bisa kuperbuat? Aku sudah terlalu berjanji.

"Aisyah! Kalau lagi dengerin ceramah itu gak boleh sibuk sendiri! Apalagi sama gadget!"

"Sebentar aja kok rin, balasin chat temanku dulu sekali." aisyah menjawab tanpa berpaling sedikitpun dari ponselnya.

"Husnul! Balikin ih ponsel aku!"

"Gak. Seenggaknya sampai ustadz Qory selesai ceramah!"

Husnul orangnya memang tegas. Dia gak akan ragu untuk merebut ponsel Aisyah. Toh, perhatian Aisyah memang sedikit berlebihan pada benda mati itu.

"Sabrina.. " Aisyah merajuk padaku. Aha aku tau harus berbuat apa.

"Bagus Husnul! Emang harus gitu ya kalau sama orang yang ngeyel."

"Ih sabrina mah bukannya belain."

"Karena emang kamu yang salah Husnul. Pak ustadz lagi ceramah loh, kok kamu malah sibuk sendiri. Hanya dengan benda mati?"

"Iya iya aku minta maaf, "

"Yaudah dengerin ceramahnya sampai habis. Nanti baru aku balikin." Aisyah mengangguk. Dan kami lanjut mendengarkan ceramah.

"Masyaallah. Ternyata anak pesantren Nurul Huda cakep-cakep ya! "

"Astagfirullah. Aisyah! Jaga mata. Gak boleh memandang kagum yang bukan mahram!" lagi-lagi Aisyah membuat ulah.

Semenjak aku bertemu lagi dengan mereka, aku memang menyadari perubahan sifat mereka.

Dari dulu Husnul memang tegas, Tapi sekarang sedikit berlebihan jika menanggapi Aisyah.

Sampai kemudian aku sadar bahwa Aisyahlah penyebabnya. Aisyah yang dulu takut sekali dekat dengan laki-laki, sekarang malah kebalikannya. Kebanyakan yang diobrolin itu laki-laki. Bahkan sekarang dia terang-terangan memuji ketampanan laki-laki ditempat yang ramai. Siapapun yang lewat di depan kami pasti bisa mendengarnya.

"Kok cowok itu kaya aku kenal ya." kata Aisyah tiba-tiba.

"Sejak kapan sih Aisyah jadi kenal banyak cowok ya?" aku berkata fakta. Kami bertiga ini tidak berbeda kalau soal mengenal laki-laki. Laki-laki dilingkungan kami itu, hanya ayah, kakak atau adik, dan ustadz di pesantren.

"Coba deh rin kamu lihat dulu, siapa tau kamu juga kenal. "

"Ya gak mungkin Aisyah." aku ingin membalikkan badan meninggalkan tempat ini. Tapi tidak jadi, karena ada seorang wanita menyenggolku, yang membuatku tidak sengaja melihat seseorang. Seseorang yang tidak begitu asing.

"Roy? "

-------

-------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cewek AgamisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang